Senin, 18 Januari 2021

Renungan Misa Harian Selasa 19 Januari 2021

 SUNGKAN BERBUAT BAIK

Ibr.6:10-20

Mrk.2:23-28

Renungan Misa Harian 

Selasa 19 Januari 2021

 

*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

 

 

Seseorang dapat menjadi pribadi yang Sungkan untuk berbuat baik ketika ia berada di dalam sebuah lingkungan yang dibangun dengan aturan setempat yang sangat ketat. Orang juga dapat menjadi sungkan untuk berbuat baik oleh karena kekuasaan setempat yang sangat dominan atau otoriter menguasai, tertutup terhadap kritikan yang membangun atau kritikan yang memberi solusi. Misalnya, di sebuah negara orang asing tidak boleh mengeritik pimpinan setempat baik dalam tulisan maupun dalam gerakan sosial, demosntrasi misalnya. Misalnya di sebuah negara yang otoriter kekuasaan tunggal, seorang yang dipimpin menjadi sungkan untuk berbuat baik demi sebuah mentransformasi gaya kepemimpinan lama, menuju gaya kepemimpinan yang inovatif, karena kritikan yang membangun sekalipun, kalau tidak diterima, nyawa akan menjadi taruhannya. 

 

 

Kehidupan sosial masyarakat zaman Yesus tidak segalak negara otoriter dengan kekuasaan tunggal yang mendukung orang sungkan  untuk berbuat baik. Keadaan sosial zaman Yesus dalam Injil hari ini cukup moderat yang memberi cukup peluang kepada Yesus dan murid-murid Yesus untuk tidak sungkan berbuat baik bagi sesama dan dalam konteks Injil hari ini berbuat baik untuk hidup mereka sendiri. Meskipun aturan sabat ketat dimata orang Farisi untuk tidak boleh bekerja pada hari Sabat, Yesus memberikan peluang kepada para muridNya bekerja pada hari Sabat untuk kebaikan dan hidup itu sendiri. 

 

Berbuat baik untuk hidup lebih utama daripada taat aturan pada hari sabat yang mematikan hidup manusia. Saya yakin, semua orang bersepakat, aturan harus dinomorduakan, dan hidup diutamakan dalam situasi dan kondisi tempat dan waktu yang tepat. Contoh semua roti sajian di Rumah Allah pada zaman Imam Agung Abyatar hanya dimakan oleh imam-imam. Tetapi Daud dan pengikutnya lapar, mereka masuk ambil roti sajian dan memakannya untuk hidup mereka. Imam Agung Abyatar mengijinkan mereka karena imam Agung Abyatar mengutamakan hidup Daud dan pengikutnya. Daud dan pengikutnya tidak sungkan melakukan yang terbaik pada saat dan tempat yang tepat. 

 

Kalau Imam Abyatar tidak mengijinkan pasti Daud dan Pengiringnya akan mati kelaparan atau setidaknya sakit dan mengganggu perjalanan Daud menuju tempat tujuannya. Imam Abyatar juga tidak sungkan berbuat baik kepada Daud dan para pengikutnya. Barangkali dalam benak Imam Abyatar demikian, Toh bahan persembahan berupa roti sajian di Rumah Allah berlimpah. Para imam makan sesuai kebutuhannya saja. Selebihnya disimpan dan barangkali ada yang rusak karena tidak dimakan. Lebih baik diberikan kepada sesame untuk dimakan. Makanan yang disimpam sampai rusak, pasti Tuhan marah. Tetapi dibagikan kepada sesame yang membutuhkan pasti disayang Tuhan.

 

Yesus sebagai pemimpin para murid mengijinkan para muridNya untuk tidak sungkan berbuat baik apalagi perbuatan mereka berkaitan langsung dengan soal makan untuk hidup agar tetap kuat dan sehat dalam melanjutkan karya pelayanan kepada umat. Aturan Sabat melarang bekerja/memetik gandum pada hari sabat. Orang Farisi menegur Yesus dan para murid berdasarkan aturan sabat secara ketat. Tetapi Yesus dan murid memetik gandum untuk mengusir kelaparan mereka agar tetap kuat dan sehat sebagai misionaris. Orang Farisi Sungkan Berbuat Baik karena aturan Sabat mendukung kesungkanan mereka berbuat baik. Tetapi Yesus dan murid-muridNya, juga Daud dan para pengikutnya Tidak Sungkan Berbuat Baik apalagi tujuan perbuatan baik mereka untuk memelihara hidup yang Tuhan berikan. Tuhan selalu memberkati orang yang tidak sungkan berbuat baik.

 

Kita sungkan untuk berbuat baik di tempat kita misalnya, karena pimpinan kita lebih senior. Kita sungkan berbuat baik karena sebelum kita berbuat baik kita sudah terlebih dahulu berasumsi bahwa pimpinan akan tersinggung kalau kita melakukan ini dan itu. Kita juga akhirnya bukan hanya sungkan untuk berbuat baik, tetapi akhirnya kita cuek saja, entah keadaan hidup bersama mau baik atau tidak itu adalah bukan urusan kita. Saya berpendapat, sikap apatis, janganlah ada dalam kebersamaan hidup kita. Alangkah indahnya, kita menemukan cara-cara yang cantik mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu yang menarik mata bersama demi kebaikan kita bersama. Saya rasa, keadaan kita kini, lebih mendukung untuk semangat berbuat baik dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, apalagi kita hidup dalam zaman yang serba gampang yang sangat mendukung kita untuk Tidak sungkan berbuat baik.***

 

 

 

 

Renungan Misa Harian Senin 18 Januari 2021


 

 

 

Ibr.5:1-10

Mzm.110:1.2.3.4, R:4bc

Mrk.2:18-22

 

 

ANGGUR BARU  DISIMPAN DALAM KANTONG BARU

 

 

*P.Benediktus Bere Mali, SVD*

 

 

 

Orang yang tepat ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat juga, adalah harapan setiap orang di dalam sebuah organisasi yang baik untuk kehidupan kepentingan bersama. Hal ini dimiliki oleh pemimpin yang mengutamakan kualitas organisasi di mata public, baik pada level mikro maupun makro. Dengan demikian kehidupan organisasi dapat berjalan dengan baik secara ke dalam maupun secara ke luar. Tetapi seringkali Kita menemukan pemimpin yang menempatkan orang bukan berdasarkan kualitas tetapi berdasarkan suka dan tidak suka yang mengakibatkan organisasi yang dipimpinnya mengalami keropos mulai dari dalam di mata orang luar yang mengobservasinya secara Kristus.

 

Injil hari ini tentang cara berpikir yang tepat lahir dalam aksi yang yang tepat sesuai tempat dan waktu yang tepat, konteks beriman kepada Tuhan Yesus. Para murid Yohanes dan orang Farisi berpikir keliru tentang arti dan tujuan puasa sehingga aksi atau tindakan puasa pada tempat dan waktu yang salah. Sebaliknya para murid Yesus mengerti dan memahami arti dan tujuan puasa sehingga mereka tidak puasa pada saat dan tempat yang tepat. 

 

Puasa adalah pengosongan diri untuk memberi tempat bagi Allah di dalam diri sebagai tempat yang layak bagi penyambutan Allah yang telah menjadi manusia di dalam Yesus. Yesus ada bersama para murid-Nya maka komunitas mereka bersuka cita bersama-Nya. Tetapi para murid Yohanes Pembaptis dan orang Farisi berpuasa karena mereka tidak mengerti bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dinantikan orang Israel sebagaimana nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama dan Yohanes Pembaptis dalam Perjanjian Baru. 


Kemungkinan lain yang bisa terjadi bahwa mereka wajib berpuasa karena mereka belum menyiapkan hati dan budi yang paham akan Yesus. Mereka perlu berpuasa dan merenung tentang siapakah Yesus bagi mereka. Sebaliknya boleh jadi murid-murid Yesus sudah tahu bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan oleh bangsa Israel. Yesus sudah ada dan bersama mereka. Hati dan budi para murid-Nya sudah siap lahir bathin hidup bersama Yesus. 

 

Maka bagi para murid, kata-kata ini tepat, “anggur baru disimpan di dalam kantong yang baru.” Anggur baru adalah Tuhan Yesus. Kantong baru adalah wadah hati dan budi yang baru dari para murid-Nya. Tetapi  bagi murid-murid Yohanes dan orang Farisi berlaku kata-kata ini, “ anggur baru belum siap disimpan di dalam kantong hati-budinya yang masih belum pantas. Mereka perlu berpuasa sampai memiliki hati dan budi yang baru untuk simpan anggur yang baru.

Pesan bagi kita untuk menyiapkan kantong hati dan budi yang layak bagi Yesus untuk tinggal di dalamnya. Untuk kita selalu rajin membaca SabdaNya dan melakukan kehendakNya dalam waktu hidup kita. Kita Ya pada Yesus dalam setiap waktu dan tempat kita hidup. Kita Tidak pada semua yang tidak sesuai kehendakNya. KehendakNya selalu menyelamatkan kita. Kehendak di luar Yesus menyesatkan kita. “Kantong Hati dan Budi yang Baru tempat yang pantas untuk menyimpan  Anggur Baru.”