Kamis, 07 Januari 2021

Homili Misa Harian Jumat 8 Januari 2021

 Iman yang Menyelamatkan


*P. Benediktus Bere Mali, SVD* 


Renungan Misa Harian

Jumat 8 Januari 2021

1Yoh 5:5-13

Luk 5: 12-16


Seorang yang baru-baru ini Sembuh dari Positif covid 19, diminta banyak sahabatnya untuk berbagi pengalaman Sembuh dari covid 19. Kemudian ia mengawali sharingnya dengan pertanyaan ini.

Apa perbedaan pengalaman Sakit dan tinggal di Rumah Sakit Selama Masa pandemik covid-19 dengan Sakit dan tinggal di Rumah Sakit pada saat normal sebelum pandemik covid-19? 

 Sakit pada saat normal lebih baik daripada Sakit lalu Masuk Rumah Sakit pada saat pandemik covid 19. Sakit pada saat situasi normal, banyak sahabat dan anggota keluarga yang memperhatikan Kita yang sedang Sakit. Tetapi Sakit dan masuk Rumah Sakit Karena covid, lalu keluar isolasi mandiri, benar sebuah pengalaman yang sangat tidak enak. Sakit Positif covid  , Kita sendiri yang Cucu pakain-setrika khusus atau terpisab dari orang lain, termasuk makan minum dan lain-lain. Orang pun menjauh dari Diri Kita sendiri. Secara Psikologis, lebih banyak stress dan itu menurunkan imun tubuh. Sampai  Sembuh  dari Sakit Positif corona virus  19, secara bertahap si Sakit menata kembali  hidup secara normal. Kemudian satu hal utama yang membuat imun si penderita tetap kuat adalah ketika si sakit melewati pergulatan yang hebat sampai pada akhirnya ia tiba pada titik Percaya total kepada Tuhan, "kalau Tuhan mau maka saya disembuhkan."  Kata-kata pasrah ini pada akhirnya membuat si sakit Damai dengan Diri sendiri. Meskipun Positif covid, tetapi selera makannya baik sehingga makanan dapat menambah imun tubuh dan damai dengan Diri yang sedang Sakit Positif covid 19, menambah imun tubuhnya.   Penerimaan Diri yang sedang Sakit dan damai dengan Diri dan memiliki selera makan yang bagus, pada akhirnya kembali Negatif covid 19. 


Si penderita kusta mengalami Sakit Fisik, Psikologis dan Sosial. Secara Sosial, si kusta diasingkan dalam pergaulan bersama. Secara Psikologis, si kusta mengalami tekanan Psikologis. Secara Fisik, Sakit kusta sulit disembuhkan. Tetapi tampaknya bahwa secara psikologis ia telah berdamai dengan Diri yang sedang Sakit Fisik-sakit kusta, dan secara Sosial, ia juga sudah Sembuh Karena ia berani mendekati Yesus dengan berkata kepada-Nya: " Jika Tuhan mau, tahirkanlah aku." Kata-kata nya ini adalah dasar pasrah dan Percaya total si kusta kepada Tuhan Yesus sang penyembuh atau dokter   spiritual baginya. Tuhan tidak menutup mata terhadap dirinya. Tuhan Yesus berkata: "Aku Mau, jadikan engkau Tahir." Maka sembuhlah si kusta dan ia menyatakan kemuliaan Tuhan Yesus yang menyembuhkannya kepada imam dan mempersembahkan persembahan untuk pentahiran seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka. 


Bukti Bahwa Yesus adalah dokter spiritual yang menyembuhkan dirinya. Dan dalam aturan Yahudi seorang yang Sembuh dari Sakit setia memberikan persembahan syukur kepada imam.   


Iman Kita dalam situasi normal seringkali iman Kita bertumbuh biasa-biasa saja. Tetapi pada saat tubuh Fisik dan Psikologis serta Sosial tidak berdaya lagi, satu-satunya kekuatan hidup Kita adalah pasrah total kepada Tuhan sumber hidup Kita. Pasrah total kepada Yesus sungguh dapat menyembuhkan Kita dari Sakit penyakit yang Kita alami dan derita. Iman yang bertumbuh di dalam Kepasrahan dapat menyembuhkan Kita.***

Lukas 4:14-22a : Misi ala "blusukan" dari Yesus versus Setan Padang gurun berusaha supaya menang

* P. Benedict Bere Mali, SVD *



Daily Mass Devotional 

Thursday, 7 January 2021

1Jo 4: 19-5: 4

Luke 4: 14-22a

The devil of the Wilderness enemies the mission of "blusukan" Jesus



In the Network (online) all Positive and Negative information floods every person. Only a handful of people choose Negative information over a long period of time. The majority of the population chooses positive information for themselves and others. One of the positive information that every human being has is that everyone wants to be treated positively by others and thus he is motivated to do positive things to others.


One of the positive things that attracted the public's heart and went viral on social media in the (online) network this Sunday is the downward movement by our Social Affairs minister. The minister came to touch the hearts of the homeless and immediately knew them and especially the need for housing, food and clothing for the homeless that the Social Affairs Minister met. Serving with the "blusukan" down to the bottom is needed by the general public in this country. This is a public service revolution "leaving the way behind the desk" towards "going to the field" both at the beginning, process, evaluation, revision, process, evaluation, mission until the goal is achieved, namely common prosperity equitably for everyone. 


Jesus ministered by means of a "descending" gesture, that of being born in the Stables of Bethlehem. Since the beginning, he has shown his humility. His mission is not at the prijaji level only, but the "blusukan mission" model of Jesus to bring the Good News to the poor, deliverance to captives, to see the blind, and to liberate the oppressed. Jesus took ministry to marginalized people, small and simple people who had not received maximum service from their fellowmen. The ministry mission of Jesus was always looking for opportunities that were not normally accessible to other people. 


Bahaya kemapanan seorang misionaris zaman ini bisa direduksi oleh sapaan gaya misi Yesus. Misi seperti ini dimiliki setelah lulus ujian dari Iblis di Padang gurun.  Ada tiga ujian penting di Padang gurun yaitu harta duniawi, kuasa duniawi, mental instant. Yesus bermisi "blusukan" lewat proses bukan instant dalam bermisi. Yesus tidak terbelenggu oleh harta dan kuasa duniawi. Yesus komitment pada misi kepada orang yang belum dilayani yaitu orang miskin, tertawan, buta/Sakit, tertindas secara Psikologis, Sosial, dan Fisik.

Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa sesungguhya Yesus sudah menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Pengolahan Diri yang matang telah teruji  Iblis dalam pencobaan di Padang gurun Selama 40 Hari sebagai sebuah Retret Agung. Sekali lagi Yesus sudah menyelesaikan semua soal  yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Yesus kini hanya memfokuskan Diri pada persoalan persoalan dunia lainnya dan persoalan Sesama atau orang lain. Yesus tidak dikuasai oleh harta, kuasa dan wanita. Ujian itu oleh Iblis di Padang gurun. Kini Yesus fokus Misi ala "blusukan" yang bagi mayoritas sulit dilakukan. 


Konstitusi Kita berbasis Misi Yesus mulai dari pinggiran  atau orang kecil inilah yang sebaiknya menjadi dasar misi Kita pada zaman ini. Benturan keuangan adalah sebuah soal diskusi hangat dalam misi Kita. Tetapi management keuangan yang belum tepat sering dijadikan alasan untuk tidak bermisi seperti Yesus dalam Injil Hari ini. Padahal Yesus bermisi tidak punya uang tetapi misinya menjadi sumber atau dasar bagi misionaris sepanjang zaman. ***