Selasa, 23 April 2013

Homili Selasa 23 April 2013

“Agama Yahudi vs Agama Kristen (Kis 11:26)”
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Kehidupan Orang Kristen senantiasa menemui banyak pertanyaan seperti ini. Sejak kapan Agama Kristen itu lahir? Mengapa Agama Kristen itu lahir?
Agama Kristen lahir setelah Kristus bangkit. Agama Kristen lahir di Antiokhia (Kis 11: 26). Para muridNya menerima banyak kali penampakan Paskah dan Roh Paskah senantiasa menyertai para murid di dalam memberikan pewartaan dan kesaksian serta mujizat penyembuhan orang sakit dan mujizat kebangkitan orang mati yang dilaksanakan oleh para muridNya di dalam nama Tuhan Yesus, yang membangkitkan iman dan kepercayaan banyak orang kepada Kristus yang telah bangkit, tetapi menjadi batu sandungan bagi kemajuan dan perkembangan Agama Yahudi yang dikendalikan secara legal dalam institusi Sanhedrin. Maka para murid keluar dari wilayah Yahudi dan pergi keluar kepada bangsa-bangsa lain mewartakan Kristus dan mengadakan mujizat dalam nama Tuhan Yesus yang telah bangkit.
Pernyataan di atas muncullah pertanyaan ini: Apa ide dasar yang membedakan antara agama Yahudi dengan Agama Kristen? Perbedaan mendasar antara Agama Yahudi dengan Agama Kristen sebetulnya terletak di dalam Partikularitas dan universalitas keselamatan.
Agama Yahudi adalah Agama yang para penganutnya menaruh kepercayaan kepada YAHWE yang disistematisasi di dalam Taurat Musa dengan satu pemahaman akan partikularitas keselamatan hanya pada bangsa Yahudi atau Israel, sebaliknya menutupi pintu keselamatan bagi orang-orang lain yang hidupnya tidak berdasarkan Taurat Musa secara lahiriah belaka. Sedangkan Agama Kristen adalah  agama yang para penganutnya menaruh kepercayaan kepada Kristus Yesus yang telah bangkit dari Kubur pada hari ketiga, setelah ditangkap, disiksa, dibunuh oleh kelompok Sanhedrin dan dimakamkan. Yesus Kristus yang telah bangkit adalah pemenuhan pemahaman dan kepercayaan akan YAHWE di dalam Hukum Taurat, yang disistematisasi di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. 
Orang Kristen percaya kepada Kristus sebagai pemenuhan YAHWE di dalam Perjanjian Lama sedangkan Orang Yahudi tidak percaya kepada Kristus yang telah bangkit.  Orang Yahudi memiliki Allah yang hanya menyelamatkan mereka sendiri tetapi tidak menyelamatkan sesama yang lain yang bukan bangsa Yahudi. Orang-orang Kristen dimiliki Allah yang telah menjadi nyata di dalam diri Kristus yang telah bangkit dan menyelamatkan bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain melintas batas. Orang-orang Yahudi merasa terancam dengan kehadiran Yesus Kristus yang elah bangkit yang diwartakan oleh para murid kepada orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain, dalam pewartaan dan mujizat, sehingga semakin banyak orang yang percaya kepada Kristus. Orang Yahudi yang merasa terancam oleh para pengikut Kristus, mumpung mereka memiliki kuasa dalam insitusi keagamaan bangsa Yahudi, memanfaatkan posisi legal itu menindas dan menganiayah orang Kristen yang percaya kepada Kritus dengan satu tujuan penghapusan jejak sejarah Yesus Kristus yang telah bangkit sebagai puncak pemenuhan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru.
Penganiayaan itu bukannya mematikan semangat paskah para Para MuridNya. Seperti emas, semakin dibakar dalam penganiayaan semakin kokoh keyakinan dan kepercayaan mereka kepada Kristus Yang Telah Bangkit membawa keselamatan universal bagi bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Semakian dianiayah semakin berkembanglah Agama Kristen. Agama Kristen berkembang sampai hari ini dan pasti seterusnya terus berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa Agama Kristus Sungguh lahir atas kehendak Allah bukan kehendak manusia. Sebab kalau atas kehendak manusia maka ketika para pendiri Agama Kristen itu meninggal, maka bubarlah Agama Kristen. Ternyata dari Antiokia seabagi titik awal Agama Kristen bergerak menuju keselurh dunia sampai kita menanut Agama Kristen, menunjukkan suatu mujizat dari Allah sungguh nyata bagi kita. Allah sungguh pendiri utama Agama Kristen. Roh KudusNya selalu menyertai Agama Kristen di sepanjang zaman dan di segala tempat.
Kita menganut agama Kristen dengan pemahaman utama adalah universalitas keselamatan Kristus yang telah bangkit, kepada segala bangsa langgar batas. Pola ini menegur kita ketika kita masih membiarkan roh agama Yahudi yang mengutamakan keselamatan itu hanya milik mereka tetapi tertutup bagi yang lain, karena suka tidak suka atau beda latar belakang dan usia dan seterusnya.

Homili  Selasa 23  April 2013
Di Gereja Roh Kudus Rungkut Surabaya
Kis 11 : 19 – 26
Mzm 87 : 1 – 3.4-5.6-7
Yoh 10 : 22 – 30


Homili Senin 22 April 2013

http://soverdia.blogspot.com/2013/04/gembala-domba-dan-gembala-itik.html



Homili Senin 22 April 2013
Kis 11 : 1 – 18
Mzm 42 : 2 – 3; 43:3.4
Yoh 10 : 1 - 10

GEMBALA ITIK dan GEMBALA DOMBA
*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Saya beberapa waktu lalu bertemu seorang gembala yang sedang menggembalakan domba-dombanya. Keunikan gembala domba dapat dilahat pada gambar di atas. Gembala domba selalu berada di depan barisan domba dan domba-domba mengikutinya dari belakang. Sebaliknya pada waktu yang berbeda saya melihat gembala itik. Keunikan penggembala itik adalah gembala selalu berada di belakang itik. Gembala mendorong Itik dari belakang ke arah yang dituju.


 Pengalaman akan Gembala itik dengan gembala domba tersebut membuat saya ingat akan pengalaman saya ketika saya mengikuti lomba cerdas cermat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) pada waktu duduk di Bangku Sekolah Menengah Pertama. Saat itu salah satu tokoh kunci yang kami pelajari adalah Ki Hajar Dewantara, pelopor dan pendiri pendidikan di Indonesia, yang mendirikan Perguruan Taman Siswa di tahun 1922. Dia adalah pahlawan pendidikan Nasional. Motonya yang terkenal  yang menjadi pertanyaan rebutan di dalam lomba cepat tepat tersebut adalah: Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ketiga moto itu mempunyai arti sebagai berikut: Guru atau Pemimpin “di depan memberikan teladan, di tengah menggerakkan, di belakang memberikan dorongan”. Saya masih ingat pertanyaan rebutan yang jawabannya benar (B) atau salah (S). Pertanyaan itu berbunyi demikian: Seorang Guru yang terlambat mengikuti apel bendera pada hari senin, sesuai “Ing Ngarso Sung Tulodho. Benar atau salah? Saya menjawab salah. Kelompok kami mendapat nilai seratus.
Ing Ngarso Sung Tulodho berarti seorang pemimpin  baik sebagai guru, pemimpin komunitas, pemimpin religius, ketua kelas, ketua kelompok, senantiasa  berada di depan memberikan contoh yang baik dan benar bagi  murid atau bagi yang dipimpinnya. Dengan kata lain seorang pemimpin memberikan contoh yang menyelamatkan dan membangkitkan bukan menyesatkan atau menyalibkan.
Injil hari ini mengatakan bahwa Yesus adalah gembala yang baik. Ia menuntun domba-domba keluar dari kandangnya,lalu Ia berada di depan dan berjalan di depan domba-domba dan domba-domba berjalan mengikutiNya. Yesus adalah gembala yang baik berjalan di depan menuju tujuan keselamatan. Domba-domba yang mengikutinya pun berjalan menuju keselamatan itu.
Kita semua adalah orang-orang yang dipimpin oleh Yesus adalah Gembala Yang Baik. Ia berada di depan kita dan berjalan di depan kita dan kita mengikutiNya. Jalan yang dilaluiNya adalah jalan Salib Menuju Kebahagiaan. Jalan penderitaan menuju jalan keselamatan. Kita mengikuti jalan itu. Jalan salib menuju Alleluya. Jalan salib menuju jalan kebangkitan. Paskah adalah jalan kebangkitan setelah jalan penyaliban. Roh Paskah ada di dalam diri kita kalau kita ada untuk membangkitkan sesame bukan menyalibkan sesama. Kita ada untuk berada di depan memberikan contoh hidup yang membangkitkan bukan menyalibkan sesama di sekitar kita.