Minggu, 27 Januari 2008

Suku Bunaq Berbelasungkawa atas Wafatnya Pak Harto

Pada hari ini tepat pukul 13.10 Waktu Indonesia Barat, Pak Harto meninggal dunia, di rumah sakit Pertamina Jakarta. Setelah meninggal Jenazah Pak Harto disemayamkan di Kediaman cendana. Direncanakan pemberangkatan jenazah Pak Harto ke Solo, pada hari Senin 28 Januari dan langsung dimakamkan. Putera dan puteri bangsa Indonesia dari pulau Cendana, khususnya Suku Bangsa Bunak dari pinggiran yang nyaris tak terjangkau mengucapkan Selamat Jalan kepada Pak Harto dan semoga Yang Maha Kuasa memberi tempat bahagia di Surga. Doa kami menyertaimu di jalan menuju Rumah Bapa di surga. Teladan Baikmu selalu kami kenang dalam pikiran dan kami hidupi dalam hidup kami sebagai Putera dan puteri bangsa Indonesia berasal dari Suku Bunak. Sebagai putera dan puteri bangsa Indonesia, dari suku Bunak berbelasungkawa bersama keluarga yang ditinggalkan. Kediamanmu cendana mengharumkan namamu Pak Harto. Harumnya parfum cendana dibawa serta menuju Surga menghadapi Sang Pemilik kehidupan. Itulah "gift" istimewa untuk sang pemilik kehidupan di Surga. Salam kepada Santo Arnoldus Janssen dan Santo Josef Freinademetz di Surga dari keluarga besar SVD di dunia. Penulis yakin kedua Santo itu sangat senang karena cendana yang dibawa kesurga untuk tetap mengharumkan suasana surga. Peran pulau cendana, penghasil parfum alamiah itu bukan hanya di kediamanmu di cendana, tetapi akan terus sampai di Surga. Salam untuk Tuhan Allah yang menciptakan kita manusia sebagai citraNya dan memiliki kemanusiaan yang sama. Satu Pencipta dan satu kemanusiaan inilah menyatukan kita, bangsa yang aneka budaya dan suku bangsa ini, baik di dunia sebagai kemah sementara ini maupun di Surga sebagai kemah/kediaman abadi dan kekal. Pola ini menyatukan kita termasuk dalam berduka atas kepergian pak Harto. Kemah abadi adalah tempat tinggal para Santo dan Santa yang selalau berbahagia melayani Tuhan dan mendoakan manusia di dunia agar selalu sehat setia kepada Tuhan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Suara Si Sulung Imam SVD dari Suku Bangsa Bunaq

Pada hari ini hari Minggu 27 Januari 2008. Penulis berbagi pengalaman bersama putera sulung Imam dari Suku Bangsa Bunaq. Siapa dia? Pater Yustus Asa, SVD. Beliau saat ini menjadi Vikjen Keuskupan Atambua. Penulis setelah misa di Soverdi Surabaya dan sarapan pagi, berdiskusi tentang figur ideal pemimpin Gereja Lokal di kamar no 10 Soverdi Surabaya. Beliau sudah banyak makan asam garam dalam dunia kepemimpinan. Sebelum menjadi Vikjen Keuskupan Atambua, beliau telah menjadi provinsial Provinsi SVD Timor. Dalam diskusi itu, penulis menangkap satu hal yang sangat menarik yaitu seorang Uskup atau provinsial atau presiden atau Presiden suku adalah figur bijak publik sekaligus menjadi nabi. Perkataan yang dilontarkan harus dipertimbangkan secara matang bukan hanya dari perspektif logika tetapi harus dari perasaan bijak. Mengapa? Karena pemimpin Gereja Lokal atau pemimpin adat atau pemimpin negara adalah seorang figur yang menjadi pusat perhatian massa. Terutama dalam forum-forum resmi seorang pemimpin gereja lokal atau internasional harus mempertimbangakan secara matang apa yang akan disampaikan kepada publik. Pemimpin menyuarakan suara rakyat atau umat yang dipimpinnya dengan satu kebijaksanaan dan pertimbangan logika yang matang. Dengan demikian penampilannya membawa kesejukan kepada umat atau masyarakat yang dipimpinnya. Umat atau masyarakat melihat pembicaraan pemimpin di forum sebagai satu pembicaraan yang serius dan resmi. Oleh karena itu, sebelum berbicara, seorang pemimpin harus mempertimbangkannya dengan logika yang matang dan dalam suatu koridor kebijaksanaan sehingga tidak membawa satu akibat yang fatal bagi masyarakat atau umat pada umunya. Dalam sebuah forum resmi, seorang pemimpin berbicara main-main atau guyunan atau serius, semuanya itu massa atau umat tanggapi secara serius. Barangkali ini adalah salib bagi seorang pemimpin. Kematangan pemimpin teruji dalam pengalaman. Ketidakmatangan atau gegabahnya seorang pemimpin yang tidak bijak dalam berbicara akan rubuh sendiri dalam masa kepemimpinannya. Massa atau umat akan menarik kembali kepercayaan yang telah diberikan kepadanya dan akan memberikan kepada pemimpin berikut.Pemimpin kehilangan kepercayaan publik. Pengalaman ini diungkap Pater Yustus Asa, SVD karena semuanya itu lahir dari pengalamannya selama menjadi pemimpin dalam Serikat SVD maupun dalam Keuskupan Atambua sebagai Vikjen. Penulis sebagai anak muda sangat senang hari ini karena mendapat pengalaman yang sangat berarti bagi penulis yang masih sangat balita dalam soal kepemimpinan dalam Gereja maupun di dalam Serikat Sabda Allah. Pengalaman Pater Yustus Asa, SVD ini memberi kekuatan dalam perjalanan panggilan penulis. Pater Yustus Asa, SVD juga sangat peduli pada kaum biarawan dan biarawati yang berasal dari Suku Bunaq. Menurut daftar yang ada di tangan Pater Yustus Asa, SVD, sudah lebih dari 75 orang yang berjuba dari bangsa Suku Bunaq. Suku Bunaq saat ini memiliki tiga (3) buah paroki yaitu Paroki St. Theodorus Weluli, Paroki Ratu Damai Fulur dan Paroki St. Gerardus Nualain. Jumlah ini adalah buah-buah penanaman iman oleh para misionaris yang berkarya menjalankan tugas perutusan Tuhan di Suku Bunaq. Buah sulung pertama adalah Pater Yustus Asa, SVD. Beliau adalah putra sulung imam dari Suku Bunaq. O ya... Keberadaan Pater Yustus Asa, SVD di Surabaya bukan untuk jalan-jalan tanpa tujuan. Beliau datang ke Surabaya mengadakan pemeriksaan Kesehatan. setelah pemeriksaan, beliau perlu pengobatan jalan. Trimakasih banyak pater atas pengalamanmu yang sangat memperkaya penulis yang masih sangat muda ini.