“PEMIMPIN MENJADI HAMBA
ATAU RAJA”
Yes 7:10-14; Luk 1:26-38
Kotbah Misa Harian, Kamis 20 Desember 2012
Dari Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere Mali, SVD
SebuahKabupaten Baru yang terbentuk di bulan Desember
ini adalah Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ada banyak orang yang memberikan tanggapan terhadap
pembentukan Kabupaten Malaka, ada tanggapan yang positif dan ada tanggapan yang
negatif. Ada yang memberikan tanggapan bahwa Malaka akan maju kalau dipimpin
oleh pemimpin yang baik dan benar dan penuh bertanggungjawab untuk
kesejahteraan masyarakat Malaka pada umumnya tanpa membeda-bedakan antara
Malaka Foho dengan Malaka Fehan. Ada
yang memberikan tanggapan negatif bahwa dengan adanya Kabupaten Malaka akan
membuka pintu persaingan yang tidak sehat antara Malaka Fehan dan Malaka Foho.
Kalau dulu Kabupaten Belu, yang terdiri dari Belu Selatan dan Belu Utara, yang ada adalah
persaingan yang sehat dan tidak sehat antara keduanya, dan kini dengan adanya
Malaka sebagai sebuah kabupaten Baru, yang akan ada dan pasti ada adalah persaingan
yang sehat dan tidak sehat antara Malaka Foho dengan Malaka Fehan. Persaingan
yang tidak sehat dalam mengatur Kabupaten Malaka, akan memperlambat kemajuan
Kabupaten Malaka. Persaingan yang sehat yang mengutamakan kualitas personalia yang
mengutamakan kesejahteraan bersama Kabupaten Malaka, maka kemajuan Kabupaten
Malaka akan diraih dalam jangka waktu yang singkat pada masa yang akan datang.
Pemimpin yang mengutamakan kualitas dalam memimpin
Kabupaten Malaka ke depan, dapat disamakan dengan pemimpin yang menghidupi spiritualitas
seorang hamba dengan prinsip: “Terjadilah Pada-ku(pemimpin) menurut kehendak
rakyat Malaka untuk kesejahteraan bersama. Tetapi pemimpin yang mengutamakan
kesejahteraan dirinya sendiri dan melupakan kesejahteraan rakyat Malaka pada
umumnya disamakan dengan pemimpin yang berprinsip : “Terjadilah pada-ku
(pemimpin) menurut kehendak-ku (pemimpin). Dalam diri pemimpin yang mengutamakan
kesejahteraan dirinya sendiri saja, dan melupakan kesejahteraan bersama rakyat
Malaka, menghidupi : “ vox dei vox populi” sedangkan pemimpin yang mengutamakan
kesejahteraan rakyat pada umumnya, membangun dan melaksanakan “vox populi vox dei”.
Maria adalah model pemimpin teladan yang menempatkan
diri dalam relasi dengan Tuhan dengan prinsip “Aku ini hamba-Mu (Tuhan), terjadilah
Pada-ku menurut perkataan-Mu (Allah).” Ciri khas kehendak Allah adalah segala yang menyelamatkan semua orang
melintas batas, semua yang membawa kesejahteraan bagi semua orang melintas
batas.
Kehedak Allah itu menjadi nyata dalam diri Yesus yang
dikandung oleh rahim Maria dan dilahirkan pada hari Raya Natal dan
kedatanganNya untuk kedua kalinya pada akhir zaman. Tuhan Yesus adalah juru selamat semua orang
melintas batas. KeselamatanNya mengalir bagi semua orang melintas batas ,
bagaikan air hujan yang turun bagi semua orang yang baik dan orang yang jahat
dan seperti sinar Matahari yang menyinari semua orang, yang baik maupun yang
jahat (Mat 5:45).
Masa adven adalah masa persiapan kedatangan Tuhan pada
hari Natal dan pada akhir zaman. Kita menyiapkan rahim hati kita untuk
menyambut kedatangan Tuhan dalam rumah hati kita. Tuhan akan kita kandung dalam rahim hati kita
dan kemudian kita lahirkan bagi keselamatan dunia kalau kita seperti Maria yang
berpegang pada prinsip : “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut
kehendak-Mu” yang menyelamatkan semua orang melintas batas, bukan berdasarkan
prinsip “terjadilah padaku menurut kehendakku” yang sangat egois dan bahkan
menghancurkan sesama.