Sabtu, 27 Oktober 2012

RENUNGAN HARIAN MISA SABTU 27 OKTOBER 2012



MASIH ADA KESEMPATAN KEDUA
(Ef 4:7-16; Luk 13:1-9).
Kotbah Misa Harian di Komunitas Soverdi Surabaya.

(P. Benediktus Bere Mali, SVD).



Kesempatan sehari 24 Jam. Kesempatan ini tercipta bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Yang membuat perbedaan adalah ada orang yang menggunakan atau mengisi kesempatan itu dengan penuh tanggungjawab sesuai takaran kebaikan dan kebenaran umum, tetapi ada orang yang tidak menggunakan atau mengisi waktu yang tersedia, dengan kemalasan atau tidak bertanggungjawab atau mengalami kegagalan dalam meraih atau mencapai sesuatu yang baik dan benar, dalam batas waktu tertentu yang telah disepakati bersama.


Meskipun demikian, kita kenal juga pernyataan penuh optimis bagi orang yang mengalami kegagalan pertama bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda atau kesempatan kedua selalu tersedia bagi orang yang telah gagal di dalam usahanya meraih keberhasilan. Masih ada peluang atau kesempatan kedua bagi sesuatu untuk bertumbuh atau sesorang dapat berkembang dan berbuah dalam kata dan perbuatan yang baik dan benar.

Hal inilah yang diutamakan di dalam perumpamaan tentang pohon arah. Pohon ara yang tidak berbuah bukan untuk ditebang dalam dunia lingkungan hidup. Pohon yang tidak berbuah harus dipupuk dan dipelihara, agar di saat panen tahun berikutnya, hasilnya berlipat ganda.


Kegagalan pohon ara tidak berbuah, bukan karena kesalahan sumbernya dari dalam dirinya sendiri, tetapi di luar dirinya yaitu kesalahan atau kegagalan pemilik kebun pohon ara yang kurang merawat pohon ara.

Masih dibutuhkan kesempatan kedua, untuk merawat dan memupuk pohon ara agar dapat berbuah pada musim buah berikut.


Di dalam hidup bersama, di dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat, ada sesama saudara kita yang mengalami kemajuan yang baik dan benar, ada juga yang sebaliknya.


Mereka yang mengalami kemunduran, seringkali kita memfonis tanpa memberikan suasana dan kondisi yang diciptakan, sebagai peluang kedua baginya untuk berkembang secara baik dan benar. Bahkan kita bersikap diam atau acuh tak acuh, terhadap sesama yang mengalami kesulitan dalam hidupnya atau panggilan hidupnya.


Kadang-kadang ketika kita berhadapan dengan sesama yang mengalami persoalan atau kesulitan di dalam panggilannya, kita langsung memotong pohon panggilannya, tidak memberikan kesempatan kedua untuk menata dirinya.


Kiranya kata -kata injil hari ini memperbaharui paradigma kita dalam menilai sesama yang mengalami kesulitan di dalam hidupnya : " Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah."