Sabtu, 04 Mei 2013

Homili Sabtu 4 Mei 2013



ROH KUDUS BERKARYA : Meluas vs Menyempit
*P. Beny  Mali, SVD*
Karikatur karikatur dalam Koran Kompas dan Jawa Pos beberapa Minggu terakhir ini menampilkan Kekuasaan Yudikatif, Eksekutif dan Legislatif, yang jauh dari warna negarawan, tetapi hanya dijiwai oleh politisi. Seorang negarawan berkuasa untuk mengutamakan kemakmuran dan kesejahteraan serta keselamatan bersama. Sebaliknya seorang politisi lebih menjadikan kepentingan pribadi sebagai subyek dalam seluruh kekuasaannya. Misalnya karikatur hari Sabtu Lalu tanggal 27 April 2013, dalam opini Jawa Pos, menampilkan caleg yang berasal dari satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, lalu di pojok kiri atas tertulis “Mari kita perjuangkan dan pertahankan Negara Keluarga Republik Indonesia (NKRI)”.
Opini Kompas Sabtu 6 April 2013 menurunkan Karikatur tentang pemimpin yang politisi bukan negarawan. Karikatur Kompas itu melukiskan penguasa politisi yang mengutamakan kepentingan partainya daripada kepentingan seluruh rakyat Negara Republik Indonesia. Kalau caleg yang berasal dari satu keluarga itu kelak terpilih karena memiliki keuangan yang cukup untuk membeli suara dalam pileg, maka saya yakin hampir seratus persen, mereka hanya memperjuangkan kesejahteraan keluarganya, dan kesejahteraan anak, cucu mereka, mengabaikan kesejahteraan seluruh rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Artinya Karya keselamatan yang mereka bangun adalah karta keselamatan keluarga bukan karya keselamatan umum. Mereka menyempitkan keselamatan hanya pada lingkup keluarga mereka, menutupi pintu keselamatan bagi semua orang lintas batas.
Bacaan pertama hari ini sangat kontras dengan pemahaman Karikatur itu yang menyempitkan keselamatan hanya pada keluarga, tidak mengutamakan keselamatan yang meluas kepada semua orang lintas batas.  Karya Roh Kudus Allah yang membawa keselamatan bagi semua orang lintas batas, sungguh-sungguh menjadi nyata di dalam karya Paulus dan Silas. Mereka mewartakan Kristus Yang Bangkit, dibimbing oleh Roh Kudus Kristus Yang Bangkit, pergi kepada bangsa-bangsa, Asia dan bahkan sampai Eropa mewartakan Kebangkitan Kristus dan disambut secara positif sehingga anggota Gereja Kristiani semakin hari semakin berkembang baik dalam jumlah maupun dalam mutunya.  
Keunikan Kristiani berbeda dengan Agama Yahudi. Orang Yahudi menyempitkan karya keselamatan Allah hanya pada keluarga bangsa Yahudi. Mereka berpandangan bahwa orang di luar bangsa Yahudi adalah orang kafir yang jauh dari keselamatan Allah. Sebaliknya Orang Kristiani adalah orang yang memiliki pemahaman bahwa Keselamatan itu meluas melanggar batas-batas yang dipahami agama Yahudi. Hal itu terbukti di dalam pewartaan para rasul dan para murid tentang kebangkitan Kristus, dan mujizat yang mereka lakukan di dalam nama Yesus.
Perbedaan pola pemahaman tentang keselamatan antara orang Yahudi dengan orang Kristiani inilah menjadi latarbelakang kelahiran Agama Kristiani. Kisah Para Rasul 11 : 26, menulis bahwa Kekristenan pertama kali lahir di Anthiokia. Agama ini menjadi antitesis terhadap Agama Yahudi. Agama Yahudi sebagai Agama Senior merasa diri dihina oleh Agama Yunior atau agama balita. Ada berbagai penolakan dan bahkan penganiayaan terjadi atas agama balita itu. Wilayah teritori Yahudi menjadi sebuah wilayah yang sulit bagi Agama Kristen terus berkembang. Maka pola pemahaman bahwa Keselamatan Kristus yang bersifat universal, menjadi daya kekuatan dan keberanian dalam usaha orang Kristiani perdana untuk menyebarkan Agama Kristen di luar wilayah Yahudi.
Paulus dan Silas membuktikan itu dengan usaha mereka mewartakan Agama Kristiani dari Asia menuju Makedonia dalam mendengarkan Roh Kudus yang menuntun mereka dan memberkati setiap perjuangan mereka dalam mewartakan Agama Kristen yang menganut kepercayaan kepada Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan yang meluas, bukan menyempit, sebagai contoh antitesis terhadap pemahaman keselamatan Agama Yahudi.
Kita sebagai imam dan suster, belajar pada pengalaman misi Paulus dan Silas yang mendengarkan Roh Kudus yang berkarya meluas lintas batas, dan berjalan di dalam tuntunanNya untuk satu tujuan yaitu menyelamatkan semua orang lintas batas, yang percaya kepada Kristus yang telah bangkit. Karya Keselamatan Roh Kristus yang bersifat universal itu pertama-tama kita hayati secara kedalam sebagai pribadi yang berimna kepada Kristus, kemudian secara ke dalam komunitas biara, dan itu menjadi basis kesaksian kita, untuk secara keluar dalam melayani semua orang langgar batas, untuk menyelamatkan semua orang. Hanya dengan itu kita menghadirkan karya Roh Kudus yang membawa sukacita dan kebahagiaan sejati bagi siapa tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai keindahan pelangi yang mewarnai keanekaraman dalam dunia global ini.

Homili Sabtu, 4 Mei 2013
Di Biara Ursulin  Darmo Surabaya
Kis 16 : 1 -10
Mzm 100
                               Yoh 15 : 18 – 21

http://youtu.be/IEcQbSAZrOg

Homili Jumat Pertama 3 Mei 2013 di SMUK St. Maria Surabaya

    http://youtu.be/1OW6Oylk_ak

  WAJAH FOTO ORANG TUA : MIRIP  vs BEDA
*P. Beny Mali, SVD*
Introduksi
          Orang yang tidak tahu sesuatu, bisanya memiliki dua kemungkinan ini. Orang yang tidak tahu itu tetap diam dan tetap tinggal di dalam  ketidahtahuannya. Atau bisa jadi orang yang tidak tahu itu senantiasa tergerak untuk keluar dari ketidaktahuannya, dengan bertanya sebagai cara mencari jawaban yang menyelesaikan persoalan ketidaktahuan kita.
Kedua kemungkinan itu diletakan di hadapan kita lalu kita diminta untuk menentukan pilihan antara keduanya, tentu dapat diperkirakan bahwa kita akan lebih memilih kemungkinan yang kedua yaitu bertanya pada orang lain, agar kita diberi jawaban, dan kita keluar dari ketidaktahuan menjadi tahu apa yang kita cari. Orang yang tidak tahu, lalu bertanya kepada yang lain, akan mendapat jawaban yang dapat menyelesaikan persoalan ketidaktahuannya.
Filipus adalah tokoh yang ditampilkan di dalam Kitab Suci Khususnya di dalam Injil pada Hari Jumat Pertama Ini. Filipus tidak tahu siapa sesungguhnya Yesus. Filipus telah sekian lama tinggal bersama Yesus. Tetapi Filipus belum mengenal Yesus secara pasti. Apakah Filipus menghadapi persoalan pribadinya yang tidak tahu siapa sesungguhnya Yesus, lalu diam dalam ketidaktahuannya? Filipus bukan tipe orang yang diam. Filipus adalah tipe pribadi yang berbicara. Dia membicarakan ketidaktahuannya secara jujur kepada Yesus. Filipus tidak malu bertanya dia tidak tahu identitas Yesus. Filipus bertanya kepada Yesus? Yesus tunjukkanlah Bapa kepada kami, itu sudah cukup bagi kami. Yesus menjawab dan jawabannya itu membuat Filipus tidak bertanya lebih lanjut: “Barangsiapa melihat Aku, Melihat Bapa. Barangsiapa mengenal Aku, mengenal Bapa. Barangsiapa melihat Pekerjaan-pekerjaan-Ku, melihat pekerjaan Bapa yang mengutus Aku. Barangsiapa mendengar PerkataanKu, mendengarkan Sabda Allah”. Filipus diam setakah mendengar Jawaban Yesus kepadanya. Dia diam dan tidak bertanya lebih lanjut, menunjukkan bahwa Jawaban Yesus itu sesuai yang dia butuhkan dan dengan demikian Filipus menjadi lebih kenal Yesus dan lebih dalam mengenal Bapa. Mengenal Yesus sama dengan mengenal Bapa sama dengan mengenal Roh Kudus. Filipus lebih mengenal Tritunggal Maha Kudus. Filipus mengenal Wajah Yesus wajah Bapa Wajah Roh Kudus.

Homili

          Kita semua pasti di rumah memiliki dan menyimpan album foto wajah keluarga.  Di meja belajar atau meja kerja kita, mungkin di sudut meja kerja kita menyimpam foto wajah kedua orang tua kita. Di meja kerja saya, saya menyimpan foto wajah ayah dan ibu. Album orang tua itu berisi foto-foto ayah dan ibu, mulai dari pernikahan mereka, sampai di usia senja mereka. Kalau saya kangen sama kedua orang tua, kangen sama ayah dan ibu, saya mengambil album itu lalu membuka dari halaman pertama, sampai halaman terakhit sampail menatap foto wajah ayah dan ibu.
Lantas apa yang menarik di saat saya melihat wajah kedua orang tua dari usia muda sebagai keluarga muda sampai keluarga yang senior di usia yang lebih tua?  Saya menemukan sesuatu yang baru dalam pengamatan wajah foto kedua orang tua saya dari keluarga muda sampai keluarga senior. Wajah ayah dan ibu semakin lama hidup bersama, semakin bertambah usia dalam kebersamaan, semakin mirip, serupa, sapa wajah ayah dan ibu, wajah bapa dan mama.
Para psikolog berkata bahwa ayah dan ibu, bapa dan mama yang hidup semakin bertambah usia dalam kebersamaan, wajah ayah dan ibu semakin mirip, serupa, sama, itu menunjukkan bahwa Bapa dan Mama selama hidupnya, senanatiasa hidup kompak, hidup rukun, hidup damai, hidup sehati, dan serasa serta sekomitmen setia, cinta, berkorban satu terhadap yang lain dan terhadap masa depan anak-anak yang dititipkan Tuhan kepada mereka.
Para piskolog pun sebaliknya mengatakan bahwa ketika ayah dan ibu semakin lama hidup bersama, semakin tampil beda yang ditemukan di dalam perwajahan bapa dan mama, itu menunjukkan bahwa kemungkinan ada persoalan dan konflik serta pembedaan yang tajam antara ayah dan ibu, yang tidak pernah dicarikan solusinya. Ayah kemungkinan tidak setia kepada isteri karena memiliki WIL. Ibu tidak setia kepada Bapa karena barangkali memiliki PIL. Konflik dominan di dalam hidup keluarga ayah dan ibu. Ayah dan ibu kelihatan secara fisik bersatu tetapi hatinya jauh satu dengan yang lain. Ayah sudah ke lain hati. Ibu sudah semakin ke lain hati. 
Para murid Yesus sudah sekian lama hidup bersama Yesus Sang Guru mereka. Wajah para murid, tidak semuanya mirip dengan Wajah Yesus. Mereka yang wajahnya tidak mirip dengan Yesus adalah Yudas Iskariot. Yudas Iskariot Wajahnya tampil sebagai muka koruptor. Dia mengambil uang kemunitas para murid untuk kepentingan dirinya. Karakter mata uang Yudas tampak dalam gambar Perjamuan malam terakhir, tangannya selalu memegang pundi-pundi.
Injil hari ini menampilkan Filipus yang telah lama hidup bersama Yesus. Tetapi waktu lama hidup bersama Yesus, belum membuat wajah Filipus mirip, serupa, dengan wajah Yesus. Filipus tidak  mirip pikirannya dengan pikiran Yesus. Filipus belum mirip kata-katanya dengan perkataan Yesus. Filipus belum mirip perbuatannya dengan perbuatan Yesus. Ketidakmiripan itu membuat Filipus bertanya kepada Yesus. Yesus tunjukanlah kepada kami Bapa, itu sudah cukup bagi kami. Itu sudah memuaskan kami.
Jawaban Yesus atas permintaan Filipus itu demikian. Filipus telah sekian lama engkau hidup bersama dengan Aku. Tetapi engkau tidak mengenal Aku. Aku berkata kepadamu: “Barangsiapa Melihat Aku, melihat Bapa. Barangsiapa mengenal Aku, Mengenal Bapa. Barangsiapa Mendengarkan PerkataanKu, Mendengarkan Sabda Bapa. Barangsiapa Mengalami Pekerjaan-PekerjaanKu, Mengalami Pekerjaan-Pekerjaan Bapa yang mengutus Aku”. Jawaban itu mendiami pikiran dan hati Filipus. Jawaban itu tidak menuntun Filipus untuk bertanya lebih lanjut. Hal itu menunjukkan bahwa Filipus telah mengerti jawaban Yesus. Pengertian itu menunjukkanbahwa Filipus semakin mirip dalam cara berpikir Yesus, cara berkata Yesus dan cara bertindak Yesus. Wajah Filipus pun semakin lama hidup bersama dengan Yesus, semakin mirip, serupa dengan Wajah Tuhan Yesus.
Kita yang merayaka Ekaristi Jumat pertama ini di Aula SMU Sta. Maria ini adalah orang-orang yang berada di bawah asuhan dan perlindungan persokalahan SMU St. Maria. Ada Guru yang berkerja dan mengabdi serta melayani di tempat yang berpelindungkan St. Maria dalam waktu yang lama. Semakin lama berada dan tinggal bersama Sta. Maria di tempat ini semestinya semakin mirip wajah kita dengan wajah Bunda Maria yang rendah hati, penuh pengabdian dan pelayanan kepada kehendak Allah yang menyelamatkan dan membangkitkan sesame, bukan menyalibkan sesama.
Kalau kita semakin lama tinggal dan berkarya di tempat ini, sebagai Guru, Karyawan, siswa-siswi, wajah kita semakin berbeda dengan wajah Bunda Maria, berarti fisik kita ada disini, tetapi hati kita jauh dari Bunda Maria yang selalu penuh cinta dan pengorbanan serta tetap setia kepada Tuhan, dengan mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus yang datang ke dunia hanya dengan satu tujuan yaitu menyelamatkan semua orang langgar batas, yang percaya kepadaNya.
Kita semua adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Semakin lama  hidup beriman kita kepada Tuhan Yesus, semakin mirip wajah kita dengan wajah Tuhan Yesus. Artinya pola pikir kita, perkataan kita, perbuatan kita mirip dengan Pikiran, Perkataan, Pekerjaan Tuhan Yesus yang imani. Kalau semakin lama hidup beriman kepada Kristus, wajah kita semakin berbeda dengan wajah Tuhan Yesus, maka Wajah kita perlu di-refresh, wajah kita perlu di re-instal, atau pada tahap tertinggi wajah kita perlu di-re-format dengan Format Wajah Yesus, agar kita memiliki Format Wajah Komputer sesuai dengan Wajah Komputer Tuhan Yesus.

Homili Jumat Pertama 3 Mei 2013
Di Aula SMUK. Sta. Maria Darmo Surabaya
1Kor 15:1-8
Mzm 19
Yoh 14: 6 - 14

Homili Kamis 2 Mei 2013 di Katolik Center



KESELAMATAN : Partikular vs Universal
*P. Beny Mali, SVD*
Opini Jawa Pos Hari Sabtu 27 April 2013, halaman 4, memuat karikatur yang sangat menarik perhatian saya.  Letak karikatur itu menarik saya adalah sebagai berikut. Karikatur itu memuat CALEG yang terdiri dari ayah, anak, dan ibu. Kemudiaan di bagian pojok kiri atas tertulis : "Mari Kita Pertahankan Negara Keluarga Republik Indonesia" yang disingkat dengan "NKRI". Karikatur ini setelah saya lihat dan renungkan bahwa karikatur ini memuat makna yang mendalam bagi saya bila digandengkan dengan Keselamatan. Caleg di dalam Karikatur itu kelak menjadi anggota Legislatif baik di daerah atau pusat, maka mereka membangun keselamatan yang partikular bukan keselamatan universala. Keselamatan partikular artinya mereka hanya membangun keselamatan keluarganya sendiri dan mengabaikan keselamatan umum masyarakat Indonesia seluruhnya atau keselamatan masyarakat banyak pada umumnya. Sedangkan keselamatan universal adalah keselamatan yang dibangun di atas dasar tanpa pembedaan dalam Perbedaan sebagai pelangi yang indah di dalam bhineka tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan negara Keluarga Republik Indonesia.
Bacaan Pertama hari ini, Kisah Para Rasul 15 : 7 - 21 menampilkan keselamatan Universal bukan keselamatan Partikular. Orang-orang Yahudi sebagai bangsa terpilih Allah, menyempitkan keselamatan Allah hanya pada kelompok mereka sendiri. Pola pemahaman seperti itu juga ada di dalam diri orang-orang Yahudi yang bertobat menjadi Kristen. Sekalipun mereka adalah orang Kristen, pola pikirnya masih sebagai orang Yahudi belum sebagai orang Kristen yang utuh. Mengalami kenyataan seperti itu, Petrus sebagai ketua komunitas para Rasul dan pemimpin utama gereja Perdana, meluruskan pemahaman orang Kristen baik berasal dari latarbelakang orang Yahudi maupun bukan bangsa Yahudi atau dari bangsa-bangsa lain.
Petrus mengatakan bahwa Allah mengenal hati setiap manusia. Allah memberikan Roh KudusNya kepada semua manusia. Allah adalah Allah semua orang. Semua orang adalah ciptaan Allah. Allah menyelamatkan semua orang. Allah tidak membeda-bedakan. Contoh keselamatan Allah itu universal dapat dilihat di dalam misi Paulus dan Barnabas. Keduanya mewartakan Kristus yang bangkit yang menyelamatkan semua orang kepada orang Yahudi maupun kepada orang non Yahudi atau bangsa-bangsa lain, disertai dengan mujizat penyembuhan baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi dalam nama Yesus yang telah bangkit (Kis 4:12). Mereka yang mengalami mujizat penyembuhan dalam nama Yesus, seperti yang tertulis di dalam Kisah Para Rasul 4: 12, menjadi percaya kepada Yesus Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan kepada semua orang, yang diwartakan Paulus dan Barnabas. Mereka itu memberikan kesaksian tentang Kristus Bangkit, dan dalam namaNya mujizat terjadi atas diri mereka. Yakobus pun berbicara bahwa Allah memberikan rahmat CintaNya dan keselamatanNya bagi semua orang lintas batas, yang percaya dan beriman tulus kepada Yesus yang telah bangkit, yang diwartakan para murid dalam komunitas Basis Gereja Perdana.
Mazmur tanggapan diambil dari Mazmur 96, mengangkat pujian kepada Allah yang membawa cinta dan keselamatan universal dalam perbedaan sebagai pelangi yang indah di dalam kehidupan bukan pembedaan yang membawa kutukan kepada sesama. Mazmur ini mengundang semua orang yang percaya kepada Allah Sang Pembawa Keselamatan universal, untuk memperdalam imannya kepada Allah yang menyelamatkan semua orang, sekaligus diutus untuk menjadi pembawa keselamatan bagi semua sesama lintas batas, tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai keindahan warna pelangi yang menghiasi alam semesta ciptaan Tuhan sumber keselamatan universal.
Bacaan Injil hari adalah Yohanes 15: 9 - 11, menampilkan Cinta Sejati Tuhan Yesus yang telah bangkit. CintaNya kepada semua orang untuk menyelamatkan semua orang, untuk membangkitkan semua orang, bukan untuk menyalibkan sesama. Tuhan yang diimani adalah Allah yang mencintai secara universal. Maka umat yang percaya dan beriman tulus kepadaNya, diajak untuk mencintai dan menyelamatkan semua orang tanpa pembedaan. Semua orang diciptakan oleh Tuhan. Semua orang dicintai oleh Tuhan. Orang beriman mencintai semua orang tanpa pembedaan oleh SARA.
Agama Kriten lahir di Antiokhia. Kebenaran ini terungkap di dalam Kisah Para Rasul 11:26. Orang Kristen itu adalah orang yang percaya kepada Kristus Yang Telah Bangkit. KebangkitanNya adalh puncak cintaNya yang  universal kepada semua orang lintas batas, yang percaya kepadaNya secara tulus. Pola pemahaman yang berbeda antara orang Yahudi dengan Para Murid tentang cinta Tuhan yang universal kepada semua orang, dan keselamatanNya yang universal kepada semua orang, inilah membangkitkan para Rasul dibimbing oleh Roh Kristus yang telah Bangkit, mendirikan agama Kristes di Antiokhia (Kis 11 : 26). Orang Yahudi mengakui bahwa Keselamatan Tuhan dan Cinta Tuhan itu partikular. Orang Kristen menganut Keselamatan dan Cinta Tuhan itu universal bagi semua orang lintas  Batas.
Kita sebagai orang Kristen pada zaman ini dan pada zaman yang akan datang, berpandangan bahwa Tuhan Yesus yang telah bangkit membawa cintaNya dan KeselamatanNya yang universal bagi semua orang lintas batas. Kita sebagai orang Kristen yang sejati, menampilkan kesejatian sebagai orang Kristen, di dalam menghadirkan cinta dan keselamatan kepada semua orang lintas batas, di dalam kehidupan kita, kapan dan dimana pun kita berada dan hadir. Kalau kehadiran kita bukan menjadi  orang yang membawa salib atau menyalibkan sesame, bukan membangkitkan sesama, maka kehadiran kita perlu direfresh. Kalau di-refresh pun tidak mempan, maka perlu direinstal. Kalau direinstal pun masih tidak mempan, maka perlu maju satu langkah lagi yaitu perlu di-reformat.
Malam ini adalah malam Midareni. Malam Persiapan. Malam merefres cinta yang tulus. Malam mereinstal cinta yang murni. Malam mereformat cinta yang total kedua calon mempelai, dalam bingkai kasih sejati dan keselamtan sejati Tuhan Yesus yang telah bangkit. Kita berdoa agar semua niat suci senantiasa mendapat berkat Tuhan yang menyempurnakan cinta dan keselamatan kedua calon mempelai.


KESELAMATAN : Partikular vs Universal .
Homili P. Benediktus Bere Mali SVD.
Kamis 2 Mei 2013
di Katolik Center
Keuskupan Surabaya
Kemudian juga Midodareni
Malam 2  Mei 2013
 Kis 15 : 7 – 21
Mzm 96
Yoh 15 : 9 - 11

Homili Midodareni Kamis 2 Mei 2013



KESELAMATAN : Sempit vs Meluas
*P. Beny Mali, SVD*

Opini Jawa Pos Hari Sabtu 27 April 2013, halaman 4, memuat karikatur yang sangat menarik perhatian saya.  Letak karikatur itu menarik saya adalah sebagai berikut. Karikatur itu memuat CALEG yang terdiri dari ayah, anak, dan ibu. Kemudiaan di bagian pojok kiri atas tertulis : "Mari Kita Pertahankan Negara Keluarga Republik Indonesia" yang disingkat dengan "NKRI". Karikatur ini setelah saya lihat dan renungkan bahwa karikatur ini memuat makna yang mendalam bagi saya bila digandengkan dengan Keselamatan. Caleg di dalam Karikatur itu kelak menjadi anggota Legislatif baik di daerah atau pusat, maka mereka membangun keselamatan yang partikular bukan keselamatan universala. Keselamatan partikular artinya mereka hanya membangun keselamatan keluarganya sendiri dan mengabaikan keselamatan umum masyarakat Indonesia seluruhnya atau keselamatan masyarakat banyak pada umumnya. Sedangkan keselamatan universal adalah keselamatan yang dibangun di atas dasar tanpa pembedaan dalam Perbedaan sebagai pelangi yang indah di dalam bhineka tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia bukan negara Keluarga Republik Indonesia.
Bacaan Pertama hari ini, Kisah Para Rasul 15 : 7 - 21 menampilkan keselamatan Universal bukan keselamatan Partikular. Orang-orang Yahudi sebagai bangsa terpilih Allah, menyempitkan keselamatan Allah hanya pada kelompok mereka sendiri. Pola pemahaman seperti itu juga ada di dalam diri orang-orang Yahudi yang bertobat menjadi Kristen. Sekalipun mereka adalah orang Kristen, pola pikirnya masih sebagai orang Yahudi belum sebagai orang Kristen yang utuh. Mengalami kenyataan seperti itu, Petrus sebagai ketua komunitas para Rasul dan pemimpin utama gereja Perdana, meluruskan pemahaman orang Kristen baik berasal dari latarbelakang orang Yahudi maupun bukan bangsa Yahudi atau dari bangsa-bangsa lain.
Petrus mengatakan bahwa Allah mengenal hati setiap manusia. Allah memberikan Roh KudusNya kepada semua manusia. Allah adalah Allah semua orang. Semua orang adalah ciptaan Allah. Allah menyelamatkan semua orang. Allah tidak membeda-bedakan. Contoh keselamatan Allah itu universal dapat dilihat di dalam misi Paulus dan Barnabas. Keduanya mewartakan Kristus yang bangkit yang menyelamatkan semua orang kepada orang Yahudi maupun kepada orang non Yahudi atau bangsa-bangsa lain, disertai dengan mujizat penyembuhan baik orang Yahudi maupun orang non Yahudi dalam nama Yesus yang telah bangkit (Kis 4:12). Mereka yang mengalami mujizat penyembuhan dalam nama Yesus, seperti yang tertulis di dalam Kisah Para Rasul 4: 12, menjadi percaya kepada Yesus Kristus yang telah bangkit, yang membawa keselamatan kepada semua orang, yang diwartakan Paulus dan Barnabas. Mereka itu memberikan kesaksian tentang Kristus Bangkit, dan dalam namaNya mujizat terjadi atas diri mereka. Yakobus pun berbicara bahwa Allah memberikan rahmat CintaNya dan keselamatanNya bagi semua orang lintas batas, yang percaya dan beriman tulus kepada Yesus yang telah bangkit, yang diwartakan para murid dalam komunitas Basis Gereja Perdana.
Mazmur tanggapan diambil dari Mazmur 96, mengangkat pujian kepada Allah yang membawa cinta dan keselamatan universal dalam perbedaan sebagai pelangi yang indah di dalam kehidupan bukan pembedaan yang membawa kutukan kepada sesama. Mazmur ini mengundang semua orang yang percaya kepada Allah Sang Pembawa Keselamatan universal, untuk memperdalam imannya kepada Allah yang menyelamatkan semua orang, sekaligus diutus untuk menjadi pembawa keselamatan bagi semua sesama lintas batas, tanpa pembedaan dalam perbedaan sebagai keindahan warna pelangi yang menghiasi alam semesta ciptaan Tuhan sumber keselamatan universal.
Bacaan Injil hari adalah Yohanes 15: 9 - 11, menampilkan Cinta Sejati Tuhan Yesus yang telah bangkit. CintaNya kepada semua orang untuk menyelamatkan semua orang, untuk membangkitkan semua orang, bukan untuk menyalibkan sesama. Tuhan yang diimani adalah Allah yang mencintai secara universal. Maka umat yang percaya dan beriman tulus kepadaNya, diajak untuk mencintai dan menyelamatkan semua orang tanpa pembedaan. Semua orang diciptakan oleh Tuhan. Semua orang dicintai oleh Tuhan. Orang beriman mencintai semua orang tanpa pembedaan oleh SARA.
Agama Kriten lahir di Antiokhia. Kebenaran ini terungkap di dalam Kisah Para Rasul 11:26. Orang Kristen itu adalah orang yang percaya kepada Kristus Yang Telah Bangkit. KebangkitanNya adalh puncak cintaNya yang  universal kepada semua orang lintas batas, yang percaya kepadaNya secara tulus. Pola pemahaman yang berbeda antara orang Yahudi dengan Para Murid tentang cinta Tuhan yang universal kepada semua orang, dan keselamatanNya yang universal kepada semua orang, inilah membangkitkan para Rasul dibimbing oleh Roh Kristus yang telah Bangkit, mendirikan agama Kristes di Antiokhia (Kis 11 : 26). Orang Yahudi mengakui bahwa Keselamatan Tuhan dan Cinta Tuhan itu partikular. Orang Kristen menganut Keselamatan dan Cinta Tuhan itu universal bagi semua orang lintas  Batas.
Kita sebagai orang Kristen pada zaman ini dan pada zaman yang akan datang, berpandangan bahwa Tuhan Yesus yang telah bangkit membawa cintaNya dan KeselamatanNya yang universal bagi semua orang lintas batas. Kita sebagai orang Kristen yang sejati, menampilkan kesejatian sebagai orang Kristen, di dalam menghadirkan cinta dan keselamatan kepada semua orang lintas batas, di dalam kehidupan kita, kapan dan dimana pun kita berada dan hadir. Kalau kehadiran kita bukan menjadi  orang yang membawa salib atau menyalibkan sesame, bukan membangkitkan sesama, maka kehadiran kita perlu direfresh. Kalau di-refresh pun tidak mempan, maka perlu direinstal. Kalau direinstal pun masih tidak mempan, maka perlu maju satu langkah lagi yaitu perlu di-reformat.
Malam ini adalah malam Midareni. Malam Persiapan. Malam merefres cinta yang tulus. Malam mereinstal cinta yang murni. Malam mereformat cinta yang total kedua calon mempelai, dalam bingkai kasih sejati dan keselamtan sejati Tuhan Yesus yang telah bangkit. Kita berdoa agar semua niat suci senantiasa mendapat berkat Tuhan yang menyempurnakan cinta dan keselamatan kedua calon mempelai.


KESELAMATAN : Sempit vs Meluas.
Homili P. Benediktus Bere Mali SVD.
Kamis 2 Mei 2013
Midodareni Calon Mempelai Julius Luli Keda & Sisilia Febriana Kewa Tupen
Kis 15 : 7 – 21
Mzm 96
Yoh 15 : 9 - 11