Minggu, 31 Januari 2021

Renungan Harian Senin 1 Februari 2021

  Refleksi Pribadi 

Senin 1 Februari 2021

Ibr.11:32-40

Mrk. 5:1-20


*P.BENEDIKTUS BERE MALI, SVD*


Di antara sekian banyak hal yang menarik dari bacaan Injil hari ini,  hanya satu hal yang spesial bagi saya pribadi dan diharapkan juga bagi semua orang yang mendengar dan membaca bacaan ini,  yaitu merasa heran bahwa 2000 ekor babi yang mati tidak menjadi sumber kemarahan para penjaga babi tetapi justru mereka sukacita mewartakan mujizat Yesus mengusir 2000 Roh Jahat /legion yang merasuki dan mengganggu pribadi yang bersangkutan, sehingga roh jahat itu menyakiti diri dan melukai diri sendiri. Pemilik babi dan penjaga babi justru tidak marah pada Yesus dengan atau lewat perintah-Nya, legion yang merasuki orang sakit itu dapat dipindahkan ke dalam babi yang berjumlah kurang lebih 2000 ekor itu. Sesudah itu babi babi itu terjun ke dalam jurang dan mati semuanya. Tetapi justru bukan binatang babi yang diutamakan melainkan yang paling utama adalah keselamatan manusia paling tinggi di atas segalannya. 


Hal ini bagi banyak orang memang luarbiasa aneh dalam dunia zaman ini yang berpegang pada pepata lama yang sealalu baru di telinga kita:  "ada uang ada cinta, tidak ada uang tidak ada cinta." Artinya uang dapat membeli segalannya. Artinya dalam dunia yang sangat mengutamakan materi/uang, adalah aneh jika mereka membiarkan 2000 ekor babi mati setelah Yesus perintahkan legion dari orang kerasukan itu berpindah ke dalam babi-babi. Penjaga dan pemilik 2000 babi itu telah siap mengorbankan babi-babi yang berjumlah sebesar 2000 ekor tetapi mereka lebih mengutamakan keselamatan orang yang baru saja disembuhkan oleh Yesus.


Kita sedang mendapat sapaan Sabda Allah hari ini  untuk kita mengutamakan kemanusiaan atau harta dunia. Kalau kita diberi kesempatan tampil untuk memilih maka saya pilih baik material maupun kemanusiaan sama-sama diutamakan. Bagi saya keduanya saling melengkapi. Memilih selamatkan material tapi bukan materialis. Memilih kemanusiaan bukan berarti menolak materi. Semoga  Kita diinspirasi dengan renungan kecil tulisan kecil ini. Semoga renungan ini menjadi sumber inspirasi  bagi Kita semua. ***

Renungan Hari Minggu 31 Januari 2021

  Bahan Refleksi Minggu 31 Januari 2021

Ul.18:15-20

1Kor.7:32-35

Mrk.1:21-28


*P.Benediktus Bere Mali, SVD* 


Bukan Membunuh Setan Tetapi Mengusir Setan


Ada begitu banyak orang  berpendapat tentang Tuhan Raja Semesta Alam. Secara istimewa Injil Hari ini tentang  Tuhan Yesus mengusir Setan atau Roh jahat yang kerja utamanya menyakiti, melukai, bahkan mematikan. Pertanyaan yang Menarik dan menantang kenapa Setan atau makluk jahat itu tidak bunuh hanya diusir?   Setan atau Roh Jahat Perlu ada di samping Roh kebaikan dalam dunia seni, harmonis. Harmonis itu seimbang antara Hitam dan putih. Berjalan tepat persis di garis keseimbangan itulah seseorang diposisikan sebagai orang yang memiliki harmonis. Seorang psikolog, Freud berkata bahwa kekuatan jahat dan kekuatan baik itu bukan di luar diri manusia tetapi berada di dalam diri manusia. Kekuatan jahat dan kekuatan baik itu terungkap dalam aksi yang baik dan jahat yang tampak terukur oleh indera observer. Simbol kebaikan dan kejahatan yang tertulis atau berbentuk fisik misalnya patung dll, cerita dogeng dll dalam agama-agama dan dalam kebudayaan adalah hasil cetusan kekuatan kejahatan kejahatan dan kebaikan dari dalam diri pencipta atau penulis atau pencerita atau pemimpin atau seniman atau wartawan dll. Freud menyebut dua makluk raksasa yang ada di dalam ruang hati-rasa-budi manusia itu adalah "eros & thanatos." Eros menciptakan kebaikan dalam semua segi kehidupan, mengkritisi/AGRESI/oposisi dengan data ilmiah untuk membangun, Kecemasan yang menciptakan motivasi untuk bekerja secara Positif dan bertanggungjawab. Sebaliknya thanatos tampil dalam Perilaku aneh Menonjolkan Diri dalam semua tempat dan waktu/narsis sebagai cara capai kepuasan Diri,  mencari kepuasan  indera rasa dengan menyakiti dan melukai diri sendiri/masokis, mencari kepuasan dengan menyakiti orang lain/sadis,  AGRESI dalam Bahasa verbal  dan non-verbal yang melukai, menyakiti Sesama dan Diri tanpa solusi, Kecemasan terlalu rendah menurunkan bahkan menghilangkan semangat kerja, atau Kecemasan terlalu Tinggi sampai Sakit bahkan lumpuh tidak berdaya sama sekali. Ekspresi eros dan thanatos dalam sex, AGRESI, dan Kecemasan tersebut adalah dua makhluk raksasa yang ada di dalam diri setiap manusia secara pribadi maupun secara sosial religius. Bagaikan bateri smartphone yang memiliki Arus Positif dan negatif yang membuat Sinar Menerangi Wajah hp mempersembahkan berita informasi Positif dan negatif dari pencipta smartphone kepada pemilik smartphone.


Dalam Injil Hari ini Yesus mengeluarkan Roh Jahat dari orang yang Sakit dan disakiti Roh Jahat itu. Yesus tidak membunuh Roh Jahat itu. Yesus mengusir dan Memindahkan Roh Jahat itu dari dalam diri orang sakit ke tempatnya yaitu di luar diri manusia. Awalnya Roh Jahat itu bersoal jawab dengan Yesus yang datang hendak mengusirnya dari pekerjaannya yang menyakiti orang yang disakitinya. Pada akhirnya roh Jahat itu Taat pada Yesus, keluar dari orang sakit sehingga Setan atau Roh Jahat pergi ke tempatnya dan orang yang sebelumnya Sakit tiba pada kesembuhan berkat Sang Penyembuh yaitu Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. 


Bagaimana supaya Setan itu tidak kembali lagi ke dalam diri manusia?  Pertama dan utama adalah bahwa manusia Perlu mengatur signal eros dan thanatos dalam dirinya dari segi manusiawi sebelum cepat cepat gegabah lari kepada jalur instant spiritual. Setiap pribadi termasuk yang Sakit dengan bantuan pendapat Freud, dapat meng-on-kan signal eros Positif dalam freim teologi Katolik dan pada saat yang sama dalam kesadaran lengkap meng-off-kan    thanatos negatif sehingga apa yng terungkap di publik yang positif dalam Teologi Katolik yang pro "putih" tolak  yang "Hitam". Tidak ada "abu-abu" bertindak dan berbicara di dalam Bahasa Teologi Katolik. Tepat Kotbah Yesus di Bukit, "Jika Ya katakan ya. Jika tidak katakan tidak."  Ya pada sumber kebaikan kebenaran dan keadilan dan kesamaian berpusat pada Tuhan Yesus Kristus. Bahasa Dalam bacaan Pertama, berbicara menurut kehendak Tuhan dalam berperan sebagai nabi. Bahasa bacaan kedua, bertindak fokus pada kehendak Tuhan. Tidak pada Roh Jahat dalam semua tempat dan segala waktu.***