Jumat, 30 Juli 2021

Makna Kesakralan Ritual Agama Mengikat Anggota dan Pengikutnya

    


#P.Benediktus Bere Mali, SVD*




Setiap detik dari Timur ke Barat ada orang yang mengisi waktu satu detik selama dua puluh empat jam sehari dengan berdoa, merayakan Ekaristi Kudus untuk menguduskan diri, menguduskan dunia alam sekitar, menguduskan waktu yang berasal dari Tuhan Allah Maha Kudus. Dari segi time zone di Seluruh dunia, sangat masuk akal, dapat dimengerti bahwa setiap detik diisi oleh manusia dengan doa di depan Sakramen Maha Kudus, doa bersama, doa pribadi.  Allah Maha Kudus memberi waktu kepada kita manusia. Kita hidup dalam waktu Allan Maha Kudus. Waktu itu Kudus. Tempat kita doa adalah Kudus. Kita adalah mahkluk Kudus. 

Bacaan Pertama memberikan waktu jadwal kudus bagi kita untuk memupuk iman kita kepada Allah Maha Kudus.  Waktu dan tempat dimana kita berada adalah hadiah dari Allah Maha Kudus. Iman kita kepada Allah Maha Kudus diekspresikan di dalam ritus, ritual sakral, doa dapat meneguhkan dan mengokohkan bahwa nyata dan hidup kesakralan dari waktu, tempat, materi dan diri yang memimpin dan merayakan ritual sakral. 

Allah Maha Kudus menjadi manusia di dalam Yesus yang hadir dan hidup di antara keluarga dan sahabatnya. Tetapi mereka menolakNya sumber kekudusan dan kesakralan dalam waktu dan tempat tinggal mereka. Penolakan dan pengabaian terhadap kesakralan adalah gejala matinya iman orang yang menolak sumber utama sakral yaitu Allah yang hidup nyata dalam diri Yesus.  

Kesakralan yang tidak diinstitusikan akan mudah hilang dalam sejarah hidup keagamaan. Komunitas dan negara atau suku bangsa yang kehilangan institusi kesakralan yang mengikat anggotanya akan berdampak kehilangan pengikut Agama Agama yang pusatnya adalah kesakralan itu sendiri.


Tetapi di sisi lain selama tetap hidup Ritual sakral yang tetap diistitusikan dalam komunitas Suku Suku, agama-agama, Hal itu berarti tetap mengokohkan organisasi komunitas Suku, Agama manapun. Karena Makna ritual itu sangat mendalam bagi praksis hidup pemilik dan pengikut ritual sakral kelompok Suku dan agamanya. *****

  


Liturgia Verbi (B-I)

Hari Biasa, Pekan Biasa XVII


Jumat, 30 Juli 2021


PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja


Bacaan Pertama

Im 23:1.4-11.15-16.27.34b-37


"Hari-hari Tuhan yang harus kalian rayakan dan kalian kuduskan."


Pembacaan dari Kitab Imamat:


Tuhan bersabda kepada Musa,

"Inilah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan,

hari-hari pertemuan kudus yang harus kalian maklumkan

masing-masing pada waktunya yang tetap.

Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu,

pada waktu senja,

adalah Paskah bagi Tuhan.

Dan pada hari yang kelima belas bulan itu

adalah hari raya Roti Tidak Beragi.


Tujuh hari lamanya kalian harus makan roti yang tidak beragi.

Pada hari yang pertama kalian harus mengadakan pertemuan kudus.

Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.

Kalian harus mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan tujuh hari lamanya.

Pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus,

Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat."


Tuhan bersabda pula kepada Musa,

"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka,

'Apabila kalian sampai ke negeri

yang akan Kuberikan kepada kalian,

dan kalian menuai hasilnya,

maka kalian harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam.

Dan imam itu harus mengunjukkan berkas itu di hadapan Tuhan,

supaya Tuhan berkenan akan kalian.

Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat.


Kemudian kalian harus menghitung,

mulai dari hari sesudah sabat itu,

yaitu waktu kalian membawa berkas persembahan unjukan,

haruslah genap tujuh minggu.

Sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh

harus kalian hitung lima puluh hari.

Lalu kalian harus mempersembahkan kurban sajian yang baru kepada Tuhan.


Akan tetapi tanggal sepuluh bulan ketujuh adalah Hari Pendamaian.

Kalian harus mengadakan pertemuan kudus

dan harus merendahkan diri dengan berpuasa

dan mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan.

Hari yang kelima belas bulan ketujuh itu

adalah hari raya Pondok Daun bagi Tuhan,

tujuh hari lamanya.

Pada hari yang pertama harus ada pertemuan kudus.

Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.

Tujuh hari lamanya

kalian harus mempersembahkan kurban api-apian

dan pada hari yang kedelapan

kalian harus mengadakan pertemuan kudus

dan mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan.

Itulah hari raya Perkumpulan.

Janganlah kalian melakukan sesuatu pekerjaan berat.


Itulah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan,

yang harus kalian maklumkan sebagai hari pertemuan kudus

untuk mempersembahkan kurban api-apian kepada Tuhan,

yaitu kurban bakaran dan kurban sajian,

kurban sembelihan dan kurban-kurban curahan,

setiap hari, sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu."


Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan

Mzm 81:3-4.5-6ab.10-11ab,R:2a


Refren: Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita.


*Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana,

petiklah kecapi yang merdu, diiringi gambus.

Tiuplah sangkakala pada bulan baru,

pada bulan purnama, pada hari raya kita.


*Sebab begitulah ditetapkan bagi Israel,

suatu hukum dari Allah Yaku;

hal itu ditetapkan-Nya sebagai peringatan bagi Yusuf,

waktu Ia maju melawan tanah Mesir.


*Janganlah ada di antaramu allah lain,

dan janganlah engkau menyembah allah asing.

Akulah Tuhan, Allahmu,

yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.


Bait Pengantar Injil

1Ptr 1:25


Sabda Tuhan tetap selama-lamanya.

Itulah sabda yang diwartakan kepadaku.


Bacaan Injil

Mat 13:54-58


"Bukankah Dia itu anak tukang kayu? 

Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:


Pada suatu hari Yesus kembali ke tempat asal-Nya.

Di sana Ia mengajar orang di rumah ibadat mereka.

Orang-orang takjub dan berkata,

"Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu?

Bukankah Dia  itu anak tukang kayu?

Bukankah ibu-Nya bernama Maria

dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?

Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.


Maka Yesus berkata kepada mereka,

"Seorang nabi dihormati di mana-mana,

kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."

Karena ketidakpercayaan mereka itu,

maka Yesus tidak mengerjakan banyak mujizat di situ.


Demikianlah sabda Tuhan.