Refleksi Misa Harian
Kej.2: 18-25
Mrk.7:24-30
Merasa malu dan tidak malu adalah satu hal yang menjadi bagian dari hidup kita. Orang tidak merasa malu ketika berada dalam situasi normal dalam berbicara dan beraksinya diterima oleh aturan bersama baik yang ditentukan Tuhan dan mayoritas manusia menerimanya sebagai pedoman hidup bersama maupun aturan-aturan yang ditentukan oleh manusia untuk kepentingan keselamatan bersama. Sebaliknya orang merasa malu ketika ia berbicara dan perilakunya terasa asing bagi aturan hidup bersama termasuk aturan yang ditentukan oleh Allah bagi manusia.
Bacaan pertama tentang Adam dan Hawa telanjang tetapi tidak merasa malu karena sesuai aturan Tuhan yang menciptakan mereka untuk mengambil bagian di dalam karya penciptaan Tuhan. Perempuan Yunani dari Siro-Fenisia dalam bacaan Injil hari ini merasa tidak malu datang kepada Yesus mohon kesembuhan anaknya perempuan yang sedang mengalami kerasukan roh jahat. Sekalipun Tuhan Yesus cukup menantangnya sebagai ujian terhadap sejauh mana imannya kuat kepada Yesus, tetapi ia tetap memiliki iman yang kokoh. Ia tidak merasa ciut mendengar tantangan dari Yesus. Justru ia semakin tertantang ia semakin tegar dan kokoh beriman kepadaNya. Berkat imannya yang kokoh itulah anak putrinya disembuhkan oleh Tuhan Yesus.
Iman dapat menyembuhkan diri dan anggota keluarga dan sesama yang lain.
Iman itu sangat personal dalam berelasi dengan Tuhan Yesus. Tetapi iman kepada Tuhan Yesus itu dapat tertangkap dan terukur secara inderawi dalam keaktifan pribadi di dalam kegiatan rohani untuk mengasah kesalehan sosial dan persoanal di dalam doa pribadi dan doa komunitas, puasa pribadi dan puasa komunitas, dan berderma dan bersedeka baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai anggota komunitas. Kekuatan spiritual inilah yang menyembuhkan diri dan sesama. Iman yang menyembuhkan itu telah tampak dalam iman seorang ibu orang asing dari Yunani yang tidak tahu malu datang kepada Yesus seorang Yahudi, dan memohon kepadaNya untuk menyembuhkan anaknya yang kerasukan roh jahat. Walau sempat ia direndahkan, tetapi imannya kepada Yesus tidak luntur. Kokohnya iman seperti perempuan Yunani dari Siro-Fenisia inilah meneguhkan iman kita dalam setiap situasi dan kondisi kita termasuk saat situasi sulit mendatangi kita baik kesulitan itu dari dalam diri kita maupun datang dari luar diri kita.***(P.Benediktus Bere Mali,SVD)***