Selasa, 18 Desember 2012

Kotbah Misa Harian, Rabu 19 Desember 2012



DIUTUS 
MEMBERITAKAN 
KHABAR GEMBIRA
Hak 13:2-7.24-25a; Luk 1:5-25
Kotbah Misa Harian, Rabu 19 Desember 2012
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD

      Kita hidup di antara aneka macam berita baik dari sms, telp, email, bbm,fb, twitter, youtobe, Koran, majalah, televise, radio, surat, gossip, dan sebagainya.  Ada dua berita yang kita terima atau kita sebarkan, ada berita yang menggembirakan, ada berita yang menghancurkan.  Berdasarkan asalnya, berita yang menggembirakan bagi semua orang melintas batas, berasal dari Tuhan sumber kegembiraan yang sejati. Sebaliknya, berita yang menghancurkan kemanusiaan, berasal dari setan atau iblis.
     
Gabriel sebagai Malaikat adalah utusan Tuhan, yang memberitakan khabar sukacita bagi Zakharia,  tentang kelahiran Yohanes Pembaptis.  Malaikat Tuhan selalu membawa berita kegembiraan bagi manusia. Malaikat itu secara nyata membawa khabar sukacita tentang kelahiran Simson kepada ibu Simson yang mengandung Simson.  Kelahiran anak bagi orang tua, dalam bangsa Yahudi adalah sebuah kehormatan. Orang yang mandul dalam pandangan sosial bangsa Yahudi, dipandang sebagai sebuah aib, dipatahkan oleh kelahiran Simson dan Yohanes berkat karunia atau berkat Roh Kudus.

      Dalam perjalanan hidup, Yohanes Pembaptis selalu komit pada rencana Allah dalam dirinya untuk menyiapkan diri dan semua, bagi kedatangan Yesus pada Natal dan pada akhir zaman.

Sedangkan Simson takluk di depan perempuan Delila, sehingga kekuatannya runtuh.  Kekuatan Simson sejak awal mula sesuai kehendak Tuhan adalah: “Kepalanya takkan kena pisau cukur,
sebab sejak dari kandungan ibunya
anak itu akan menjadi nazir Allah,
dan lewat dia akan mulailah
penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin."
Simson menyampaikan sumber kekuatannya kepada Delila dan Delila memanfaatkan keterbukaan Simson itu untuk menghancurkan Simson. 

Pada masa adven, kita menyiapkan diri untuk Kelahiran Tuhan Yesus di dalam kandang Hati Kita Masing-masing dan menyiapkan diri bagi kedatangan Tuhan pada akhir Zaman, pada saat kematian kita. Dalam persiapkan kita ini kita dapat menggunakan tokoh-tokoh dalam Bacaan-bacaan suci hari ini untuk mendeteksi diri khususnya perilaku iman kita. Apakah kita seperti Yohanes Pembaptis yang selalu komit pada kehendak Tuhan dalam seluruh perjalanan hidup? Ataukah kita seperti Simson yang terlalu terbuka kepada musuh sehingga musuh menggunakan kelemahan kita menghancurkan kita? Ataukah kita seperti Malaikat Gabriel yang sebagai utusan Tuhan yang selalu membawa khabar sukacita kepada dunia, bukan khabar yang menghancurkan? Atau kita seperti Zakharia yang yang setiap  hari bekerja sebagai imam mempersembahkan korban persembahan di Bait Allah, tetapi tidak percaya dan ragu pada berita Gembira dari Malaikat Gabriel sebagai utusan Allah?

Simson terhukum karena melanggar janji Tuhan bahwa rambutnya tidak boleh dicukur, tetapi dia takluk dan tidur di atas pangkuan perempuan yang namanya Delila, yang mencukur rambutnya, sehingga kekuatannya hilang.  Zakharia bisu karena kurang percaya pada penyelenggaraan ilahi yang dibawa oleh Malaikat Gabriel utusan Tuhan. Sedangkan Yohanes Pembaptis dan  Malaekat Gabriel selalu setia pada kehendak Allah yang mengutus mereka untuk selalu setia pada janji dan kehendak Allah untuk menyelamatkan semua orang dan dunia.

Kita pasti memilih Malaikat Gabriel dan Yohanes Pembaptis, sebagai teladan iman di masa Adven ini. Mari kita hidup berdasarkan pilihan kita itu yaitu  kita selalu membawa khabar sukacita keselamatan bagi semua orang melintas batas, bukan menghancurkan semua melintas batas.

Kotbah Misa Harian, Selasa 18 Desember 2012



“PRIA TULUS SUSAH DI CARI”

Yer 23 : 5 – 8; Mat 1 : 18 – 24
Kotbah Misa Harian, Selasa 18 Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Membaca judul renungan di atas, saya teringat akan banyak orang yang mengatakan bahwa pria yang jujur dan tulus susah didapat. Lantas apa perbedaan antara orang yang tulus dengan orang yang pamrih?


Orang yang tulus dengan orang yang pamrih sebetulnya memiliki perbedaan yang dapat dijelaskan di dalam uraian berikut ini. Pria yang pamrih senantiasa dijiwai “ada apanya” dalam membangun sebuah relasi dengan sesama, termasuk dengan isteri atau tunangannya. Sebaliknya pria yang tulus selalu dijiwai pandangan “apa adanya” dalam membangun dan menciptakan relasi dengan sesama termasuk dengan tunangan atau isteri.


Ketika semua orang mengatakan pria yang tulus susah didapat, Gereja Katolik mempersembahkan Pria yang tulus kepada dunia sejagat. Dia adalah Yusuf suami Maria. Ketulusannya lahir dan bertumbuh dan berkembang dalam musim suka maupun musim sulit yang menyertai perziarahan kehidupan berkeluarganya.


Teladan St. Yusuf menjadi peneguh kita untuk selalu setia dan tulus dalam membangun relasi dengan sesama, dimana dan kapan saja kita berada. Tuhan memberkati kita. Syallom.