MEMILIH PRIBADI
TERBUKA ATAU TERTUTUP
(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)
Kotbah Misa Harian, Jumat 21 Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia
P. Benediktus Bere Mali, SVD
Dalam
kehidupan bersama, termasuk di dalam keluarga, di dalam masyarakat, di dalam
Gereja, di dalam tempat kerja, kita pasti menemukan karakter orang yang
tertutup dan terbuka dalam membangun sebuah relasi.
Nah yang
menjadi pertanyaan kita adalah apa yang membedakan antara orang yang terbuka
dengan orang yang tertutup di dalam kehidupan bersama? Perbedaan antara orang
yang terbuka dan yang tertutup sebetulnya terletak di dalam penjelasan sebagai
berikut. Orang yang tertutup menutupi diri, dan kita tidak dapat menemukan cela
untuk mengenalnya secara lebih dalam, termasuk pengenalan kita itu terarah
kepada kebaikan dan kemajuannya di dalam kehidupan bersama. Kesulitan dan
persoalan hidupnya dialami secara pribadi. Sesama yang lain sulit untuk
memberikan jalan keluar yang tepat karena dia sendiri selalu tertutup. Beban
hidup ditanggung sendiri dan orang lain yang berkehendak baik untuk membantunya
tidak dapat melaksanakan pertolongan
karena dirinya selalu terutup.
Sebaliknya
orang yang terbuka adalah pribadi yang mudah dikenal baik kelebihan dan
kekurangannya oleh sesama sekitar. Kelebihannya diberi apresiasi. Kekurangannya
diberi masukan sehingga, dia dapat memperbaharui diri demi kemajuan dan
kebaikan pribadi dan masa depannya.
Dalam Injil
menampilkan sosok yang menampilkan karakter pribadi yang terbuka bukan
tertutup. Misalnya: Maria membuka diri terhadap Malaikat Tuhan, Malaikat
Gabriel yang membawa khabar Sukacita dari Tuhan kepadanya. Khabar Suka cita itu
adalah Yesus. Maria menerima khabar Gembira yang menjadi manusia di dalam rahimnya.
Rahim Maria, penuh dengan kegembiraan dan sukacita yang berlimpah ruah.
Kepenuhan Khabar Sukacita yang dimiliki Maria itu membuat Maria tidak menutup
diri bagi sesamanya. Maria tergerak dan pergi kepada Elisabeth membagikan
khabar sukacita Tuhan itu kepada keluarga Zakharia. Sukacita itu dialami secara
nyata dalam diri Elisabeth. Bayi Yohanes yang dikandung Elisabeth pun mengalami
sukacita itu dan turut melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabeth.
Kegembiraan
yang sejati ada di dalam Tuhan Yesus yang kita rayakan hari kelahiranNya pada
hari Raya Natal. KedatanganNya ke dunia
adalah kedatangan Kasih Yang Sejati bagi kita Manusia. Yesus datang sebagai
Emanuel yang menyertai kita untuk menyelamatkan kita. Yesus datang sebagai penebus dosa – dosa kita
melalui penderitaanNya di Salib. Yesus datang mengantar kita dari jalan yang
sesat kepada jalan yang benar menuju Surga.
Yesus datang untuk kegembiraan kita, keselamatan kita, dan kebahagiaan
kita yang abadi di Surga.
Ini artinya
bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang membuka diri bagi kita manusia. Tuhan
membuka diri kepada kita melalui Tuhan Yesus yang datang dan lahir pada Hari
raya Natal. Kita datang kepada Tuhan melalui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya
jalan, kebenaran dan kehidupan. Ini kita temukan di dalam Yoh 14.6. Hanya dalam
nama Yesus kita diselamatkan. Ini kita temukan di dalam Kisah Para rasul 4:12.
Tuhan
membuka jalan kebaikan dan kebenaran serta kehidupan bagi kita. Maka kita pun
membuka diri seperti Maria yang menerima Tuhan di dalam dirinya. Kita pun
menerima Tuhan Yesus di dalam rahim hati kita. Orang yang menerima Tuhan dan
mengandung Tuhan dia penuh dengan suka cita yang sejati. Hanya orang yang memiliki
sukacita yang dapat membagikan kegembiraan kepada sesama manusia di sekitar, di
tempat kerja, dan dimana saja dia berada.
Tuhan
memberikan PutraNya yang Tunggal kepada Kita. Memberi berarti kasih. Kasih
Tuhan adalah kasih yang sejati. Kasih Tuhan itu universal kepada semua manusia.
Kasih Tuhan tidak membeda-bedakan manusia. Kasih demikian itu seperti apa?
Tuhan
mengalurkan rahmat KasihNya itu seperti air hujan yang turun bagi manusia
melintas batas tanpa membeda-bedakan, dan seperti sinar Matahari yang
memancarkan terangnya bagi semua manusia di dunia melintas batas tanpa
diskriminasi (bdk.Mat: 5:45). Tuhan tidak tertutup dan egois. Tuhan membuka
diri dan menyalurkan kasihnya berlimpah ruah kepada kita manusia.
Apakah kita
tertutup dan egois atau kita selalu membuka diri dan berjiwa solider dengan
sesama kita? Natal ini bermakna bagi kita kalau kita hidup membuka diri dan
memberikan atau menyalurkan apa yang kita miliki kepada sesama yang membutuhkan
agar mereka juga mengalami sukacita yang sejati dari Tuhan melalui diri kita.
Kita tidak boleh menutup diri dan egois dalam membangun relasi dengan Tuhan dan
sesama. Orang yang tertutup dan egois adalah orang membuka diri kepada aliran
rahmat kasih dari Tuhan melalui sesama, tetapi menutup pintu hatinya untuk
terus mengalirkan rahmat Tuhan yang telah dierimanya kepada sesama di sekitar.
Kita harus menjadi orang yang berwatak terbuka kepada Tuhan untuk menerima
Rahmat Kasih Tuhan setiap saat, sekaligus membuka pintu hati kita untuk selalu mengalirkan rahmat dan
Kasih Tuhan kepada sesama sekitar. Dengan demikian aliran rahmat Tuhan itu
selalu berjalan lancar baik dari Tuhan Sumber Rahmat kepada kita maupun dari
kita kepada sesama sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar