Sabtu, 09 Januari 2021

Homili HR Pembaptisan Tuhan, CKMS Manila 10 Januari 2016 Pada Natal dan Tahun Baru Bersama Flobamora Global Fhilipine

  KEMAUAN YESUS DIBAPTIS DI AIR YORDAN

*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Homili HR Pembaptisan Tuhan, CKMS Manila  10 Januari 2016 Pada Natal dan Tahun Baru Bersama Flobamora Global Fhilipine

Thn.c. Yes 40 :1-5.9-11. Tit 2 : 11 -14; 3 : 4 – 7; Luk 3:15-16.21-22

Yohanes memilih  Sungai Yordan sebagai tempat pembaptisan. Pemilihan ini melahirkan  di dalam diri kita masing-masing sebuah pertanyaan ini: Mengapa di antara sekian banyak air yang ada, hanya air Yordan yang jadi tempat baptis banyak orang dan Tuhan Yesus? Alasan mendasar yang membuat air Yordan paling unik bila dibanding dengan air yang lain adalah karena Sungai Yordan memotong padang gurun, tempat dimana Yohanes berseru-seru  dengan suara yang sangat lantang tentang : siapkanlah jalan bagi Tuhan.

Seruan Yohanes ini sesungguhnya  menegaskan kembali apa yang dinubuatkan nabi Yesaya kepada bangsa Israel: “Siapkanlah di padang gurun jalan bagi Tuhan”.  Banyak orang yang menanggapi seruan penegasan itu dengan sebuah hati yang terbuka lebar. Tanggapan baik itu tampak melalui begitu banyak jumlah orang yang pergi ke Sungai Yordan untuk berjumpa dengan Yohanes dan dibaptis di dalam air Yordan. Kalau kita mengikuti betul proses orang banyak yang datang ke air Yordan itu, kita dapat menemukan bahwa dari antara sekian banyak orang yang turun ke dalam air Yordan dan dibaptis itu, memiliki motivasi yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Ada yang datang ke Sungai Yordan dan bersedia dibaptis karena hanya sekedar rame-rame mengikuti teman-temannya yang juga mau dibaptis. Ada yang datang ke sungai Yordan karena hanya sekedar ingin mengetahui, seperti siapakah Mesias yang diwartakan Yohanes. Ada yang datang ke Sungai Yordan memang didasari oleh pertanyaan dalam hati apakah Mesias yang dinantikan itu adalah Yohanes yang membaptis mereka atau kah orang lain. Dengan kata lain, menerima baptisan di Sungai Yordan tidak selamanya memberikan jaminan atau jawaban yang memuaskan atas semua keraguan dan pertanyaan iman tentang siapakah Mesias yang sesungguhnya yang mereka dengar dan baca dalam Kitab Suci.

Beraneka keraguan dan pertanyaan tentang siapakah Mesias yang dinanti-nantikan itu dapat ditemukan dalam persoalan pokok berikut, yang menurut hemat saya, barangkali  juga menjadi persoalan iman kita di dalam sepanjang sejarah ziarah hidup iman kita. Persoalan besar itu dapat dirumuskan dalam sebuah pertanyaan penting sekaligus menarik: Mengapa Yesus begitu kuat memiliki  kemauan untuk turun ke Sungai Yordan dan dibaptis, walaupun dengan sebuah awal yang menghalangi Yohanes untuk membaptis karena Yohanes benar-benar secara jujur menyatakan sebuah rasa tidak layak untuk membaptis Yesus yang diwartakanNya?

Yesus mau turun ke Sungai Yordan sebagai cara  buka Pintu Surga dan  Hati yang dahulu tertutup rapat

 Yesus memiliki kemauan yang begitu luarbiasa besar untuk turun ke dalam Sungai Yordan karena bagi Yesus, hanya dengan jalan itulah, semua orang yang telah turun ke dalam air Yordan, diperbolehkan atau diijinkan atau lebih tepatnya diperkenankan untuk mendengarkan Suara dari langit yang penuh berdaya revolusioner, : “Engkaulah AnakKu yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan”.  Suara ini adalah kata-kata pengakuan dari Allah Bapa di Surga bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan; Yesus adalah yang berkenan sebagai Mesias dan bukan orang yang lain. Suara itu juga menegaskan bahwa semua kehendak Tuhan tentang semua yang terbaik  bagi manusia telah diberikan kepada Yesus maka semua orang yang dibaptis menerima undangan dari Tuhan untuk mendengarkan Yesus dan melaksanakan semua yang diajarkan Yesus. Dengan demikian Suara itu mengubah yang ragu tentang Mesias menjadi percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang utama dan dengan demikian mereka menjadi lebih yakin dan pasti mendengarkan Yesus dan melaksanakan semua yang diajarkan Yesus karena semua apa yang disampaikan Yesus senantiasa membuat hati sejuk para pendengarNya dan damai yang dialami itu senantiasa diharapkan semua mahkluk di muka bumi karena selalu menarik hati.  

Kesimpulan

Dengan demikian, ditemukan sebuah benang merah bahwa Siapkanlah jalan bagi Tuhan, dijawab oleh mereka yang dibaptis di Sungai  Yordan, karena hanya melalui cara itu, mereka yang dibaptis boleh mendengarkan suara Allah Bapa: “Engkaulah Putera dan Puteriku yang Terkasih”.  Kita semua yang telah dibaptis menjadi putera dan puteri yang dikasihi Tuhan, selalu dekat dengan Tuhan, bahkan bukan hanya itu melainkan kita juga selalu menjadi orang yang berkenan bagi Tuhan untuk tinggal bersamaNya sebagai orang yang selalu hidup di dalam Keluarga Allah (Kej 9:16/tema Natal 2015).  Dan satu contoh yang menjadi tanda nyata sebagai orang yang selalu hidup di dalam keluarga Allah adalah Senantiasa Rajin Berbuat Baik bagi semua orang tanpa syarat apapun. ***

Renungan Misa Harian Sabtu 9 Januari 2021



*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Bacaan Misa Harian 

1Yoh 5:14-21

Yoh 3:22-30


Rendah hati Memindahkan Kesombongan pada tempatnya 


Di antara sekian banyak kata kerja aktif yang paling penting dalam Kitab Suci, bagi saya hanya satu kata kerja yang paling penting yaitu bukan menyombongkan tetapi merendahkan diri sampai titik nol (zero) di hadapan Tuhan dan Sesama dalam kehidupan bersama. Kesadaran penuh menempatkan Diri di titik zero, kosong, nol, 0 adalah sebuah kesempatan emas untuk siap menerima semua dari luar Diri untuk diisi, dilengkapi, disempurnakan, diperkaya oleh yang dari luar Diri yaitu Tuhan dan Sesama yang menyelamatkan bukan dari Setan sombong yang menindas, menguasai, menghancurkan, melemahkan, memporakporandakan Diri. Kesadaran penuh dan kemauan yang kuat serta kejujuran membuka Diri yang  berada pada titik 0, kosong untuk siap diisi oleh kehendak Tuhan dan Masukan dari sesama yang Positif. Pada saat yang sama, kesadaran penuh menutup Diri yang berada posisi nol, 0, kosong, rendah hati terhadap hal-hal Negatif dari Setan sombong.


Kerendahan Hati dan Kesombongan adalah dua kata yang tepat diangkat di dalam permenungan. Seorang misionaris yang sudah bekerja di sejumlah negara yang berbeda, melihat tema kerendahan Hati dan Kesombongan dari pengalaman melayani Tuhan dan Sesama. Beliau hidup dimana saja senantiasa merasa cocok tanpa soal dengan dirinya sendiri. Kuncinya satu rendah hati. Kerendahan Hati Memindahkan Kesombongan pada tempat dan waktunya. Baginya dirinya adalah tempat tinggal makhluk kerendahan Hati bukan makhluk Kesombongan. Makluk Kesombongan tempatnya pada orang lain. Bagi dirinya, waktu adalah waktu bagi bekerja makhluk kerendahan Hati bukan bagi kerja makhluk Kesombongan. Baginya, begitu banyak orang sangat dekat dengan orang yang rendah hati di hadapan Tuhan dan dalam berelasi dengan Sesama. Tetapi pengalaman membuktikan bahwa Kesombongan Diri mematahkan dan bahkan menghancurkan semua hal Positif bekerja dalam kehidupan bersama untuk kebaikan bersama. Kesombongan fokus pada Diri sendiri tetapi tidak fokus pada kebersamaan dalam komunitas atau organisasi besar. Persoalan hidup Bersama sentralnya pada salah seorang yang memenangkan Diri dengan mengalahkan kebersamaan hidup berkomunitas. Maka solusinya adalah semua anggota komunitas mengalahkan Diri dan harus memenangkan kebersamaan untuk kebaikan bersama. Kuncinya adalah kerendahan Hati bukan kesombongan. Kerendahan Hati selalu fokus untuk keselamatan bersama. 


Yohanes bekerja Keras Siang dan Malam untuk keselamatan Dunia yang pasti terpenuhi dalam Diri Yesus sang juru Selamat dunia. Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia untuk keselamatan umat manusia. Kuncinya adalah rendah hati. Lahir di Kandang Bethlehem bukan di istana atau Rumah Sakit Istimewa. Blusukan kepada orang miskin, tertindas, sembuhkan Sakit Fisik, Psikologis, Sosial,   dan membangun iman yang mendalam di dalam Diri domba-domba/umat yang dilayani. 


Yohanes bekerja basisnya rendah hati. Mayoritas tersentuh pelayan yang melayani dengan rendah hati. Tetapi banyak orang merasa tidak nyaman hidup Bersama orang yang bekerja dengan cara yang sombong. Kesombongan pada prinsipnya disukai oleh orang yang sombong tetapi tidak dibutuhkan Sesama di dalam kehidupan bersama, baik dalam komunitas mikro, maupun komunitas makro. Pengalaman misionaris telah tinggal dan bermisi di sejumlah negara, menemukan bahwa Kesombongan pada akhirnya bukan merusak atau menghancurkan orang lain saja tetapi pada akhirnya menghancurkan Diri sendiri. Sebaliknya kerendahan Hati pasti menyelamatkan Diri dan Sesama. ***