Kamis, 04 Februari 2021

Kematian: Panggilan sempurna dari Tuhan

 

*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


 Sumber refleksi tentang

Kematian: Panggilan sempurna dari Tuhan


Rm. 14:8

Mrk.8:33

Mat. 16:23


Pada waktu masih kecil tetangga dan orang tua yang tinggal di sebuah kampung dengan rumah-rumah adat yang berdekatan dengan di halaman tengah perkambungan tempat bermain anak-anak, tempat menyelenggarakan simbol-simbol adat-budaya yang meliputi kata-kata atau doa, bahan material yang digunakan, dan kegiatan atau  bahasa tubuh dalam penyelenggaraan ritus tersebut.


Salah satu kegiatan di halaman tengah itu adalah setiap sore kami sebagai anak-anak bermain dan berbagi cerita tentang cerita cerita yang penuh dengan sukacita, gembira,  damai, dan nyaman serta yang enjoy. Ketika cerita tentang kemarahan satu terhadap lain, bahkan cerita tentang dukacita, sedih, kematian, orang tua, kakak atau saudara yang mendampingi dan mendengar itu langsung menarik kami ke tempat lain sambil cerita-cerita sukacita untuk sekedar mengalihkan perhatian dari yang dukacita kepada yang sukacita.


Ketika Yesus bercerita tentang kematian, Petrus menarik Yesus ke belakang dan menegur serta melarang Yesus agar jangan ceritera tentang kematian. Petrus mau supaya Yesus berbicara tentang sukacita, kegembiraan, enjoy. Petrus tidak mau saat enjoy bersama diakhiri dengan berita duka, dan kematian. Pengalaman Petrus ini terjadi saat orang banyak sedang berbondong-bondong mengikuti Yesus yang membuat begitu banyak orang penuh dengan Damai dan Sukacita bersama Yesus. Petrus mau supaya terus hidup enjoy dan kedamaian ini jangan cepat berlalu. Tetapi Yesus marah Petrus. 


Yesus  berpaling sambil memandang murid-murid-Nya lalu memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis,  sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (Mrk. 8:33)." Atau versi Mat.16:23, "Yesus berbalik dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai Setan! Kamu adalah batu sandungan bagi-Ku sebab engkau tidak menetapkan pikiranmu pada hal-hal dari Allah, melainkan hal-hal dari manusia.”


Barangkali pengalaman Petrus ini dapat ditujukan kepada kita. Kita lebih enjoy dengan hal-hal yang aduhai. Tetapi bukan pada hal-hal yang duka dan kematian. Sepertinya kita hanya mau memilih yang sukacita saja tetapi menolak yang dukacita. 




Banyak orang yang tidak mau susah, mati, maunya enjoy saja. Saya ingat pengalaman sakit mantan provinsial sebuah kongregasi yang tak berdaya dengan kesehatannya tapi ekspresi lahir wajah-Nya begitu senyum bahagia, tidak mengeluh, menerima. Lalu saya tanya, apa kuncinya? Beliau jawab begini, sakit, menderita, bahkan kematian adalah bagian dari panggilan saya, panggilan kita manusia. Saya terdiam lama mendengar dan merekam rapi di benak. Lantas saya lanjut dalam hati, memang  betul sekali bahwa beliau mengerti secara tepat tentang psikologi perkembangan ini bahwa setiap orang harus melewati tahap-tahap perkembangan manusia universal. Kita manusia harus melewati dan mengalaminya. Tahap psikologi perkembangan kita itu meliputi:   lahir, hidup, kerja, sakit, mati. Setiap orang mengalami dengan caranya masing-masing. Ada yang menerima setiap tahap hidupnya. Tetapi ada pula yang menolak setiap tahap hidupnya. Salah satunya tolak atau terima dukacita, derita, dan kematian. 



Yang menerima kematian pasti telah siap sejak awal karena derita dan kematian adalah bagian dari tahap hidup manusia dan tampak enjoy mengalami duka dan kematian sebagai satu Panggilan sempurna dari Tuhan sebagai suatu moment penting untuk penyembuhan total dan Sukacita abadi di Surga. 

Maka tepat Paulus menulis Suratnya kepada jemaat di Roma. "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Karena kita hidup bukan untuk kita sendiri dan mati bukan untuk diri kita sendiri, tetapi baik hidup dan mati adalah untuk Tuhan (Roma 14:8)."


Panggilan hidup. Panggilan mati Kita tetap milik Tuhan. Panggilan pada kematian adalah panggilan Paling Sempurna. Orang/kita harus bicara tentang dukacita, kesedihan dan kematian. Karena itu adalah panggilan kita. Baik hidup atau mati Kita adalah milik Tuhan.***

Panggilan Sempurna dari Tuhan : Penyembuhan Total dalam Kematian

  Renungan Harian 

Kamis 4 Februari 2021

Sumber Refleksi 

Ibr.12:18-19.21-24

Mrk. 6:7-13




*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Injil hari ini mengisahkan tentang panggilan para murid  mengingatkan kita akan panggilan kita masing-masing. Panggilan para murid dan panggilan kita adalah sebuah rahmat Tuhan. Kita berterimakasih atas rahmat panggilan kita. Kita juga patut merayakan panggilan kita ini dan panggilan para murid ini sebagai sebuah rahmat Tuhan. Seringkali dalam kelemahan dan keterbatasan Kita, Kita bertanya pada diri kapan panggilan kita menjadi Sempurna?  Mengapa setelah mengikuti panggilan Tuhan menjadi imam, bruder biarawan biarawati masih tetap ada kekurangan dan kelemahan di sana dan di sini? Mengapa setelah Tuhan memanggil Kita secara khusus, masih ada berbagai kesulitan dan tantangan serta hambatan yang terus datang dan dialami?  



Menghadapi berbagai pertanyaan itu pada akhirnya Kita akan  tiba pada satu kata di tengah-tengah perjuangan  Kita, pasrah pada panggilan Tuhan menuju panggilan yang Paling Sempurna yaitu "Panggilan menuju Yerusalem Surgawi"  Yerusalem Baru sebagai sebuah panggilan yang Sempurna. Kita semua akan mengalami panggilan ini. Tidak seorang pun dapat lari dari panggilan Tuhan menuju Surga.


 Kematian Konfraters Romo Alo Wayan SVD dan Romo Yusuf Halim SVD adalah sebuah jalan panggilan kesempurnaan di dalam Yerusalem Surgawi. Yerusalem abadi. Hari ini mereka memenuhi panggilan Surgawi. Kita pun akan mengalami pemenuhan panggilan Sempurna itu. 


Mari Kita merayakan panggilan kita dan kedua konfraters Kita di dalam Perayaan Ekaristi pada Hari ini. ***

Renungan Harian Kamis 4 Februari 2021


Sumber Refleksi 

Ibr.12:18-19.21-24

Mrk. 6:7-13




*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Sharing pengalaman dengan sesama, antara dua orang atau lebih  itu sangat penting. Sharing pengalaman sangat membantu membuka peluang untuk menolong dan ditolong berdasarkan rencana strategi dan tujuan bersama, untuk menuntun dan dituntun pada arah yang tepat dan benar, untuk mengingatkan dan diingatkan, untuk menegur dan ditegur, untuk mengkritisi dan dikritisi sesuai arahan awal, strategi awal, untuk tujuan awal Sang Guru.   Singkatnya, sharing pengalaman itu menyehatkan, menyelamatkan, menyembuhkan, mengurangi sakit penyakit, mengurangi kesulitan dan persoalan, mengurangi dan meminimalkan kesalahan, mengutamakan kebijaksanaan dalam situasi dan kondisi yang  tepat dan baik serta benar. Letak pentingnya sharing itu disadari Tuhan Yesus Sang Guru 12 murid. 


Yesus memanggil keduabelas murid dan membagi mereka berdua-dua  lalu memberi kuasa atas roh-roh jahat. Artinya kuasa yang Tuhan beri kepada 12 murid yang dibagi dalam 6 Kelompok, dan setiap kelompok 2 orang, diberi kuasa Roh Kebaikan yang berasal dari Allah untuk mengantar semua orang yang mereka akan layani  kepada Tuhan Yesus. Enam Kelompok itu diutus ke tempat yang ditentukan oleh Sang Guru, Tuhan Yesus.  Yesus sesungguhnya memiliki rencana yang matang, strategi yang baik dengan kerja team yang solid, dan tujuan yang tegas dan jelas yaitu Roh Kebaikan adalah penuntun utama dalam situasi dan kondisi apapun. Artinya semua itu berjalan di dalam Group Proses yang baik. Pertama dan utama group proses itu untuk menyembuhkan dan menyelamatkan komunitas intern, ad intra yang menjadi dasar yang kuat dalam menjalankan tugas perutusan ke luar, ad extra, untuk menyembuhkan, menyelamatkan semua orang lintas batas.


Group proses kita perlu di dalam komunitas karya dan komunitas pembentukan. Group proses Yesus dan para murid adalah model group proses dalam keluarga kita sebagai Gereja pertama dan utama. Lewat group proses bermodelkan group proses dalam Injil hari ini, kita tegas untuk hidup dalam kuasa Roh Kebaikan yang menyelamatkan, menyehatkan, menyembuhkan Kita. ***