Rabu, 09 Januari 2013

Renungan Misa, Senin Adven 24 Desember 2012



HIDUP RAGU ATAU YAKIN

2Sam 7:1-5, 8b-12, 16
Luk : 67 – 69

Senin Adven, 24 Desember 2012
Pastoran St. Yosef Kuala Kencana
Freeport – Keuskupan Timikia


P. Benediktus Bere Mali, SVD



Dalam hidup bersama, hidup di dalam keluarga dan di dalam komunitas, sering kita menjumpai teman-sahabat yang selalu memberikan kepastian dalam mengambil sebuah kebijakan untuk kehidupan bersama, tetapi ada juga pemimpin yang senantiasa memberikan keputusan-keputusan yang ambivalen antara ya atau tidak, yang penuh dengan keraguan bagi pemimpin dan juga bagi yang dipimpinnya.


Pemimpin yang kurang yakin bahkan selalu dibayangi oleh keraguannya di dalam menentukan sebuah keputusan untuk kebijakan bersama selalu mematahkan semangat anggota atau bawahannya untuk melakukan sesuatu yang lebih berkembang maju demi kebaikan bersama. Masing-masing anggota akhirnya berjalan sendiri-sendiri tanpa sebuah koordinasi yang terarah pada tujuan kehidupan bersama untuk kebaikan bersama.


Sebaliknya seorang pemimpin yang yakin dan pasti dalam mengambil sebuah keputusan sebagai sebuah kebijakan untuk kebaikan bersama, mudah menyatukan dan mengkoordinir anggota atau bawahan yang dipimpinnya, untuk bergerak membangun gerakan bersama di dalam memajukan kehidupan bersama untuk kebaikan bersama.


Zakharia adalah seorang imam yang setiap hari lebih banyak menghabiskan waktu hidupnya di Bait Allah. Tetapi hal itu tidak menambah dan meneguhkan kepastian imannya kepada Tuhan yang dia sembah dalam panggilannya sebagai seorang imam. Dia sepertinya doa di Gereja sebagai pelarian karena isterinya mandul, dan dijadikan aib dalam pandangan umum masyarakat pada waktu itu. Imannya pada Allah belum sempurna karena dia masih dalam keadaan yang selalu ragu-ragu.


Hal ini terbukti saat Malaikat Tuhan mewartakan bahwa isterinya akan mengandung dan melahirkan Yohanes, dalam usianya yang sudah mati haid, Zakharia ragu-ragu akan hal itu. Maka Allah membisukan Zakharia, hingga imannya menjadi pasti kepada berita Tuhan tentang kelahiran Yohanes karena berkat Roh Kudus Allah. Kepastian imannya itu terungkap dalam tulisan tangannya dalam keadaan bisu, bahwa anak yang lahir itu harus diberi nama Yohanes sesuai kehendak Allah, bukan berdasarkan kehendak manusia, kehendak pribadi Zakharia yang lebih memberikan nama sesuai adat keturunan dalam budaya Yahudi pada zamannya. Hal ini menegaskan bahwa Yohanes lahir bukan berdasarkan kehendak manusia tetapi berdasarkan kehendak Allah. Maka nama bayi yang lahir dari Elisabeth pun harus sesuai kehendak Allah bukan kehendak Zakharia.


Setelah Zakharia memastikan imannya kepada Tuhan atas kelahiran Yohanes dan menulis nama Yohanes sebagai hitam di atas putih, mujizat terjadi atas diri Zakharia yang bisu kembali dapat berbicara.


Ucapan syukur atas kepastian imannya itu, Zakharia memulai dalam sukacita Tuhan memuliakan Tuhan dalam Kidung Zakharia. Orang yang mendapat rahmat berlimpah dari Tuhan dan sungguh menyadari betapa besar dan dalamnya rahmat Tuhan baginya, pasti tahu bersyukur dan berterimakasih serta memuji dan memuliakan Tuhan sebagai ungkapan imannya yang pasti kepada Tuhan.


Kita setiap hari menerima rahmat Tuhan berupa napas kehidupan yang kita terima, makanan dan minuman yang kita peroleh dari tanah ciptaan Tuhan, perhatian, cinta dan pengorbanan dari sesama kepada kita. Kita selalu memperolah bantuan dari sesama kita, yang membuat kita selalu hidup di dalam kecukupan. Kita harus tahu bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan memuji dan memuliakan Tuhan. Rahmat yang selalu kita terima dari Tuhan harus membuat kita pasti mengungkapkan iman kita kepada Tuhan sumber segala yang baik dan benar untuk kita. Kita tidak boleh meragukan Tuhan yang selalu menyertai dan memberkati kita di dalam setiap langkah hidup kita.

Tidak ada komentar: