HidupNya
Bagaikan Gula bagi Semut
Homili
Senin 15 April 2013
Kis
6 : 8 – 15
Mzm
119 : 23 – 24.26-27.29-30
Yoh
6 : 22 – 29
*P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*
Ada
banyak pepatah yang kita tahu dan sering kita dengar dan bahkan kita gunakan di
dalam kehidupan sehari-hari. Ada pepatah yang mengatakan “Dimana ada gula
disitu ada banyak semut”. Ada pepatah juga yang mengatakan “ Dimana ada
plankton disitu ada banyak ikan”. Dua pepatah ini menyampaikan pesan kepada
kita bahwa dimana ada banyak rejeki disitu ada banyak orang yang berupaya
mencari dan mendapatkan rejeki.
Injil
hari ini menampilkan banyak orang yang mencari dan mengikuti Tuhan Yesus. Orang
banyak itu seperti semut dan ikan. Yesus itu seperti gula dan plankton. Yesus
sebagai gula selalu menarik banyak orang seperti semut yang menuju gula dan
berkumpul menikmati manisnya gula. Yesus seperti plankton yang senantiasa
menarik banyak orang seperti ikan yang mencari plankton untuk kelangsungan
hidupnya. Orang banyak yang mencari dan mengikuti Yesus itu sadar atau tidak sadar
adalah mahkluk rohani. Orang banyak yang mengikuti Yesus itu sadar atau tidak
sadar adalah mahkluk spiritual. Mereka juga sadar atau tidak sadar bahwa Yesus
adalah pusat kerohanian mereka. Mereka juga sadar atau tidak sadar bahwa Yesus
adalah pusat spiritual mereka. Kesadaran mereka bahwa Yesus adalah plangton
Rohani yang memberikan makanan rohani kepada mereka sebagai mahkluk rohani semakin
diteguhkan dengan mujizat perbanyakan roti dan ikan. Kesadaran mereka bahwa
Yesus adalah gula rohani yang memberikan
kemanisan spiritual kepada mereka sebagai mahkluk spiritual semakin diteguhkan
oleh mujizat pernggandaan roti dan ikan.
Sebaliknya
ketidaksadaran mereka sebagai mahkluk spiritual yang sedang lapar mencari Yesus
sebagai gula rohani dan plankton rohani yang akan memberikan makanan rohani
untuk kehidupan yang abadi, ditegur oleh Yesus agar mereka sadar kembali bahwa motivasi
mereka mencari Yesus pembuat mujizat hanya dibatasi oleh dimensi fisik saja.
Tetapi mereka semestinya menyadari intisari pencarian Yesus berdasarkan kesadaran
bahwa diri mereka adalah insan rohani yang sedang lapar mencari makanan rohani
yang memberikan kehidupan rohani yang
kekal.
Yesus
adalah Gula Rohani dan Plankton Rohani bagi manusia sebagai mahkluk rohani yang
sedang mencari Tuhan Yesus. Yesus menjadi makanan rohani yang tersedia selalu
bagi manusia rohani dalam Korban Ekaristi yang dirayakan setiap hari. Kerinduan
dan pencarian Yesus sebagai makanan rohani selalu dijumpai di dalam Sakramen
Ekaristi Kudus setiap hari. Perayaan
Ekaristi sebagai perjamuan Makanan Rohani senantiasa disediakan oleh seorang
imam tertahbis bagi umat manusia mahkluk rohani yang senantiasa lapar dan mencari
makanan Rohani yang ditemukan di dalam Korban Ekaristi Kudus setiap hari. Seperti
tubuh fisik manusia senantiasa disegarkan dan dikuatkan oleh makanan jasmani
setiap hari demikian juga tubuh rohani manusia selalu membutuhkan makanan
rohani setiap hari untuk kelangsungan
kehidupan kerohaniannya. Sebaliknya
seperti tubuh fisik manusia yang alpa makan setiap hari, melemahkan tubuh
fisiknya untuk bekerja membangun diri, sesama dan lingkungan sekitar. Demikian
juga tubuh rohani manusia yang bolos makan makanan rohani akan kehilangan
kekuatan rohani dalam menghadapi persoalan multidimensi yang senantiasa
mewarnai setiap langkah hidupnya.
Makanan
fisik semestinya tersedia cukup bagi kekuatan tubuh fisik dalam bekerja
membangun diri, sesama dan alam lingkungan sekitar. Demikian juga makanan rohani
selalu disediakan bagi tubuh rohani manusia untuk memperoleh kekuatan rohani
sebagai sumber kekuatan di dalam menghadapi aneka tekanan multidimensi. Penyedia
makanan rohani bagi diri pribadi rohani dan bagi kerohanian sesama hanya
dilakukan oleh seorang imam tertahbis. Seorang imam senantiasa menyatakan
kesetiaannya di dalam merayakan Ekaristi Kudus pusat makanan rohani bagi tubuh
rohani umat manusia lintas batas. Kealpaan imam tertahbis menyediakan makanan
rohani bagi dirinya dan bagi sesama umat manusia, adalah sebuah penodaan
kesetiaan pribadi imam dan mendatangkan kelaparan, kelemahan bahkan sampai pada
kematian rohani diri dan sesama umat
manusia lintas batas. Tidak ada kata
tidak Ekaristi bagi imam tertahbis. Selalu berkata Tidak pada Ekaristi berarti setuju
pada kematian kerohanian diri dan sesama. Selalu Ya pada Ekaristi berarti mengafirmasi
pada kehidupan kerohanian yang abadi selamanya.