Jumat, 05 Februari 2021

Renungan Misa Harian Sabtu 6 Februari 2021

 Renungan Harian

Sabtu 6 Februari 2021

 

Ibr.13:15-17.20-21

Mrk. 6:30-34

 

 

Dalam group proses penyembuhan atau penyelesaian atas sebuah soal, ada lima langkah yang perlu dilakukan. Pertama, data persoalan dari pribadi, keluarga, kelompok dan komunitas berasal dari sebuah assessment ilmiah yang terdiri dari pertama observasi dari dalam anggota kelompok itu sendiri maupun dari luar kelompok sehingga data observasi mendekati kebenaran bahwa dalam pribadi maupun dalam keluarga atau komunitas yang menjadi fokus, bisa mendapat persoalan secara obyektif. Kedua, wawancara pribadi, keluarga, atau komunitas yang hendak diteliti untuk mendapat data yang obyektif. Wawancara terbatas pada tokoh-tokoh kunci yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pribadi, keluarga, atau komunitas yang diteliti. Ketika, questioner atau alat tes psikologi yang tepat sesuai dengan soal di dalam diri atau keluarga atau komunitas, berdasarkan persetujuan partisipan setelah penjelasan peneliti dan dipahami oleh partisipan. 

 

Kedua, data dari tiga alat asesement ini dapat dirangkum peneliti. Hasilnya disampaikan kepada partisipan untuk mendapat koreksi yang melengkapi data yang tekah peneliti rangkumkan. Setelah mendapat masukan dari partisipan, peneliti menentukan daftar persoalan dari group yang diteliti kemudian soal itu disampaikan kepada partisipan untuk didiskusikan, sampai menemukan masalah utama dari kelompok atau group atau komunitas yang diteliti.  

 

Ketiga, Masalah utama yang dimaksud bisa terdiri dari satu soal atau beberapa soal dengan penyebab utama yang memelihara persoalan itu. Setelah rumusan persoalan yang bersentuhan langsung dengan perasaan, pembicaraan, perbuatan dan pikiran dari anggota kelompok atau pribadi yang diteliti, peneliti dapat menyampaikan hasil rumusan sementara itu, presentasikan kepada partisipan untuk disempurnakan oleh partisipan. 

 

Keempat, setelah partisipan menyetujui hasil rumusan itu, peneliti dapat menuju tahap berikut yang membantu peneliti bersama partisipan menentukan perencanaan penyembuhan atas soal-soal group atau komunitas yang dirumuskan sebelumnya. Perencanaan penyembuhan atau penyelesaian soal ini meliputi tiga tahap terpenting yang harus dilalui. Pertama, peneliti bersama partisipan membaca rumusan soal sebelumnya. Dari dalam rumusan itu persoalan group yang berhubungan dengan emosi, tindakan, dan pikiran didaftar secara jelas dan pasti sebagai persoalan pokok atau persoalan inti dari group atau komunitas yang hendak melaksanakan proses penyembuhan atau penyelesaian atas soal-soal itu. Peneliti meminta konfirmasi partisipan atas daftar soal partisipan untuk membuat persoalan final menurut partisipan yang diteliti. 

 

Setelah partisipan menyetujui daftar soal groupnya atau komunitas, peneliti memasuki tahap berikut dari proses penyembuhan kelompok atau komunitas yang menjadi partisipan yang diteliti. Tahap berikut setelah daftar soal utama adalah peneliti bersama partisipan menentukan tujuan dari setiap daftar soal pada tahap pertama. Tujuan itu untuk menyembuhkan atau menyelesaikan setiap daftar soal group atau komunitas yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap pertama dari proses penyembuhan. Tujuan itu semestinya spesifik, dapat terukur, dapat dicapai, konkret, memiliki batas waktu tertentu. Peneliti menjelaskan tujuan ini kepada partisipan sampai semua partisipan mengerti sebab dengan pemahaman partisipan itu partisipan dapat melaksanakan proses penyelesaian soal dalam group atau komunitas. 

 

Setelah mereka mengerti tujuan, peneliti dapat mengarahkan partisipan pada tahap berikut dari proses penyembuhan atau proses penyelesaian atas dafta soal dengan tujuannya yang telah ditentukan dan disetujui bersama. 

 

Untuk mencapai tujuan itu, peneliti menemukan dan menjelaskan intervensi yang efektif kepada partisipan sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain menyelesaikan persoalan yang ada dalam group atau komunitas. Peneliti mengelaborasi literatur-literatur terkini tentang intervensi efektif atas soal group atau komunitas yang sedang ditujukan untuk diselesaikan. Peneliti memberikan contoh, bahkan latihan kepada partisipan sampai mereka mengerti dan mereka dapat melaksanakan intervensi efektif itu pada diri mereka sendiri dalam mencapai tujuan yaitu menyelesaikan masalah group atau komunitas. 

 

Kelima, setelah partisipan atau group atau anggota komunitas mengerti intervensi efektif berdasarkan literatur terkini, maka peneliti dapat beralih kepada tahap pengimplementasian intervensi efektif pada anggota komunitas atau group atau partisipan. Selama implementasi intervensi efektif itu, peneliti dapat menentukan jadwal monitor dan evaluasi, baik oleh peneliti, partisipan, maupun observer dari luar dengan mengisi form-form monitor dan evaluasi yang sudah disiapkan dan telah dibagikan. Dari hasil data monitor dan evaluasi ini, peneliti dan partisipan memiliki alasan yang cukup untuk mengatakan bahwa proses penyembuhan atau penyelesaian atas persoalan partisipan dapat berjalan dengan baik atau sebaliknya. Ternyata dalam pengimplementasian intervensi efektif itu tidak berjalan maka peneliti meminta persetujuan dan ijin partisipan untuk melakukan revisi karena sangat memungkinkan untuk itu. 

 

Revisi berarti peneliti dapat melakukan assessment ulang dan seterusnya melalui tahap-tahap seperti disebutkan di atas sampai group atau komunitas yang menjadi partisipan dapat sembuh atau menyelesaikan persoalannya. Atas dasar persetujuan partisipan bahwa mereka telah merasa nyaman karena masalah telah selesai maka proses penyembuhan atau penyelesaian persoalan group, secara bersama oleh partisipan dan peneliti mengakhirinya atau terminasi proses penyembuhan atau penyelesaikan persoalan komunitas atau group proses. 

 

 

Langkah-langkah group proses dalam menyelesaikan persoalan group di atas dapat digunakan untuk melihat group proses dalam komunitas para murid bersama Yesus secara khusus di dalam Injil pada hari ini.  Salah satu tahap dari group proses yang sangat aktual yang ditemukan di dalam group proses para murid adalah tahap evaluasi tugas dan kerja mereka sebagai pewarta Injil kepada segala suku bangsa. Mereka menyelesaikan persoalan bahwa begitu banyak orang yang belum mengenal Tuhan Yesus maka mereka perlu ditutus dan mewartakan Yesus kepada semua orang. Dalam melaksanakan tugas ini ada banyak pengalaman suka dan duka, gagal dan berhasil.  Yesus mengundang mereka semua berkumpul pada tempat yang sepi untuk sharing pengalaman, untuk evaluasi tugas misi mereka. Evaluasi ini penting karena dari sini para murid dapat menyempurnakan misi mereka dan jika perlu revisi, maka mereka perlu revisi cara pendekatan mereka sesuai konteks misi mereka masing-masing, sehingga revisi cara misi itu akan memberikan dampat positif bagi penerima pewartaan khabar Gembira Tuhan yang membawa keselamatan inklusif. Revisi itu baik yang berhubungan dengan misi ke dalam diri para murid dan ke dalam komunitas para murid itu sendiri maupun misi ke luar kepada orang-orang yang mereka layani. 

 

Mungkin dalam evaluasi itu termasuk menyangkut bidang fisik berupa Kesehatan, uang saku, uang makan minum pakaian serta biaya operasional yang lainnya dari misi. Saya rasa dan yakin, di sini peran murid Yudas Iskariot menjadi sentral dalam mempresentasikan semua kegiatan misi yang berhubungan dengan keuangan komunitas para murid bersama Sang Guru Yesus Tuhan. 

 

Dalam bidang rohani, tentu fokus pada hidup doa, puasa, dan berderma atau bersedeka sebagai tiga hal utama dalam mempertajam kesalehan para misionaris. Dalam Injil jelas, mereka pergi ke tempat yang sunyi, untuk mengolah dan mengasah keheningan mereka. Itulah pengalaman para murid dalam Injil hari ini.

 

Kita hidup dalam komunitas karya dan komunitas formasi dengan penekanan misi ke dalam dan keluar komunitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Tetapi bagi kita tahap-tahap group proses komunitas kita untuk menyehatkan komunitas kita, harus kita sadari, dan implementasikan di dalam komunitas kita. Arahnya jelas dan sangat penting: untuk menyehatkan kehidupan kita bersama di dalam komunitas karya dan komunitas formasi. Lima tahap untuk menjadikan komunitas kita sehat atau setidak-tidaknya meminimalkan persoalan dalam komunitas kita yaitu kita tahu soal-soal yang ada dalam komunitas kita melalui assessment rutin yang kita lakukan dalam waktu yang telah terencana rapi. Kita bersama merumuskan persoalan itu. Kita bersama mendaftarkan persoalan utama dalam komunitas kita. Kita menentukan tujuan dari persoalan itu. Kita menemukan intervensi efektif terkini dalam menyelesaikan persoalan utama komunitas kita yang sedang kita alami. Kita mengimplementasikan intervensi efektif itu dan dalam pengimplementasian itu kita menentukan bagaimana memonitornya, mengevaluasinya, merevisinya jika perlu, sampai komunitas kita berjalan sehat dan normal untuk kebaikan kita bersama. Semoga berguna bagi pembaca.*** (P.Benediktus Bere Mali, SVD)***

 

 

 

 

Renungan Harian Jumat 5 Februari 2021

  Refleksi Bacaan Misa Harian

Jumat 5 Februari 2021

Ibr.13:1-8

Mrk 6:14-29


*P.Benediktus Bere Mali, SVD*



Ada tiga hal penting yang menjadi godaan bagi manusia yaitu tahkta, harta, dan seks. Godaan ini disinggung di dalam bacaan-bacaan suci hari ini. Bacaan Pertama berbicara tentang godaan harta dan seks. Dalam bahasa bacaan Pertama tertulis, janganlah menjadi hamba uang dan janganlah menodai tempat tidur. Sementara di dalam bacaan Injil berbicara secara detil tentang godaan kuasa. Hamba kekuasaan  dapat menghalalkan segala cara untuk memiliki kuasa dan sekaligus menjadi hamba kuasa. Herodes memiliki sekaligus menjadi hamba kuasa. Ia memenggal kepala Yohanes Pembaptis demi harga diri, kuasa, dan seks. Herodes hamba kuasa, harta, dan seks yang berpuncak pada Pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis yang  terjadi setelah Yohanes Pembaptis menegur Herodes yang memperisteri Herodias, isteri Filipus saudaranya. Herodes hamba kuasa, harta dan kenikmatan seks. Herodes menghalalkan segala cara untuk memiliki dan sekaligus menjadi hamba harta, kuasa, tahkta.


Pesan bagi kita adalah cukupkanlah dirimu dengan materi tapi janganlah materialis, cukupkanlah dirimu dengan kuasa tetapi janganlah hamba kuasa seperti Herodes, cukuplah dirimu dengan kepuasan dan kenikmatan inderawi tetapi janganlah menjadi hamba kenikmatan duniawi yang sementara. 


Arahkanlah dirimu berkuasa untuk melayani dengan tulus ikhlas,  berharta duniawi untuk memperoleh harta surgawi yang abadi, dan memiliki kenikmatan inderawi untuk memiliki kenikmatan surgawi yang kekal. Tuhan memberkati.***