Kamis, 21 Januari 2021

Renungan Harian Jumat 22 Januari 2021

 Situasi Group Proses Penyembuhan dalam Komunitas 12 Murid

Belum Ada sehingga Yudas Iskariot Menjadi Pengkhianat Yesus

 

 

*.P.Benediktus Bere Mali, SVD*

 

Renungan Harian Jumat 22 Januari 2021

Ibr.8:6-13

Mrk.3:13-19

 

 

Sekilas Situasi Covid 19 mengubah dan diubah

 

Sebelum situasi pandemic covid 19, bebera waktu lalu penyembuhan secara psikologis, spiritual dan sosial face to face sangat laris manis. Saya tidak mempunyai data berapa keuntungan yang diperoleh dari penyembuh spiritual, psikologis dan sosial pada masa sebelum pandemic covid 19. Tetapi situasi dan kondisi pandemi covid 19 ini menghentikan sejenak penyembuhan face to facespiritual, psikologis dan sosial. Banyak pusat konseling professional yang kehilangan pasien untuk disembuhkan dan dengan demikian pendapatan dari pusat konseling pun mengalami penurunan secara drastis. Pusat-pusat perkumpulan penyembuhan kharismatik juga sepi dan dengan demikian dampak ekonomi bagi kelompok penyembuh spiritual juga sangat menurun. Penyembuhan secara sosial face to face pun sangat jarang karena orang lebih manjaga jarak untuk tetap tidak terpapar covid 19 yang sedang menyebar cepat. Banyak orang beralih profesi untuk mempertahankan hidupnya di masa pandemi covid 19 ini. Kita pun akhirnya taat pada lingkungan khususnya Lingkungan pandemic covid 19 yang secara drastis mengubah pola hidup dalam segala lini dan manusia dipandu untuk beradaptasi hanya untuk satu tujuan, untuk bisa bertahan hidup. Orang yang dulunya menjadi penyembuh kharismatik face to face harus beralih menjadi petani hanya untuk mempertahankan hidupnya di masa covid 19 ini. 

 

Situasi Mengubah Yudas Iskariot 

 

Situasi Yudas Iskariot sebelum menjadi murid Yesus tentunya berbeda. Setelah dipilih menjadi murid Yesus, Yudas Iskariot mengalami situasi selama kurang lebih 3 tahun bersama 11 murid yang lain bersama sang guru Yesus yang dapat mengubah hidupnya.  Awalnya Ia menjadi murid Yesus. Kemudian Ia menjadi ekonom komunitas 12 murid. Tentu Yesus berpikir bahwa Sehebat pelayanan apapun soal uang untuk memperlancar roda kehidupan pelayanan adalah sesuatu yang sangat sentral.  Maka sejak awal Yesus memilih 12 Murid.  Yesus sadar akan betapa pentingnya keuangan bagi karya cinta kasih. Yudas Iskariot dipilih sebagai ekonom. Sedangkan 11 murid yang lain fokus bersama Yesus melayani kehidupan spiritual semua orang yang mereka layani. Yudas Iskariot mengatur keuangan misi Yesus bersama 11 murid yang lain. Yudas mengatur urusan rumah tangga dari dapur sebagai sumber energi untuk melayani semua orang oleh Yesus bersama 11 murid yang lain. 

 

Kita dapat membayangkan betapa banyak orang yang disembuhkan Yesus dan begitu banyak orang yang tentu memberikan perhatian kepada 12 murid. Dan dalam Injil banyak ibu-ibu atau perempuan yang melayani Yesus dan 12 murid. Tentu di antara para ibu itu ada yang prihatin tentang soal makan minum dan pakaian Yesus dan 12 murid. Para ibu berpartisipasi dalam mengatur dan menyiapkan soal makan minum Yesus bersama 12 murid. Bantuan mereka tentu berhubungan langsung dengan ekonom yang memimpin urusan dapur kelompok 12 para murid bersama sang guru Yesus sendiri. Sumbangan ibu-ibu dan umat yang mereka layani tentu dalam berbagai bentuk. Ada ibu-ibu yang langsung masak di dapur untuk makanan dan minuman para murid bersama Yesus Guru mereka. Ada Ibu yang barangkali fokus memberi uang karena tidak dapat terlibat di dapur secara langsung karena fokus urusan kerja dan atau urusan keluarganya yang tidak dapat ditinggalkan. Ada juga sumbangan dari donatur yang penerimanya adalah Yudas Iskariot sebagai ekonom dan urusan makan minum Yesus dan para murid.

 

Selama hidup bersama Yesus, tidak pernah kita temukan tentang sosok ekonom yang ditampilkan di dalam Injil. Ini dapat memberi kita banyak kesan. Mungkin urusan dapur dan keuangan aman-aman saja selama misi pelayanan Yesus di darat, di laut, maupun di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Semua keuangan untuk biaya operasional terkesan tampak tidak ada soal. Bisa jadi Yesus tidak memiliki agenda khusus secara rutin untuk memonitor ekonom, mengevaluasi ekonom, merevisi hal-hal prinsipil ekonom jika perlu dan mendesak demi kepercayaan para pendukung dan donatur misi yang berurusan secara langsung dengan Yudas Iskariot sebagai pengurus keuangan komunitas kelompok para murid bersama Yesus sebagai Sang Guru. Yudas Iskariot yang bisa jadi tidak dikontrol secara bersama dan tidak dievaluasi serta tidak ada kerja ekonom yang perlu direvisi, maka ketika ada peluang Yesus akan ditangkap oleh para penguasa oposisi, Yudas Iskariot memanfaatkan kesempatan itu dengan menghancurkan Yesus Gurunya dari dalam kelompok 12 murid itu sendiri. Yudas Iskariot menjual Yesus kepada para oposisinya yang selama ini menyimpan dendam membara kepada Yesus. Yudas Iskariot menjual Yesus kepada para musuh dengan harga yang sangat murah seharga seorang hamba yang dijual kepada majikan seharga 30 keping perak. 

 

Barangkali Yudas Iskariot melakukan hal ini dengan pikiran seorang ekonom yang sangat matang dengan memperhitungkan segala untung dan resikonya. Sebagai ekonom, beliau observasi dan interview tokoh tokoh kunci tentang pelayanan Yesus khususnya melakukan banyak mujizat penyembuhan yang menjadi kunci mengapa Yudas Iskariot menjual Yesus dengan seharga yang sangat murah. Yudas Iskariot bisa saja melakukan ini karena baginya Yesus akan menghadapi para musuh yang membeliNya lalu menghukumNya, semua rencana musuh akan dimentahkan oleh Mujizat Yesus. Dalam pikiran Yudas Iskariot, Yesus yang sudah berpengalam mengadakan banyak mujizat, pasti akan mematahkan semua usaha lawan-lawanNya termasuk rencana untuk pembunuhan sekalipun. Bagi Yudas Iskariot bukan soal 30 Perak yang menjadi fokus tetapi fokusnya adalah Yesus akan melakukan Mujizat saat lawan-lawanNya datang kepadaNya. 

 

Pikiran seorang ekonom tidak sama dengan pikiran gurunya. Pikiran Yesus, Pikiran Gereja Katolik, Pikiran Orang beriman kepada Yesus melalui Gereja Katolik tentu sudah pasti menuduh Yudas Iskariot sebagai orang yang mengkhianati Yesus. Penulis Injil hari ini menyebutnya sebagai Yudas Iskariot seorang yang dipilih Yesus atas kehendak Bapa tetapi kemudian mengkhianati Yesus. Saya jika berada pada posisi Yudas Iskariot sebagai salah seorang murid Yesus pada zaman itu, tentu saya juga bisa jadi seperti apa yang dipikirkannya. Apalagi sebagai seorang ekonom yang setiap hari mengurus dapur dan keuangan untuk biaya operasional misi pelayanan Yesus dan para purid yang lain. Yudas berusaha dan fokus mencari dan mendapatkan serta mengelolah keuangan untuk meyelamatkan hidup dalam hal makan dan minum para murid dan Yesus sebagai kekuatan dasar untuk melayani orang banyak. 

 

Tetapi itulah rancangan manusia bukanlah rancangan Allah. Maka tepat nubuat Yesaya tentang jalannya sejarah keselamatan: “sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu (Yes.55:8).” Seringkali rancangan kita begitu hebat seperti Yudas Iskariot di luar rancangan Allah dan ketika memaksakan rancangan kita itu diimplementasikan ternyata buahnya bukan dihargai tetapi justru digolongkan sebagai orang yang mengkhianati Allah. Yudas dipilih atas kehendak Allah menjadi seorang ekonom 12 murid bersama sang guru mereka. Tetapi dalam perjalanan hidupnya Yudas hidup tidak berdasarkan kehendak Allah tetapi atas kehendaknya sendiri.  Sayang seribu sayang kehendaknya pun tidak disiskusikan dengan 11 murid yang lain dan terutama konsultasikan dengan Yesus Sang Gurunya. 

 

Lalu dari sini kita menemukan sebuah pertanyaan, Mengapa 11 Murid yang lain hidup menurut kehendak Tuhan tetapi Yudas tidak? Kunci persoalannya dimana dalam konteks sebagai anggota komunitas 12 para murid Yesus? Bagaimana proses kehidupan 12 murid sejak awal sampai 3 tahun bersama Yesus? Apakah ada rencana awal yang matang dengan program pertemuan rutin untuk memonitor, mengevaluasi, merevisi program, bila perlu, ketika para agen dalam hal ini 12 Murid menjalankan tugas perutusannya secara tidak semestinya? Apakah ada program group proses dalam komunitas 12 murid bersama Yesus dengan agenda dasar: Menyembuhkan Komunitas dan disembuhkan komunitas? Persoalan Yudas Iskariot yang dipilih menjadi murid Yesus dan dipilih menjadi ekonom tentu atas dasar kemampuan yang hebat dari Yudas Iskariot. Tetapi menjadi persoalan besar dalam sejarah keselamatan karena Yudas Iskariot adalah seorang murid yang mengkhianati Yesus Sang Gurunya. Bagi saya, hal ini terjadi dan dapat direfleksikan dari sisi group proses penyembuhan kelompok 12 murid bersama sang guru Yesus.  Bagi hemat saya, seandainya group proeses penyembuhan dalam komunitas 12 murid bersama Guru berjalan secara baik sejak awal maka pasti pengkhianatan bisa diredusir atau tidak terjadi dalam komunitas 12 murid bersama Yesus sebagai guru mereka. 

 

 

Bagi saya, Group Proses 12 Murid bersama Sang Guru terabaikan di balik pelayanan keluar yang begitu sangat hebat mengagumkan publik. Seandainya ada group proses penyembuhan 12 murid bersama Yesus Sang Guru mereka, saya berpendapat bahwa Yudas Iskariot bekerja secara baik dan tidak akan menjadi pengkhianat karena dia memiliki pemahaman yang jelas tentang Yesus. Supaya Yudas Isakriot yang lain pada zaman kini bekerja baik dan tidak mengkhianati Yesus maka perlu ada group proses penyembuhan di dalam komunitas 12 murid bersama Sang Guru Yesus sendiri. Maka penting Yesus Sang Guru mengedukasi para muridNya dengan pola mengikuti Tahap-tahap Group Proses Kelompok 12 murid dengan GuruNya sebagai berikut. 

 

 

 

Pertama. Program Yesus adalah mencintai Tuhan, Sesama dan Diri Sendiri sedang berjalan tetapi Yudas Iskariot pada zaman ini mengkhianati Yesus Sang Gurunya. Ini soal serius. Program ini baku dan berbasiskan program ini kelompok 12 murid bersama Guru mereka mengumpulkan data keberhasilan dan kegagalam melaksanakan program ini. Program ini menarik karena setiap orang membutuhkan cinta dan Yesus dan muridNya memberikan kasih kepada sesama yang membutuhkan cinta.  Para murid dan Guru juga membutuhkan cinta dan yang memenuhi kebutuhan akan cinta itu adalah anggota komunitas sendiri lewat group proses dalam komunitas. Cinta kasih ke luar dan cinta kasih ke dalam dapat dilihat dan diukur, diharapkan dilaksanakan secara seimbang. Persoalannya: Mengapa Yudas Iskariot menjadi Pengkhianat Sang Guru? Mengapa Program Cinta Pada Sesama dan diri sendiri gagal dalam diri Yudas Iskariot?

 

Pelaksanaan program berhasil atau gagal, dibutuhkan data dari lapangan. Data Lapangan yang dimaksud adalah data dari orang luar dan orang dalam sendiri. Data diperoleh lewat assessmentyaitu wawancara, observasi, dan alat berupa questioner untuk menemukan akar persoalan kegagalam pelaksanaan program. Prinsip ambil data dari semua yang terlibat memberikan data lewat wawancara dan obeservasi maupun questioner berbasiskan semua anggota memiliki niat baik untuk kehidupan bersama yang lebih baik dalam konteks pelaksanaan program yang sukses berhasil memuaskan bersama. Maka pemimpin kelompok atau komunitas semestinya memberikan penjelasan yang baik kepada anggota yang akan memberi data agar data keluar dari kejujuran sehingga masalah yang ditemukan adalah valid untuk diadres. Setelah semua mengerti dan bersedia untuk memberi data yang obyektif, assessment yang terdiri wawancara, observasi, dan questioner dapat dibagikan/dilakukan kepada partisipan dari luar komunitas 12 maupun di dalam kelompok 12 murid. Leader bersama team memiliki peran sebagai fasilitator dalam mengumpulkan data, mengolah data sampai menemukan persoalan inti kelompok dua belas agar soal itulah yang akan diaddres untuk kebaikan bersama. Daftar soal yang ditemukan itu kemudian dibicarakan bersama anggota kelompok 12 untuk klarifikasi. Jika semua setuju dengan daftar soal hidup bersama, team merumuskan persoalan itu, pada level daftar persoalan yang ada dalam komunitas 12 murid bersama sang guru. 

 

Kedua.  Pertemuan kedua lebih fokus pada soal utama yang menjadi penyebab yang memelihara bertumbuhnya kasus dalam hidup bersama komunitas. Misalnya kasus A paling utama menjadi penyebab yang menumbuhkembangkan kasus dalam hidup bersama.  Semua sepakat bahwa kasus utama itu adalah kasus A dengan berbagai segi yang memelihara kasus utama itu.  Kalau semua setuju maka group proses beralih kepada tahap penyembuhan komunitas berikutnya.

 

Ketiga.  Team dapat memformulasikan persoalan secara tepat. Penyebab yang memelihara akar soal dalam kehidupan kelompok duabelas murid dirumuskan secara tepat dan dalam rumusan itu memuat segi-segi yang mengandung persoalan, berdasarkan data yang dikumpulkan dari wawancara, observasi, alat test dan dukungan literature terbaru yang mendukung rumusan soal yang akan diadress dengan intervensi yang efektif berdasarkan literature terbaru.  Hasil rumusan team disampaikan kepada anggota untuk mendapat klarifikasi dari anggota sampai semua anggota setuju rumusan itu sebagai hasil rumusan bersama. Setelah rumusan disetujui oleh semua anggota, kita memasuki tahap selanjutnya dalam group proses yang menyembuhkan kelompok atau keluarga atau dalam hal ini group proses komunitas 12 murid bersama Sang Guru Yesus.

 

 

Keempat. Setelah merumuskan akar soal secara tepat maka tahap berikut adalah rencana penyembuhan atas soal tersebut. Rencana treatmen terdiri dari tiga bagian penting, pertamaberdasarkan rumusan persoalan itu, bersama-sama menentukan daftar soal A,B,C  yang mau diaddress. Setelah semua setuju daftar soal yang ada, maka leader sebagai fasilitator menjelaskan, tahap kedua, yaitu tujuan dari setiap daftar soal yang telah disepakati bersama oleh hadirin dalam pertemuan. Misalnya Kasus A adalah tidak transparan dalam sebuah komisi A. Maka Tujuan kasus A adalah Transparan/Jujur. Demikian juga Tujuan kasus B dan C.  Tujuan semestinya SMART artinya Tujuan setiap kasus itu (S)pesifik/simple, (M)easurable/terukur, (A)ttainable/tercapai, (R)ealistik, (T)imely Statement/jangka waktu yang ditetapkan. Leader bersama team mengedukasi peserta sampai mengerti dan pengertian yang diputuskan adalah pengertian bersama agar dengan pengertian yang baik dari setiap anggota, tidak mengalami kesulitan saat pelaksanaan di lapangan real dalam menyembuhkan kehidupan komunitas bersama. Setelah tujuan jelas diputuskan bersama, memasuki tahap berikut, tahap ketiga dalam bagian ini yaitu penentuan intervensi yang efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Intervensi yang efektif untuk mencapai tujuan itu, team leaders sebagai fasilitator dan bisa juga partisipan membaca literature terbaru yang langsung berkaitan dengan intervensi efektif atas kasus dan tujuan yang telah ditentukan bersama.  Intervensi efektif atas setiap kasus dan tujuan dapat disampaikan secara tepat agar anggota komunitas mengerti secara tepat proses intervensi efektif itu sehingga ketika implementasi intervensi efektif pada anggota komunitas, semua anggota komunitas dapat melaksanakan secara baik dan berhasil dalam proses menyembuhkan komunitas dan disembuhkan oleh komunitas. Kalau ini jalan maka kita beralih ke tahap berikut dalam group proses anggota komunitas 12 murid dengan sang Guru Yesus.

 

Kelima. Memonitor Implementasi Intervensi Efektif, Evaluasi, Revisi bila diperlukan. 

 

Sementara pengimplementasian intervensi yang efektif, leader bersama team memonitor. Alat monitor berupa form-form yang berkaitan dengan kemajuan perubahan dan kemunduran perkembangan kasus dalam diri dan kelompok dapat diukur sehingga anggota kelompok dan individu tahu bahwa implementasi interfensi betul efektif atau tidak.  Form-form monitoring ini dibagikan juga kepada orang tua dan saudara dan saudari atau teman sekolah dan sahabat yang setiap hari bersama dalam kelompok atau individu sehingga kemajuan dan kemundurannya selama implementasi interfensi efektif dapat diketahui dari semua mereka yang peduli dan menolong individu dan atau komunitas yang sedang melalui proses penyembuhan. 

 

Selain itu leader dan teamnya menentukan jadwal yang tetap untuk mengevaluasi implementasi efektif intervensi, bisa harian, bisa mingguan, bisa bulanan, caturwulan, semesteran, atau tahunan. Dalam evaluasi itu tentu menemukan keberhasilan atau kegagalan, harapan dan tantangan. 

 

Kalau interfensi efektif itu tidak jalan maka perlu direvisi. Revisi berarti dalam konteks komunitas, perlu meminta persetujuan anggota komunitas, atau secara personal, perlu mendapat persetujuan pribadi. Revisi berarti asessmen ulang. Itu berarti prosesnya dari awal lagi. Setelah revisi bisa berhasil atau gagal. Kegagalan dapat memberi peluang untuk terus atau terminasi proses penyembuhan komunitas /pribadi. Terminasi berarti mencari solusi cara lain dengan bantuan ahli lain dalam mengadres soal pribadi/komunitas. Untuk itu perlu adanya kerendahan hati leader dan team untuk mencari orang yang lebih professional dalam bidangnya untuk menyembuhkan komunitas/individu. 

 

Tetapi jika setelah revisi semua rasa beres berdasarkan form evaluasi yang diisi oleh semua pihak bahwa efektif intervensi berhasil maka atas keputusan pribadi /komunitas yang telah sembuh atau kelompok yang sembuh untuk melakukan terminasi. Group proses berhasil dalam penyembuhan.  Tetapi dalam konteks penyembuhan komunitas oleh anggota komunitas, group proses terus dan wajib dilaksanakan selama komunitas itu eksis. Hal ini sebuah keharusan untuk mengurangi persoalan individu maupun komunitas. Komunktas adalah lokus untuk menyembuhkan dan disembuhkan. Semoga menginspirasi setiap kelompok kecil maupun kelompok besar. Tuhan memberkati. ***