Minggu, 14 Februari 2021

Mengapa Yesus tidak memberi tanda kepada orang-orang Farisi yang datang meminta pada-Nya suatu tanda dari Surga?

  *Rm. Benediktus Bere Mali, SVD*

 

Renungan Misa Harian

Senin 15 Februari 2021

Kej.4:1-15.25

Mrk.8:11-13

 

Mengapa Yesus tidak memberi tanda kepada orang-orang Farisi yang datang meminta pada-Nya suatu tanda dari Surga? Yesus memiliki alasan tersendiri tidak melayani orang-orang Farisi yang meminta tanda daripada-Nya karena mereka tidak jujur dan mereka memiliki intensi untuk mencobai Yesus. Tuhan Yesus mengetahui intensi jahat orang-orang Farisi yang meminta tanda dari Yesus untuk menjerat Yesus. Yesus tegas tidak melayani permintaan orang-orang Farisi dan meninggalkan mereka. Tuhan Yesus tidak melayani orang Farisi dan meninggalkan mereka ini tentu menciptakan kemarahan dan permusuhan terhadap Yesus. Kemarahan mereka berpucak pada menangkap Yesus dan menyiksa Yesus di salib dan wafat di Kayu Salib. 

 

Bacaan pertama jelas menyampaikan Kain yang berhati jahat dalam mempersembahkan bahan persembahannya kepada Tuhan sehingga Tuhan tidak menerima bahan persembahannya. Sedangkan bahan persembahan Habel adiknya Tuhan terima. Kain membunuh Habel karena hati yang jahat yang telah diketahui Tuhan. Ia membunuh Habel yang persembahannya diterima Tuhan. Ia jengkel pada Habel adiknya karena persembahannya diterima Tuhan sedangkan bahan persembahan dari hasil pertaniannya kepada Tuhan itu tidak dikabulkan.

 

Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan tegas terhadap orang yang berhati jahat dan bertindak jahat terhadap sesamanya. Bacaan pertama menampilkan bahwa Tuhan mengutuk orang yang membunuh sesamanya karena hidup itu milik Tuhan bukan milik manusia. Tuhan juga marah pada orang Farisi yang tidak jujur dalam meminta Yesus untuk memberikan tanda dari surga. Kemarahan itu terungkap dalam Yesus tidak melayani keingingan mereka untuk mencobai Yesus dan langsung Yesus meninggalkan mereka. Tuhan mengutuk Kain karena ia membunuh Habel saudaranya. 

 

 

Kita minta Tuhan Yesus mengabulkan doa kita. Permintaan kita itu tidak akan sia-sia kalau kita meminta berdasarkan kebutuhan tetapi bukan menurut keinginan kita. Lebih dari itu kita mengharapkan komunikasi dengan Tuhan melalui persembahan doa, material dan kegiatan kita berdasarkan hati jujur dan tulus maka semua persembahan kita dikabulkan. Kita yakin bahwa orang jujur di hadapan Tuhan yang membawa persembahkan kepada Tuhan, pasti Tuhan kabulkan. Tetapi orang yang tidak jujur, pasti Yesus marah tidak memberi pelayanan dan bahkan meninggalkan orang-orang yang  meminta untuk dilayani. ***

Mengapa Orang Sakit kusta yang disembuhkan itu tidak pergi kepada para imam sesuai perintah Yesus tetapi justru melanggar larangan Yesus untuk wartakan kepada siapapun tentang penyembuhannya itu?

   






 *Benediktus Bere Mali*

 


 

Renungan Misa Hari Minggu

14 Februari 2021 

Im 13:1-2.44-46

1Kor.10:31-11:1

Mrk.1:40-45



Mengapa orang yang disembuhkan dari sakit kustanya itu langsung mewartakan berita sukacita itu kepada orang banyak walaupun Tuhan Yesus melarangnya untuk melakukan itu, padahal Yesus memberi tugas dan kewajiban bahwa ia harus memperlihatkan diri kepada para imam sebagai bukti bahwa ia sudah sembuh sesuai hukum Musa? 

Benar sekali Yesus menegaskan bahwa orang yang sembuh dari sakit kusta itu harus pergi  kepada imam. Mengapa?

Karena imam Agama Yahudi memiliki peran ganda yaitu sebagai tabib yang menentukan seseorang itu memiliki gejala kusta dan didiagnosis kusta dan setelah berobat di tempat isolasi, dan sesudah sembuh ia harus mendapat keputusan resmi dari imam setelah melihat gejalanya tidak ada lagi dan dengan demikian dinyatakan secara resmi bahwa ia telah sembuh. 

Anehnya bahwa orang yang sembuh itu tidak lakukan perintah Yesus itu. Tetapi justru  orang yang telah sembuh itu pergi mewartakan warta sukacita itu kepada orang banyak. Mengapa? 


Dari kacamata orang yang sembuh itu hal ini menunjukan bahwa dia tidak perlu lapor diri kepada para imam Yahudi yang memiliki peran ganda sebagai tabib, pemimpin doa di rumah ibadat, hakim dan pemimpin politik tetapi mereka tidak dapat menyembuhkan sakitnya. Mereka menempati posisi imam hanya untuk mencari kemuliaan diri seperti apa yang tertulis di dalam bacaan kedua.  Mereka hanya pandai menentukan bahwa berdasarkan gejala, orang itu sakit kusta tetapi tidak mencari solusi atau tidak dapat menyembuhkan. 

Baginya Yesus adalah imam utama dan imam sejati yang berperan sebagai pemimpin doa di Bait Allah, hakim yang menentukan hukuman bagi yang melanggar hukum, dan sebagai tabib yang menyembuhkan. 

Ia kini sudah hidup dalam era baru Yesus bukan lagi dalam era lama imam perjanjian lama lagi. Baginya Yesus adalah fokus dan itulah yang ia sebarluaskan kepada semua orang agar semua orang juga beralih dari imam perjanjian lama kepada imam perjanjian baru di dalam diri Yesus. Ia melakukan semua itu untuk kemuliaan Tuhan Yesus bukan untuk mencari kemuliaan diri sendiri. la bukan lagi hidup di bawah imam perjanjian lama yang hanya mencari kemuliaan diri sendiri. Ia kini telah menjadi manusia baru dalam Yesus tabibnya dan tabib kita semua.***