Sabtu, 10 November 2012

Misa Syukur Wisuda Akademi Analis Kesehatan, Sabtu 10 Nopember 2012



“AKU MENJADI GARAM
SECARA PROPORSIONAL”

Ef 5 : 1 - 20
Mat 5 : 13 – 6
Misa Syukuran Wisuda,
Sabtu 10 Nopember 2012,
di  Akademi Analis Kesehatan Surabaya

(P. Benediktus Bere Mali, SVD)


Garam adalah satu unsur penting di dalam hidup kita. Ketika mendengar kata garam, saya langsung arahkan pikiran saya pada sayuran dan lauk yang dikonsumsi. Ketika garamnya proporsional dalam sayur-sayuran dan lauk yang dikonsumsi, maka pasti rasanya sangat enak.


Tetapi ketika terjadi kelebihan garam, atau kekurangan garam, maka ketika makanan itu dikonsumsi, pasti yang terungkap adalah keluhan pada pelayan restoran, misalnya kalau makannya di restoran, atau keluhan pada yang memasak di dapur kalau makannya di rumah.


Yesus hari ini berkata kepada para muridNya supaya mereka menjadi Garam. Maksudnya mereka menjadi garam secara proporsional di dalam kehidupan bersama baik di dalam komunitas mereka, komunitas masyarakat, dan dimana saja mereka berada, baik secara team maupun secara personal.


Menjadi garam secara proporsional berarti para murid membuat hidup bersama itu enak suasananya, bahagia, damai, penuh sukacita, dan saling menyokong dalam hal yang baik dan benar satu terhadap yang lain. Mereka membawa khabar sukacita bagi sesama, secara internal di dalam komunitas mereka maupun secara eskternal di dalam komunitas masyarakat yang mereka layani dan jumpai.


Yesus menekankan hal itu di dalam hidup dan karya pelayanan para murid, karena harapan itu adalah harapan umum. Nilai menjadi garam yang membuat suasana enak dalam kehidupan bersama, adalah kesukaan dan harapan semua orang melintas batas. 


Artinya apa? Artinya bahwa ketika para murid hadir seperti garam yang mengenakan suasana yang dirasakan banyak orang melintas batas, kehadiran mereka menjadi berarti dan menarik simpati banyak orang. Kalau banyak orang yang merasa tertarik dengan kehadiran para murid, dengan sendirinya, karya pewartaan khabar sukacita Injil, akan disambut secara positif. Dengan demikian para murid pun mendapat banyak sahabat melintas batas. Kehadiran mereka adalah pewartaan Injil yang hidup karena mereka memberikan kesaksian yang baik dan benar dan sangat menarik simpati banyak orang melintas batas.


Kita adalah para murid Yesus pada zaman ini. Kata-kata Injil selalu aktual sepanjang masa bagi kita. Kita pun harus menjadi garam secara proporsional di dalam kehidupan kita. Kita harus menjadi garam yang mengenakan suasana kehidupan bersama, di tempat kos, di kampus, di tempat kerja, di mana saja kita berada.


Saya mengatakan ini adalah sebuah keharusan karena ini adalah cara kita memiliki banyak sahabat, ini adalah cara kita mendapat penghargaan dan apresiasi dari sesama. Ini adalah kunci keberhasilan di dalam tugas dan karya kita setiap hari. 


Untuk itu kita harus membiasakan diri menjadi garam yang proporsional di dalam kehidupan bersama di mana pun kita berada. Untuk kita harus displin menjadikan diri kita sebagai garam yang secara proporsional mengenakan di dalam kehidupan kita.


Kalau dulu kehardiran kita menjadi sesuatu yang asam dan pahit bagi sesama, maka kini kita harus menjadi garam yang proporsional bagi sesama kita yang kita jumpai dan hidup bersama dengan kita. Kalau dulu kita menjadi kegelapan bagi orang tua yang bersusah payah membiayai kita kuliah, maka kini kita harus menjadi terang bagi keluarga kita dengan kerja yang baik dan benar, dan mendatangkan hasil yang cukup bagi diri kita dan orang tua kita. Kalau dulu, kurang jujur dalam menggunakan keuangan yang diberikan orang tua, maka kini adalah saatnya bagi kita untuk menggunakan keuangan dengan jujur dan bertanggungjawab, di dalam kerja dan pelayanan kita. Kalau dulu kita masih belum tekun dan displin menata diri bagi masa depan yang lebih baik, maka kini adalah saatnya bagi kita untuk menata diri dengan penuh kedisiplinan. Setiap usaha dan pengorbanan kita untuk kebaikan dan kebenaran pasti diberkati oleh Tuhan.

Introduksi Misa Syukur Wisuda :

Kita bersyukur karena KASIH yang kita terima dari Tuhan yang kita imani setiap saat, setiap waktu, setiap hari, di dalam seluruh waktu hidup kita. KASIH itu menjadi nyata dalam keberhasilan yang kita peroleh dan miliki berkat KASIH Tuhan yang Tuhan forward-kan di dalam diri sesama kita, di dalam diri teman-teman kita, orang tua kita, keluarga kita, para dosen kita, siapa saja yang membentuk diri kita menjadi pribadi yang berhasil di dalam hidup dan terutama di dalam studi. Kita bersyukur karena sesama kita telah menjadi garam dan terang bagi kita. Kita kini diutus untuk menjadi garan dan terang bagi sesama.

Kotbah Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012 Hari Pahlawan



ALLAH MENGETAHUI HATIMU
Peringatan Wajib Santo Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja
Flp 4:10-19; Luk 16:9-15
Misa Harian, Sabtu 10 Nopember 2012,
Di Soverdi Surabaya
(P. Benediktus Bere Mali, SVD)

Manusia hidup dan berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, orang tua di dalam sebuah keluarga, sebuah komunitas, di dalam sebuah lingkungan, di dalam sebuah masyarakat yang mempunyai aturan yang mengatur hidup bersama, mengatur hidup sopan santun bersama, mengatur perilaku bersama dengan satu tujuan untuk menyelamatkan semua orang, untuk mendamaikan semua orang, untuk membahagiakan semua orang.

Ketika manusia menempatkan diri secara tepat di dalam keluarganya, komunitasnya, lingkungan masyarakatnya, ada apresiasi yang diterima, ada penghargaan yang disambut, ada sukacita yang didapat. Tetapi ketika manusia melanggar aturan yang ada, bahkan secara berulang-ulang atau bahkan secara keterlaluan melanggar dan tidak peduli pada aturan yang ada, akan dinilai sebagai pembangkang, dan dibanjiri berbagai cibiran dan kata-kata penolakan yang diterimanya.

Orang yang menerima penolakan karena tidak taat pada aturan bersama untuk kebaikan dan keselamatan bersama, seringkali membela diri terhadap teguran sesama sekitar di dalam keluarga, di dalam komunitas gereja, di dalama lingkungan masyarakat setempat. Orang yang ditegur karena salah, orang yang diarahkan kepada jalan yang benar karena telah berjalan di jalan yang salah, bahkan direspon dengan membenarkan diri di hadapan publik, atau tidak secara jujur dan tulus mengakui kesalahannya, sehingga sesama sekitar tidak dapat mengarahkannya dengan penuh belas kasih.

Di dalam Injil hari ini, menampilkan dua  hati yang mewarnai hidup manusia. Hati yang jujur mengakui kesalahan dalam hidup bersama dan hati yang tidak jujur atau membenarkan diri walau telah melakukan kesalahan dan dosa. Yesus menghendaki agar semua orang berlaku jujur dan tidak membenarkan diri atas kesalahan dan dosanya. Sebaliknya orang Farisi tidak jujur mengakui kesalahannya bahkan membela diri di hadapan publik. Yesus bersabda kepada orang-orang Farisi yang menjadi hamba-hamba mamon itu demikian:

"Kalian membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu."

Yesus menghendaki agar orang Farisi dan setiap pengikutnya mengutamakan harta rohani yang sifatnya kekal dibandingkan dengan harta duniawi yang sifatnya sementara. Harta duniawi tercipta untuk mencari dan menemukan harta surgawi yang memberikan keselamatan abadi. Harta surgawi itu ada dan ditemukan di dalam diri Yesus. Menemukan harta Surgawi berarti mendengarkan Sabda Yesus dan melaksanakan di dalam hidup karena Yesus adalah jalan keselamatan bagi para pengikutNya. Di dalam namaNya ditemukan keselamatan.

Dihadapan Tuhan yang Maha Tahu kita tidak bisa berbuat lain selain mengakui kesalahan dan dosa secara tulus dan jujur. Maka kalau dulu kita jarang menerima sakramen Rekonsiliasi maka inilah kesempatan bagi kita untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi agar hidup harmonis dan damai dengan Allah, dengan Sesama dan Alam Sekitar dan diri sendiri. Kalau dulu kita masih bermain topeng, kini kita mau berlaku tulus dan jujur di dalam kehidupan beriman kita kepada Tuhan Yesus.  

Hari ini adalah hari Pahlawan. Para pahlawan adalah para pejung keselamatan bagi bangsa dan Negara, bagi rakyat seluruhnya di tanah air Indonesia, bagi kemerdekaan rakyat Indonesia. Kita dapat menjadi pahlawan spiritual yaitu mengutamakan harta surgawi untuk menyelamatkan semua orang. Kita menjadi pahlawan rohani, dengan setia kepada Tuhan dan Sesama dalam hal-hal kecil yang menyelamatkan semua orang melintas batas. Sto. Leo Agung sudah menjadi Pahlawan Spiritual, sebagai pemimpin dan pengarah umat Katolik di seluruh dunia pada jalan keselamatan dalam jabatannya sebagai Paus selama hidupnya.