Kamis, 20 Desember 2012

Kotbah Misa Harian, Kamis 20 Desember 2012



“PEMIMPIN MENJADI HAMBA ATAU RAJA”

Yes 7:10-14; Luk 1:26-38
Kotbah Misa Harian, Kamis 20 Desember 2012
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


SebuahKabupaten Baru yang terbentuk di bulan Desember ini adalah Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ada banyak  orang yang memberikan tanggapan terhadap pembentukan Kabupaten Malaka, ada tanggapan yang positif dan ada tanggapan yang negatif. Ada yang memberikan tanggapan bahwa Malaka akan maju kalau dipimpin oleh pemimpin yang baik dan benar dan penuh bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat Malaka pada umumnya tanpa membeda-bedakan antara Malaka Foho dengan Malaka Fehan.  Ada yang memberikan tanggapan negatif bahwa dengan adanya Kabupaten Malaka akan membuka pintu persaingan yang tidak sehat antara Malaka Fehan dan Malaka Foho.

Kalau dulu Kabupaten Belu, yang terdiri dari  Belu Selatan dan Belu Utara, yang ada adalah persaingan yang sehat dan tidak sehat antara keduanya, dan kini dengan adanya Malaka sebagai sebuah kabupaten Baru, yang akan ada dan pasti ada adalah persaingan yang sehat dan tidak sehat antara Malaka Foho dengan Malaka Fehan. Persaingan yang tidak sehat dalam mengatur Kabupaten Malaka, akan memperlambat kemajuan Kabupaten Malaka. Persaingan yang sehat yang mengutamakan kualitas personalia yang mengutamakan kesejahteraan bersama Kabupaten Malaka, maka kemajuan Kabupaten Malaka akan diraih dalam jangka waktu yang singkat pada masa yang akan datang.

Pemimpin yang mengutamakan kualitas dalam memimpin Kabupaten Malaka ke depan, dapat disamakan dengan  pemimpin yang menghidupi spiritualitas seorang hamba dengan prinsip: “Terjadilah Pada-ku(pemimpin) menurut kehendak rakyat Malaka untuk kesejahteraan bersama. Tetapi pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan dirinya sendiri dan melupakan kesejahteraan rakyat Malaka pada umumnya disamakan dengan pemimpin yang berprinsip : “Terjadilah pada-ku (pemimpin) menurut kehendak-ku (pemimpin). Dalam diri pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan dirinya sendiri saja, dan melupakan kesejahteraan bersama rakyat Malaka, menghidupi : “ vox dei vox populi” sedangkan pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan rakyat pada umumnya, membangun dan melaksanakan  “vox populi vox dei”.

Maria adalah model pemimpin teladan yang menempatkan diri dalam relasi dengan Tuhan dengan prinsip “Aku ini hamba-Mu (Tuhan), terjadilah Pada-ku menurut perkataan-Mu (Allah).” Ciri khas kehendak Allah adalah  segala yang menyelamatkan semua orang melintas batas, semua yang membawa kesejahteraan bagi semua orang melintas batas.  

Kehedak Allah itu menjadi nyata dalam diri Yesus yang dikandung oleh rahim Maria dan dilahirkan pada hari Raya Natal dan kedatanganNya untuk kedua kalinya pada akhir zaman.  Tuhan Yesus adalah juru selamat semua orang melintas batas. KeselamatanNya mengalir bagi semua orang melintas batas , bagaikan air hujan yang turun bagi semua orang yang baik dan orang yang jahat dan seperti sinar Matahari yang menyinari semua orang, yang baik maupun yang jahat (Mat 5:45).

Masa adven adalah masa persiapan kedatangan Tuhan pada hari Natal dan pada akhir zaman. Kita menyiapkan rahim hati kita untuk menyambut kedatangan Tuhan dalam rumah hati kita.  Tuhan akan kita kandung dalam rahim hati kita dan kemudian kita lahirkan bagi keselamatan dunia kalau kita seperti Maria yang berpegang pada prinsip : “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak-Mu” yang menyelamatkan semua orang melintas batas, bukan berdasarkan prinsip “terjadilah padaku menurut kehendakku” yang sangat egois dan bahkan menghancurkan sesama.