MASIH ADA KESEMPATAN KEDUA
(Ef
4:7-16; Luk 13:1-9).
Kotbah
Misa Harian di Komunitas Soverdi Surabaya.
(P. Benediktus Bere Mali, SVD).
Kesempatan sehari 24 Jam. Kesempatan
ini tercipta bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Yang membuat perbedaan
adalah ada orang yang menggunakan atau mengisi kesempatan itu dengan penuh
tanggungjawab sesuai takaran kebaikan dan kebenaran umum, tetapi ada orang yang
tidak menggunakan atau mengisi waktu yang tersedia, dengan kemalasan atau tidak
bertanggungjawab atau mengalami kegagalan dalam meraih atau mencapai sesuatu
yang baik dan benar, dalam batas waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Meskipun demikian, kita kenal juga
pernyataan penuh optimis bagi orang yang mengalami kegagalan pertama bahwa
kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda atau kesempatan kedua selalu
tersedia bagi orang yang telah gagal di dalam usahanya meraih keberhasilan.
Masih ada peluang atau kesempatan kedua bagi sesuatu untuk bertumbuh atau
sesorang dapat berkembang dan berbuah dalam kata dan perbuatan yang baik dan
benar.
Hal inilah yang diutamakan di dalam
perumpamaan tentang pohon arah. Pohon ara yang tidak berbuah bukan untuk
ditebang dalam dunia lingkungan hidup. Pohon yang tidak berbuah harus dipupuk
dan dipelihara, agar di saat panen tahun berikutnya, hasilnya berlipat ganda.
Kegagalan pohon ara tidak berbuah,
bukan karena kesalahan sumbernya dari dalam dirinya sendiri, tetapi di luar
dirinya yaitu kesalahan atau kegagalan pemilik kebun pohon ara yang kurang
merawat pohon ara.
Masih dibutuhkan kesempatan kedua,
untuk merawat dan memupuk pohon ara agar dapat berbuah pada musim buah berikut.
Di dalam hidup bersama, di dalam
keluarga, komunitas, dan masyarakat, ada sesama saudara kita yang mengalami
kemajuan yang baik dan benar, ada juga yang sebaliknya.
Mereka yang mengalami kemunduran,
seringkali kita memfonis tanpa memberikan suasana dan kondisi yang diciptakan,
sebagai peluang kedua baginya untuk berkembang secara baik dan benar. Bahkan
kita bersikap diam atau acuh tak acuh, terhadap sesama yang mengalami kesulitan
dalam hidupnya atau panggilan hidupnya.
Kadang-kadang ketika kita berhadapan
dengan sesama yang mengalami persoalan atau kesulitan di dalam panggilannya,
kita langsung memotong pohon panggilannya, tidak memberikan kesempatan kedua
untuk menata dirinya.
Kiranya kata -kata injil hari ini
memperbaharui paradigma kita dalam menilai sesama yang mengalami kesulitan di
dalam hidupnya : " Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan
mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan
ia berbuah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar