Jumat, 07 Mei 2021

"Relasi Berbasis Sahabat vs hamba"


*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


 Sebuah keluarga dengan anak-anaknya berjumlah sepuluh orang. Orang tua sangat disiplin pada aturan bersama di dalam keluarga. Apapun yang dikatakan orang tua ditaati, tidak ada diskusi. Kata-kata orang tua adalah hukum. Namanya hukum ditaati pasti dihargai dan diberi apresiasi tetapi dilanggar akan mendapat sanksinya. Anak mengikuti Suara orang tua karena mendapat nilai penghargaan tetapi juga Anak taat mengikuti Suara orang tua karena takut mendapat sanksi. Konsistensi orang tua menerapkan cara ini menghasilkan buahnya positif bahwa semua Anak sukses meraih pendidikan sampai s1 dan bekerja dengan mendapat penghasilan yang baik bagi kemandirian mereka sendiri.

Tetapi Anak milenial beda dengan Anak dulu karena Anak milenial perlu diskusikan setiap suara orang tua sebelum menjadi sebuah aturan bersama untuk kepentingan bersama. Orang tua yang membuka ruang diskusi kepada anak-anak kemudian semua memiliki pemahaman yang sama atas aturan bersama dan secara konsisten dan komitmen melaksanakan aturan bersama untuk kebaikan bersama, juga berbuah baik dalam diri anak-anak meraih keberhasilan dalam hidup mereka. 

Peran orang tua zaman ini bukan melihat Anak sebagai bawahan yang harus ikut suara orang tua, tetapi semestinya Peran orang tua menjadi sahabat bagi Anak Anak dalam keluarga. Semua persoalan dasar dibuka ruang untuk didiskusikan bersama untuk kebaikan bersama. Orang tua tidak lagi menyembunyikan semua yang terbaik bagi Anak dan sebaliknya anak-anak juga tidak menyembunyikan hal-hal yang terbaik bagi orang tua dan semua anggota keluarga. Semua yang terbaik itulah yang semestinya menjadi dasar bersama dalam melaksanakan tata aturan bersama untuk kebaikan bersama. 

Kehadiran Yesus di depan publik menampilkan sebuah relasi radikal antara Yesus dengan jemaatNya. Sebelum Yesus datang di depan publik, yang ada adalah relasi atasan dengan bawahan atau hirarkis. Tetapi setelah itu Yesus hadir membangun relasi dengan UmatNya sebagai relasi kasih Persahabatan. Dalam relasi kasih, Yesus menyampaikan segala sesuatu yang terbaik bagi umatNya untuk keselamatan bukan kematian. Yesus tidak menyembunyikan semua yang terbaik bagi umatNya sebagai sahabat. Sebaliknya kalau relasi itu berbasis hamba dan atasan maka atasan menyembunyikan banyak hal kepada hambanya. Yesus menunjukan aturan Persahabatan dengan kasih satu terhadap yang lain secara tulus. Kasih itu adalah hukum pertama dan utama dari Yesus dalam membangun relasi persahabatan dengan UmatNya.

Paulus dan Barnabas serta Yudas dan Silas hidup bersahabat dengan Yesus yang telah Bangkit. Mereka percaya dan penuh iman kepada Yesus bahwa Yesus telah menjadi sahabat bagi Umat dengan menyerahkan nyawaNya bagi sahabat-sahabatNya.  Inilah kasih yang paling besar dari Tuhan Yesus kepada Umat manusia. 

Paulus dan Barnabas, Yudas dan Silas mengasihi Yesus dengan mewartakan Kasih Persahabatan Kristus kepada Semua orang. Mereka membawa sukacita kebangkitan Kristus kepada umat Antiokhia yang mendengarkan Warta sukacita mereka  dengan penuh sukacita. 

Kita adalah Sahabat Yesus yang telah menyerahkan nyawaNya untuk menyelamatkan dosa-dosa kita. Kita menyerahkan semua yang kita punya untuk melayani sesama dan Tuhan didasari oleh relasi kasih Persahabatan Yesus dengan kita umatNya. Tuhan telah memberi contoh kepada kita. Kita melaksanakan apa yang Tuhan Yesus lakukan untuk kita, tentu saja hal itu sudah pasti berdasarkan iman kita bahwa kita selalu menerima RahmatNya dan kemudian kita menjadi penyalur rahmatNya kepada sesama kita. Semua itu kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus. Kerendahan hati kita sesungguhnya menjadi keadaan bathin yang selalu terbuka dalam menerima RahmatNya di dalam hidup untuk terus alirkan RahmatNya kepada sesama. 

Semakin Anda memberi secara Cuma-cuma maka Anda semakin banyak menerima RahmatNya secara Cuma-cuma Pula dari Atas karena jalur aliran rahmat selalu terbuka, dan kran aliran RahmatNya itu tidak ditutup oleh egoisme diri yang sedang menerima RahmatNya.***



Liturgia Verbi (B-I)

Hari Biasa Pekan Paskah V


Jumat, 7 Mei 2021


Bacaan Pertama

Kis 15:22-31


"Adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami,

supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban

daripada yang perlu."


Pembacaan dari Kisah Para Rasul:


Pada akhir sidang pemuka jemaat di Yerusalem

yang membicarakan soal sunat,

rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat

mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka

beberapa orang yang akan diutus ke Antiokhia

bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas.

Yang terpilih yaitu Yudas yang disebut Barsabas dan Silas.

Keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara itu.

Kepada mereka diserahkan surat yang bunyinya:

"Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua,

dari saudara-saudaramu,

kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia

yang berasal dari bangsa-bangsa lain.

Kami telah mendengar,

bahwa ada beberapa orang di antara kami,

yang tiada mendapat pesan dari kami,

telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu

dengan ajaran mereka.

Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan

untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu

bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi,

yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya

karena nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas,

yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini

juga kepada kamu.


Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami,

supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban

dari pada yang perlu, yakni:

kamu harus menjauhkan diri

dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala,

dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik

dan dari percabulan.

Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini,

kamu berbuat baik.

Sekianlah, selamat."


Setelah berpamitan, Yudas dan Silas berangkat ke Antiokhia.

Di situ mereka memanggil seluruh jemaat berkumpul,

lalu menyerahkan surat itu kepada mereka.

Setelah membaca surat itu,

jemaat bersukacita karena isinya yang menghiburkan.


Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan

Mzm 57:8-9.10-12,R:10a


Refren: Aku mau bersyukur kepada-Mu, Tuhan,

di antara bangsa-bangsa.


*Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap;

aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.

Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah hai gambus dan kecapi,

mari kita membangunkan fajar!


*Tuhan, aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa,

aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa.

Sebab kasih setia-Mu menjulang setinggi langit,

dan kebenaran-Mu setinggi awan-gemawan.

Bangkitlah mengatasi langit, ya Allah!

Biarlah kemuliaan-Mu meliputi seluruh bumi!


Bait Pengantar Injil

Yoh 15:15b


Aku menyebut kamu sahabat, sabda Tuhan,

karena Aku telah memberitahukan kepada kamu

segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.


Bacaan Injil

Yoh 15:12-17


"Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:


Dalam amanat perpisahan-Nya

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,

"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,

seperti Aku telah mengasihi kamu.

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang

yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.


Kamu adalah sahabat-Ku,

jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba,

sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya.

Tetapi Aku menyebut kamu sahabat,

karena Aku telah memberitahukan kepada kamu

segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.


Bukan kamu yang memilih Aku,

tetapi Akulah yang memilih kamu.

Dan Aku telah menetapkan kamu,

supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,

supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,

diberikan-Nya kepadamu.


Inilah perintah-Ku kepadamu:

Kasihilah seorang akan yang lain."


Demikianlah sabda Tuhan.