Kamis, 07 Maret 2013

Homili Kamis 7 Maret 2013


PERANTARA ALLAH ATAU SETAN

Homili Kamis 7 Maret 2013
Yer 7 : 23 – 28
Mzm 95 : 1 – 2 . 6 -9
Luk 11 : 14 ; 23

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Setiap bangsa memiliki perantara dengan bangsa-bangsa lain yang membuka pintu hatinya untuk membangun kerja sama yang membangun dan menyelamatkan. Perantara antara dua bangsa itu adalah duta atau utusan yang diutus mewakili negaranya tinggal di negara lain sebagai negara penerima untuk melaksanakan tugasnya di negara tersebut. Duta menjadi jembatan antara dua negara yang mengutus dan negara yang menerima. Kehadiran utusan untuk melayani sesama baik yang sebangsa maupun bangsa penerima untuk kemajuan yang baik dan benar yang disepakati bersama kedua negara tersebut.
       Bacaan Pertama menyampaikan kepada kita tentang Allah Sang penyelamat manusia mengutus Yeremia untuk mewartakan misi keselamatan kepada bangsa Israel.  Yeremia adalah jembatan antara Allah dan manusia. Misi Allah di Surga yang menyelamatkan dan membahagiakan disampaikan Nabi Yeremia kepada Israel di dunia. Allah menyatakan kebahagiaan Israel di dunia dicapai melalui jalan ketaatan kepada Kehendak Tuhan yang senantiasa menyelamatkan. Ketaatan itu semestinya diungkapkan dalam pikiran kata dan perilaku Israel dalam setiap tempat dan segala zaman. Bukan ketaatan yang disampaikan dalam sebuah iklan “dilihat taat tidak dilihat tidak taat.” Allah mengetahui setiap posisi manusia di setiap tempat dan segala zaman. Allah mengenal manusia seutuhnya. Semuanya transparan di mata Tuhan (Bdk.Mzm 139).

Bacaan Injil mengungkapkan bahwa Yesus adalah Putra Allah Utusan Allah yang langsung datang menghadirkan Kerajaan Allah dalam seluruh kehadiranNya dan PewartaanNya. Yesus mengusir setan dari orang bisu. Satu karya setan adalah membuat bisu orang yang ada dalam kendalinya. Setan diusir pergi dari orang itu maka orang itu berbicara secara normal. Pertanyaan kita adalah: setan diusir keluar dari orang bisu itu, selanjutnya arah kepergiannya kemana?
Orang yang senantiasa menempatkan diri menganggu, menyakiti, menekan, menghalangi, menindas, membelenggu, membisukan sesama adalah tanda setan yang keluar dari si bisu tadi pindah ke dalam diri orang yang hidupnya menghancurkan sesama. Orang yang berjalan meninggalkan Tuhan menuju kelompok yang menghancurkan serta terlibat dalam konspirasi kelompok itu adalah sebuah tindakan iblis bukan perilaku yang lahir dari Allah. Kelompok yang menolak Allah adalah bangsa Israel yang tidak taat pada kehendak Allah, mendatangkan kebinasaan atas diri mereka sendiri dan sesama. Mereka yang senantiasa merusak sesama secara nyata membisukan sesama adalah kerjaan setan. Dengan kata lain, Setan itu keluar dari si bisu menuju hati manusia yang tidak taat kepada kehendak Tuhan yang senantiasa menyelamatkan. Setan itu masuk kedalam diri kelompok banyak orang yang melawan dan menolak Yesus bahkan menuduh Yesus sebagai kepada setan.
Ada dua kelompok yang ditampilkan di dalam Bacaan-bacaan Suci pada hari ini. Kelompok pertama dalah perantara Allah yaitu menerima kehendak Allah yang menyelamatkan dan melaksanakan Kehendak Allah dalam hidupnya. Mereka itu adalah Yeremia dan  orang taat pada kehendak Allah, serta kelompok yang menerima Yesus yang diwakili si bisu yang disembuhkan. Kelompok kedua adalah perantara setan yang berkarya membisukan orang lain, mengganggu orang lain, dan menolak Yesus sang penyelamat. Penolak Yesus dengan pikiran, kata, perilaku adalah tanda kuasa setan berkarya dalam diri  orang yang menolak Yesus.
Kita berada di persimpangan jalan yang menuntut kita menentukan pilihan pada jalan mana yang akan kita lalui dalam kebebasan kita. Memilih jalan kelompok yang berjalan meninggalkan Yesus atau memilih jalan kelompok yang berjalan menuju Yesus. Berjalan menuju  Yesus itu menyelamatkan dan membahagiakan. Berjalan meninggalkan Yesus itu menyesatkan. Prapaskah adalah masa istimewa pertobatan umat Katolik. Orang yang bertobat senantiasa berjalan meninggalkan setan yang membisukan, menuju Tuhan Yesus yang menyembuhkan, menyelamatkan, mendamaikan dan membahagiakan.