Selasa, 30 Maret 2021

"Mengapa Pemimpin dan Ekonom kelompok 12 para murid Yesus itu sedang mengalami Krisis panggilan?"

   *P.Benediktus Bere Mali, SVD*



Renungan Misa Harian

Selasa dalam Pekan Suci

30 Maret 2021

Yes 49:1-6

Yoh 13:21-33.36-38



"Mengapa Pemimpin dan Ekonom kelompok 12 para murid Yesus itu sedang  mengalami Krisis panggilan?"




Krisis adalah satu bagian dari perkembangan hidup manusia baik secara fisik-biologis, sosial, psikologis, dan spiritual. 12 Murid Yesus adalah orang-orang yang sudah dewasa secara fisik bahkan ada yang sudah mapan dalam pekerjaan lalu meninggalkan pekerjaan mapannya itu kemudian menjadi murid Yesus dan hidup bersama Yesus selama 3 tahun lamanya. Tetapi mereka sebagai manusia mengalami Krisis dalam panggilan mereka sebagai murid Yesus. Yesus sebagai guru mereka lebih mudah dari para murid-Nya. Hanya dalam 3 Tahun mereka hidup bersama Yesus. Formasi mereka sangat singkat kalau dibandingkan dengan situasi formasi kita sekarang. 


Krisis Petrus dan Yudas Iskariot sangat jelas di saat-saat akhir hidup bersama Yesus. Petrus sebagai pemimpin mengalami krisis dan itu akan tampil di dalam penyangkalannya terhadap Yesus. Sekalipun demikian kemudian Petrus bertobat. Kemudian Petrus menjadi pemimpin atau Paus Pertama dalam hirarki Gereja Katolik. Kepemimpinan Petrus diteruskan sampai hari ini dalam diri para Paus penggantinya. 


Sedangkan Yudas Iskariot lebih parah lagi bahwa Yudas mengkhianati Sang Guru dengan menjual Yesus kepada para musuh-Nya seharga jual seorang hamba pada saat itu, sebesar 30 keping perak. Uang itu untuk dirinya sendiri. 


Yudas Iskariot selama hidupnya dalam kelompok 12 murid,  bermain dua kaki yaitu melayani kebutuhan kelompok 12 murid dan sekaligus pada saat yang bersamaan mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri. Contoh Yudas mencuri uang dari komunitas kelompok 12 murid untuk dirinya sendiri. Hal ini terungkap saat Maria Magdalena meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang Mahal harganya. Yudas menegur Yesus bahwa tidak penting meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu  yang sangat mahal harganya 300 dinar itu dari persembahan Maria Magdalena kepada Yesus. Lebih Baik uang itu untuk  menolong orang-orang miskin yang lebih membutuhkan. Yudas terlalu masuk pada urusan pribadi Maria Magdalena yang memberikan yang terbaik kepada Yesus.


Tetapi motivasi Yudas bukan itu, ia katakan itu agar  ia  dapat mencuri uang itu untuk dirinya sendiri. Ia menggunakan alasan yang tampak sangat masuk akal di mata publik tetapi setelah menerima uang, karena ia bendahara, uang itu digunakan untuk kepentingan dirinya sendiri.



Di sini kita melihat, Petrus sekalipun mengalami jatuh bangun sebagai murid Yesus,  tetapi toh ia menjadi pelayan Yesus dan umatNya  yang sampai tuntas. Sedangkan Yudas menjadi murid yang melayani  secara tuntas hanya untuk dirinya sendiri dengan sikap oportunis dalam kelompok 12. Hal itu berpuncak pada penjualan Yesus sang Gurunya seharga 30 keping perak seharga seorang hamba pada saat itu. Buahnya Yudas mati bunuh diri. Harta kekayaan duniawi dengan menjual Yesus yang dimilikinya tidak memberi kebahagiaannya, tetapi justru  sebaliknya bahwa ia menjadi orang yang mengalami stress tingkat tinggi dan akhirnya ia mati dengan cara membunuh dirinya sendiri. 


Kita belajar dari Petrus dan Yudas Iskariot. Dua tokoh ini sangat inspiratif dalam melihat realitas pemimpin dan ekonom dalam kenyataan hidup kita baik dalam lingkup kecil maupun makro. Seringkali masalah ada dalam komunitas karena spirit dua tokoh ini secara negatif masih hidup dalam. Komunitas makro maupun mikro. Atau sebaliknya secara positif spirit dua tokoh ini masih berjalan menggunakan kaki mereka di jalan yang benar sesuai arahan Yesus sang Guru sejati pada zaman kita dewasa ini.***