Selasa, 16 Februari 2021

Bagaimana seorang beragama Yahudi mengasah kesalehan pribadi dan kesalehan sosial?

  *Benediktus Bere Mali, SVD*


Rabu Abu 

17 Februari 2021

Yl.2:12-18

2Kor. 5:20-6:2

Mat.6:1-6.16-18


 *Puasa saat mengasah kesalehan pribadi dan kesalehan sosial* 



Dalam agama Yahudi ada tiga hal penting dalam mengasah kesalehan pribadi dan kesalehan sosial yaitu berdoa, berpuasa dan bersedeka atau berderma atau beramal.  

Berdoa berarti berkomunikasi dengan Tuhan dan bertindak sesuai kehendak Tuhan. Berpuasa berarti mengosongkan diri untuk memberi tempat yang lapang kepada kehendak Allah mendiami rumah hati, budi  dan rasa sehingga wajah aksi yang tampil di depan publik dapat menampilkan wajah kehendak Allah untuk menyelamatkan sesama dari berbagai latar belakang budaya dan suku dan tempat asal. Bersedeka berarti solider atau simpati dan empati dengan sesama yang menderita dengan aksi berbagi harta, waktu, tenaga  dan pikiran bagi sesama yang menderita. 


Fratelli Tuti ensiklik Paus Fransiskus lahir dari empat latarbekakang persoalan dunia yaitu semakin tampak bahwa dunia ini dibangun berdasarkan kekuasaan yang dicapai dengan  menghalalkan segala cara untuk kepentingan diri sendiri;  kedua, kontrol semua orang dan sumber daya alam dengan berbagai cara hanya untuk kepentingan diri sendiri; mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan diri sendiri, serta berkompetisi dengan berbagai cara untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dunia dewasa ini dibangun atas dasar relativisme hanya untuk kepentingan diri sendiri atau egoisme. Melihat situasi dan kondisi seperti ini Paus Fransiskus secara tegas menampilkan sikap Gereja Katolik dalam ensiklik Fratelli Tuti ini.


Gereja Katolik Dunia dewasa ini melalui ensiklik ini menegaskan kembali bahwa dunia ini harus dibangun berdarkan ketekunan cinta yang lembut kepada sama saudara tanpa kekerasan, empati bersama sama saudara yang menderita,  berbagi harta kekayaan bagi sama saudara, dan solider dengan semua sama saudara dari berbagai latar belakang budaya  materil maupun imateril. Secara materil yang berkaitan dengan aspek fisik budaya yang dijumpai di dalam hidup bersama dan secara imateril yang berkaitan dengan cara berpikir dan perasaan dan bahasa verbal dan bahasa nonverbal.

Bagi saya sikap Gereja dalam ensiklik ini adalah sebuah kesalehan sosial Gereja yang semestinya dimiliki dan dilakukan oleh semua orang Katolik dalam dunia dewasa ini. ***


Mengapa Yesus mengatakan kepada para murid-Nya supaya mereka berjaga-jaga dan waspada terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes?

     *P.Benediktus Bere Mali,SVD*



Renungan Misa Harian

Selasa 16 Februari 2021

Kej. 6:5-8.7:1-5.10

Mrk.8:14-21


Mengapa Yesus mengatakan kepada para murid-Nya supaya mereka berjaga-jaga dan waspada terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes?


Para murid semestinya selalu waspada terhadap ragi Farisi yang munafik dalam penampilan  kata yang bertentangan dengan tindakan dengan tujuan hanya untuk mencari dan menemukan kepentingan dan keuntungan dirinya sendiri. Artinya orang Farisi memanipulasi data demi egoisme pribadinya sendiri. Demikian juga ragi Herodes harus diwaspadai karena Herodes menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya, untuk mengontrol semua orang dan sumber daya alam, tidak ingin disaingi oleh orang lain yang lebih berkualitas, mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Data Kitab suci menunjukan bahwa ia tidak mau dinasti status quo- takta-harta-tidak mau disaingi oleh orang lain yang lebih unggul. Herodes menghalalkan segala cara termasuk membunuh semua anak laki-laki yang lahir seumuran Yesus di kota Bethlehem dan sekitarnya karena Yesus Raja Israel baru lahir di Bethlehem. Selain takta-harta,  wanita dicari untuk memuaskan libidonya dengan menghalalkan segala cara. Herodes tidak ingin ditegur oleh siapapun atas pelanggaran moral yang dilakukannya yaitu ia mengambil Herodias isteri Filipus saudaranya, menjadi isterinya. Herodes memenggal kepala Yohanes Pembaptis yang menegurnya atas pelanggaran moral tersebut.


Dalam bacaan pertama, ditampilkan bahwa di antara sekian banyak orang yang jahat, masih ada Nuh bersama keluarganya yang diberkati Tuhan dan menjadi teladan bagi keluarga-keluarga di dunia sepanjang zaman. Nuh setia berjalan di Jalan kebaikan di mata Tuhan di antara mayoritas yang melakukan kejahatan di mata Allah. Nuh diselamatkan dan menjadi babak kedua sejarah manusia dalam Kitab Suci setelah Adam dan Hawa. Nuh diselamatkan di Laut dalam perahu Nuh setelah lewat babak sejarah keselamatan Adam dan Eva di darat di Taman Eden berakhir. Apakah kelak Tuhan menyelamatkan alam semesta di udara, setelah di darat dan air? Bagi Allah tidak ada yang mustahil.


Pengalaman di Taman Eden Adam dan Hawa yang diawalinya dalam kesempurnaan itu diakhiri oleh dosa manusia sehingga yang kosmos Eden menjadi keos. Tuhan memulai dengan pembersihan air bah dan keturunan keluarga Nuh yang diselamatkan untuk melanjutkan babak kedua sejarah keselamatan dalam Kitab Suci.


Pesan bagi kita, kita fokus pada jujur dalam kata dan perbuatan karena itulah jalan  bagi Tuhan mengalirkan Rahmat-Nya bagi kita secara efektif. Kita berharap seperti Nuh bersama keluarga dan semua makhluk ciptaan-Nya dalam perahu Nuh yang Tuhan selamatkan. Kita ingin dunia ini dibangun tidak dengan kuasa, kontrol, kumpul harta, kompetisi dengan halalkan segala cara demi ego pribadi semdiri. Tetapi kita memiliki kemauan yang kuat untuk membangun  dunia mulai dari lingkungan komunitas keluarga kita dengan ketekunan lembut tanpa menggunakan kekerasan, menderita bersama sesama yang menderita, berbagi harta dengan sesama, dan bersimpati dengan budaya sesama yang kita jumpai.***