Rabu, 31 Maret 2021

Bukan Menjadi Musuh di dalam Selimut

  *P. Benediktus Bere Mali, SVD* 


Renungan Hari Rabu dalam Pekan Suci

31 Maret 2021

Yes 50:4-9a

Mzm.69:8-10.21bcd-22.31.33-34,R:14bc

Mat 26:14-25



Mengkambinghitamkan yang lain untuk membenarkan diri adalah sebuah cara menutupi kekurangan, keterbatasan, kesalahan, kedosaan diri di hadapan yang lain. Orang lain atau yang lain disalahkan untuk senantiasa membenarkan diri sering kita alami di dalam kehidupan kita bersama dengan orang lain, baik di dalam keluarga, komunitas, maupun di dalam masyarakat tempat kita hidup. Sangat kasihan bahwa Iblis selalu dituduh atau dikambinghitamkan sebagai pribadi yang sedang merasuki Yudas Iskariot sehingga dia menggunakan kaki kebenasannya berjalan menuju musuh-musuh Yesus untuk menyerahkan Yesus kepada para musuh-Nya dengan seharga 30 keping perak adalah seharga jual beli seorang hamba dalam masyarakat Yahudi pada zaman itu. Kasihan Iblis-lah dikambinghitamkan, yang dituduh menjadi sumber pengkhianatan dari Yudas Iskariot terhadap Yesus Sang Gurunya sendiri. 


Freud seorang Psikolog ternama berkata bahwa Kejahatan/Iblis-jahat dan kebaikan/malaekat-baik adalah dua makhluk atau dua sisi yang yang ada di dalam jiwa(psike) setiap manusia. Dua sisi itu seperti dua sisi mata uang perak yang ada di dalam psike manusia. Dua sisi itu seperti pisau bermata dua di dalam jiwa (psike) manusia. Misalnya mengapa seorang yang beragama yang senantiasa menggunakan jubah putih putih sebagai Simbol Kebaikan/malaekat itu perilakunya tidak berperikemanusiaan kepada sesamanya yang tidak sealiran denganya sehingga kebahagiaan orang lain mengalami kekurangan? Atau mengapa seorang kafir: orang Samaria di mata Agama Yahudi, justru memiliki pikiran positif, perasaan empati pada orang yang terluka oleh para perampok/penyamun, yang sedang tergeletak di tepi jalan itu, melihatnya lalu merawat dan melayaninya secara tuntas sampai ia sembuh, sedangkan orang yang beragama Yahudi: imam, lewi, yang lewat di jalan itu, melihat orang yang tak berdaya itu, tetapi tidak melakukan apa-apa terhadapnya? Dua contoh Pertanyaan di atas yang dapat kita menjawabnya secara  pribadi, mempertegas kembali bahwa jiwa manusia memuat Iblis buruk-malaiakat baik sekaligus. Signal baik dan signal buruk sedang bertumbuh dan berkembang subur di dalam jiwa (psike) setiap pribadi manusia. 


Yudas Iskariot sedang lebih mengaktifkan signal kuat bersumber dari jiwa Iblis di dalam dirinya, yang menggerakan kaki kebebasannya berjalan menuju jalan kegelapan yaitu menjual Yesus seharga 30 keping perak kepada kepada para musuh Yesus. Kerja signal kuat Iblis buruk Yudas Iskariot itu sungguh sangat berhasil bahwa Yesus diserahkan kepada musuh-Nya atas mediasi Yudas Iskariot, pengkhianat, musuh dalam "selimut" komunitas 12 murid. Betapa jahatnya Yudas Iskariot yang lebih mengaktifkan signal jiwa Iblis buruk di dalam dirinya. Sebaliknya di dalam bacaan pertama, Yesus tidak seperti Yudas Iskariot yang menggunakan kakinya berjalan pergi kepada musuh-musuh Yesus dan menjual Yesus. Yesaya menggunakan lidah-nya untuk menyampaikan kata-bahasa yang menyelamatkan sesama di sekitar. Yesaya menggunakan telinganya mendengarkan Sabda Allah dan melakukan apa yang didengarnya sesuai kehendak Allah yang setia menyelamatkan semua orang. Yesaya menggunakan inderanya melaksanakan kehendak Allah yang ada di dalam jiwa(psike)nya tetapi mematikan signal buruk yang juga lengket di dalam jiwa(psike)nya juga.


Kita adalah manusia seperti Yudas Iskariot dan Yesaya yang juga memiliki sisi terang dan gelap di dalam jiwa(psike) kita dalam pandangan Psikolog Freud. Kita terinspirasi Yesaya yang lebih mengaktifkan signal jiwa (psike) kebaikan dengan menggunakan telinga untuk setia mendengarkan Sabda Allah dan mengatakan tentang Sabda Allah yang menyelamatkan dan menyejukan hati, rasa, dan budi sesama atau dengan kata lain kata dan  aksi Yesaya untuk selalu menyelamatkan sesama dan dunia. Bukan kata dan aksi kita seperti Yudas Iskariot yang menjadi musuh di dalam selimut dalam keluarga besar para murid Yesus atau menjadi pengkhianat di dalam komunitas 12 murid karena Yudas Iskariot sangat dominan mengaktifkan signal kuat buruk di dalam jiwa(psike)nya dalam perspektif Psikolog Freud. 


Kebebasan adalah satu bagian penting di dalam diri kita. Kita menggunakan kaki kebebasan kita untuk berjalan menuju Terang Sejati dalam Kristus Yesus seperti kaki Yesaya di dalam bacaan pertama dan bukan menggunakan kaki kebebasan kita menuju kegelapan seperti Yudas Iskariot di dalam bacaan Injil hari ini. Ingatlah bahwa psikemu- psikeku-psikekita mengandung signal baik dan buruk sekaligus. Kebebasanmu-kebebasanku-kebebasankita dapat memilih yang baik untuk keselamatan bersama.***

Selasa, 30 Maret 2021

"Mengapa Pemimpin dan Ekonom kelompok 12 para murid Yesus itu sedang mengalami Krisis panggilan?"

   *P.Benediktus Bere Mali, SVD*



Renungan Misa Harian

Selasa dalam Pekan Suci

30 Maret 2021

Yes 49:1-6

Yoh 13:21-33.36-38



"Mengapa Pemimpin dan Ekonom kelompok 12 para murid Yesus itu sedang  mengalami Krisis panggilan?"




Krisis adalah satu bagian dari perkembangan hidup manusia baik secara fisik-biologis, sosial, psikologis, dan spiritual. 12 Murid Yesus adalah orang-orang yang sudah dewasa secara fisik bahkan ada yang sudah mapan dalam pekerjaan lalu meninggalkan pekerjaan mapannya itu kemudian menjadi murid Yesus dan hidup bersama Yesus selama 3 tahun lamanya. Tetapi mereka sebagai manusia mengalami Krisis dalam panggilan mereka sebagai murid Yesus. Yesus sebagai guru mereka lebih mudah dari para murid-Nya. Hanya dalam 3 Tahun mereka hidup bersama Yesus. Formasi mereka sangat singkat kalau dibandingkan dengan situasi formasi kita sekarang. 


Krisis Petrus dan Yudas Iskariot sangat jelas di saat-saat akhir hidup bersama Yesus. Petrus sebagai pemimpin mengalami krisis dan itu akan tampil di dalam penyangkalannya terhadap Yesus. Sekalipun demikian kemudian Petrus bertobat. Kemudian Petrus menjadi pemimpin atau Paus Pertama dalam hirarki Gereja Katolik. Kepemimpinan Petrus diteruskan sampai hari ini dalam diri para Paus penggantinya. 


Sedangkan Yudas Iskariot lebih parah lagi bahwa Yudas mengkhianati Sang Guru dengan menjual Yesus kepada para musuh-Nya seharga jual seorang hamba pada saat itu, sebesar 30 keping perak. Uang itu untuk dirinya sendiri. 


Yudas Iskariot selama hidupnya dalam kelompok 12 murid,  bermain dua kaki yaitu melayani kebutuhan kelompok 12 murid dan sekaligus pada saat yang bersamaan mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri. Contoh Yudas mencuri uang dari komunitas kelompok 12 murid untuk dirinya sendiri. Hal ini terungkap saat Maria Magdalena meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang Mahal harganya. Yudas menegur Yesus bahwa tidak penting meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu  yang sangat mahal harganya 300 dinar itu dari persembahan Maria Magdalena kepada Yesus. Lebih Baik uang itu untuk  menolong orang-orang miskin yang lebih membutuhkan. Yudas terlalu masuk pada urusan pribadi Maria Magdalena yang memberikan yang terbaik kepada Yesus.


Tetapi motivasi Yudas bukan itu, ia katakan itu agar  ia  dapat mencuri uang itu untuk dirinya sendiri. Ia menggunakan alasan yang tampak sangat masuk akal di mata publik tetapi setelah menerima uang, karena ia bendahara, uang itu digunakan untuk kepentingan dirinya sendiri.



Di sini kita melihat, Petrus sekalipun mengalami jatuh bangun sebagai murid Yesus,  tetapi toh ia menjadi pelayan Yesus dan umatNya  yang sampai tuntas. Sedangkan Yudas menjadi murid yang melayani  secara tuntas hanya untuk dirinya sendiri dengan sikap oportunis dalam kelompok 12. Hal itu berpuncak pada penjualan Yesus sang Gurunya seharga 30 keping perak seharga seorang hamba pada saat itu. Buahnya Yudas mati bunuh diri. Harta kekayaan duniawi dengan menjual Yesus yang dimilikinya tidak memberi kebahagiaannya, tetapi justru  sebaliknya bahwa ia menjadi orang yang mengalami stress tingkat tinggi dan akhirnya ia mati dengan cara membunuh dirinya sendiri. 


Kita belajar dari Petrus dan Yudas Iskariot. Dua tokoh ini sangat inspiratif dalam melihat realitas pemimpin dan ekonom dalam kenyataan hidup kita baik dalam lingkup kecil maupun makro. Seringkali masalah ada dalam komunitas karena spirit dua tokoh ini secara negatif masih hidup dalam. Komunitas makro maupun mikro. Atau sebaliknya secara positif spirit dua tokoh ini masih berjalan menggunakan kaki mereka di jalan yang benar sesuai arahan Yesus sang Guru sejati pada zaman kita dewasa ini.***

Senin, 29 Maret 2021

Mengapa Maria Magdalena membasuh/meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang Mahal harganya lalu melapnya dengan rambutnya yang adalah mahkota seorang wanita dalam bangsa Yahudi?

   *P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Harian

Senin, dalam Pekan Suci, 29 Maret 2021

Yes.42:1-7

Mzm.27:1.2.3.13-14

Yoh.12:1-11


Mengapa Maria Magdalena membasuh/meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang Mahal harganya lalu melapnya dengan rambutnya yang adalah mahkota seorang wanita dalam bangsa Yahudi? 


Kaki Yesus beda dengan kaki Yudas. Yudas menggunakan kakinya untuk kejar materi, uang untuk dirinya sendiri. Contoh dia menggunakan kakinya pergi ke sana kemari untuk mencuri uang seperti dikatakan dalam Injil hari ini tanpa niat baiknya untuk kembali berjalan di jalan yang benar sesuai kehendak Yesus Sang Gurunya. 

Bahkan sampai akhir hidup Yesus, justru Yudas menggunakan kakinya pergi bersekongkol dengan para musuh Yesus dan menyerahkan Yesus kepada para musuh dengan harga hanya 30 keping perak seharga jual beli  seorang hamba pada masa itu. 

Uang itu untuk dirinya sendiri. Yudas benar-benar egois menjual Yesus untuk memperkaya dirinya sendiri. Sebaliknya kaki Maria yang dulunya pendosa dan mendapat harta kekayaan dengan kerjaannya sebagai pelacur, kemudian Yesus mendampinginya secara baik sehingga ia menggunakan kakinya  bukan lagi pergi menjauh dari Yesus dan bukan lagi menjadi pelacur melainkan menjadi orang yang kembali bertobat, menggunakan kakinya berjalan kepada Yesus, meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu  yang sangat mahal harganya itu lalu melapnya dengan rambutnya yang adalah tanda mahkota terhormat bagi seorang wanita dalam masyarakat bangsa Yahudi. 

Mengapa kaki Yesus? Karena Yesus menggunakan indera kakinya untuk  berjalan sambil berbuat baik lewat teladan hidup, pewartaan, dan tanda dan mukjizat. Artinya Yesus menggunakan kaki-Nya untuk melakukan hal yang baik, untuk menyelamatkan, untuk membawa kebenaran, kebaikan dan keadilan bagi semua orang lintas batas. Yesus menggunakan kaki untuk berjalan membangkitkan Lazarus. Yesus menggunakan kaki untuk melaksanakan kehendak YAHWEH dengan menjadi seorang hamba YAHWEH yang setia sampai mati seperti dalam Bacaan Pertama hari ini. 


Pengalaman Maria Magdalena akan kaki Yesus berjalan mendatanginya dan menyelamatkannya inilah membangkitkan Maria Magdalena sangat rendah hati di hadapan Yesus dengan meminyaki kaki Yesus sebagai penyelamat atas dirinya dan semua orang, dengan minyak Narwastu yang Mahal harganya dan melap kaki Yesus dengan Rambutnya yang adalah mahkota seorang Yahudi dalam masyarakat Yahudi. Tindakan Maria Magdalena ini menunjukan bahwa Maria Magdalena merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah dan manusia. Maria Magdalena sangat dekat dengan Yesus dan cinta pada Yesus diungkapkannya dengan memberi yang terbaik kepada Yesus sumber kebaikan sejati dan diwujudkan dengan menggunakan kaki berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam membagi kebaikan kepada sesama yang dijumpai-Nya. 


Maria pasti melalui pengalaman meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu dan membersihkan dengan rambutnya ini mau mengatakan bahwa rambu kepala Simbol mahkota kepala/otak ini dapat digunakan untuk segala sesuatu yang Yesus ajarkan bagi keselamatan semua orang. Pengalaman ini bagi Maria Magdalena sangat spesial, karena kaki Yesus lah yang dapat menyelamatkan dirinya, mempertobatkan dirinya. Maria berterima Kasih kepada Yesus dengan memberikan yang terbaik kepada Yesus.


Pesan bagi kita adalah kaki kita semestinya seperti kaki Yesus yang yang berjalan sambil berbuat baik dalam setiap detik untuk semua orang bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri saja. Itulah jejak kaki digital daring dan luring. ****

Minggu, 28 Maret 2021

Yesus Komitmen Menyempurnakan Identitas Agama Bangsa Yahudi

     *P.Benediktus Bere Mali,SVD*


Renungan Misa Hari Minggu Palma, 28 Maret 2021. Tahun B. 


Yes 50:4-7

Mzm. 22:8-9.17-18a.19-20.23-24; Ul"2a

Flp. 2:6-11.

Mrk. 15:1-39


Politik identitas adalah cara paling mudah untuk meraih kuasa dalam dunia perpolitikan. Kelompok mayoritas Suku, bahasa, agama, asal, adalah lahan empuk bagi seorang calon legislatif dan eksekutif untuk  dapat memakai politik identitas dalam kompetisi politik untuk dapat dengan mudah meraih kuasa dan harta bagi dirinya dan bagi pendukungnya berbasis politik identitas. Dalam kompetisi semacam ini hasil akhirnya adalah soal kalah dan memang dan sudah pasti bahwa yang menang adalah calon dari kelompok mayoritas sedangkan kualitas kelompok minoritas sudah pasti mengalami kekalahan. Politik identitas kelompok mayoritas dimainkan oleh team sukses calon eksekutif maupun legislatif semakin mengokohkan kelompok mayoritas dan pada saat yang sama, team sukses membuat kelompok minoritas tidak berdaya dalam bersaing di dunia perpolitikan untuk sebuah kekuasaan dan harta yang bersifat sangat temporal, tidak eternal.


Bangsa Yahudi dan Agama Yahudi sedang berada dalam penjajahan bangsa Roma. Orang Yahudi memiliki identitas utama yaitu Bait Allah Yerusalem adalah tempat doa kepada Yahweh sebagai Allah Esa bagi mereka. Penjajah Roma mengakui dua identitas ini tetapi pada saat yang sama penjajah Roma itu tetap mengontrol semua aktifitas di dalam lingkungan Bait Allah.


Yesus sebagai seorang bangsa Yahudi datang bukan untuk menghapus atau melawan identitas agama bangsa leluhur-Nya. Tetapi Yesus datang dan berkarya serta melakukan Mukjizat untuk menyempurnakan identitas bangsa Yahudi secara nyata. 

Bagi Yesus Bait Allah Yerusalem menjadi tempat doa bagi bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain karena bagi Yesus Yahweh adalah Allah semua bangsa bukan hanya Allah orang Yahudi. 

Tetapi orang Yahudi berprinsip YAHWEH adalah hanya Allah mereka bukan Allah orang lain. Bagi Yesus YAHWEH itu telah menjadi manusia dalam diri-Nya sendiri, dan Yesus adalah Allah, tetapi bagi orang Yahudi Yesus menghujat Allah.  

Yesus adalah Bait Allah yang hidup dan Yesus adalah YAHWEH yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Bagi Yesus, inilah yang dimaksudkan dengan Yesus ada dan hadir di antara orang Yahudi untuk menyempurnakan identitas bangsa Yahudi yang berpusat pada Bait Allah sebagai pusat sembah YAHWEH, monoteisme iman bangsa Yahudi, kepercayaan serta pengalaman akan YAHWEH dalam hidup bangsa Yahudi.

 Tetapi orang Yahudi yang anti-Yesus, menggunakan politik identitasnya yang berpusat pada monoteisme, menuduh Yesus sebagai penghujat Allah dan karena alasan itulah Yesus mengalami kisah sengsara, disalibkan, dimakamkan seperti di dalam Injil Markus hari ini. 

Yesus komitmen bahwa Ia datang untuk menyempurnakan identitas bangsa Yahudi yaitu bangsa-Nya sendiri. Dan hal ini bukan dari diri-Nya sendiri tetapi atas kehendak YAHWEH yaitu Allah Bapa-Nya sendiri. Yesus berani menampilkan diri dalam menyempurnakan identitas bangsa Yahudi. Yesus tampil siap menerima semua halangan tantangan hambatan dan gangguan bahkan penderitaan di Salib dan kematian dalam tangan bangsa-Nya sendiri untuk   menyempurnakan identitas bangsa-Nya sendiri. Yesus tampil sebagai seorang Hamba yang tidak mengeluh sedikitpun dalam mengalami siksaan di tangan bangsa-Nya sendiri untuk menyempurnakan identitas bangsa Yahudi. 


Bacaan Pertama secara jelas mengokohkan bahwa sang hamba yang menderita itu tidak menyembunyikan muka ketika dinodai, karena hamba itu tahu bahwa hamba tidak akan mendapat malu. Hamba itu meneguhkan hatinya seperti teguhnya gunung batu karena hamba itu tahu bahwa hamba itu tidak akan mendapat malu. Karena Tuhan menyertai hamba itu. 


Bacaan Kedua, menampilkan spiritualitas hamba dalam diri Yesus dalam menyempurnakan identitas bangsa Yahudi.  Yesus mengosongkan diri-Nya, merendahkan diri secara tuntas dan taat kepada Allah sampai mati, bahkan sampai mati di kayu Salib. 


Yesus menyempurnakan identitas bangsa-Nya sendiri tetapi bangsa-Nya sendiri merasa mapan dengan identitas orde lama yang telah ternoda oleh korupsi, kolusi serta nepotisme. 

Bait Allah digunakan sebagai tempat perdagangan untuk mencari keuntungan bagi dirinya dengan mengorbankan umatnya sendiri. Misalnya Yesus marah dan membalikan meja perdagangan di sekitar Bait Allah menjelang paskah Yahudi  karena pertentangan nilai   kejujuran dan ketulusan yang diperjuangkan Yesus dalam penjualan binatang kurban paskah dan tukar mata uang asing di Bait Allah telah diwarnai oleh manipulasi jabatan imam Yahudi dalam kerja sama dengan kontrol penjajahan Roma untuk mencari keuntungan bagi diri dan mengorbankan Umat sederhana. 

Orang orang Yahudi memperalat Agamanya untuk mencari keuntungan diri semata. Yesus memperjuangkan bahwa Bait Allah yang sesungguhnya untuk doa semua bangsa yang datang ke Bait Allah pada Hari Raya paskah Yahudi untuk sebuah perayaan ingatan dan kenangan akan kemerdekaan dari penjajahan Mesir. 

Ingatan beda dengan kenangan. Ingatan lebih pada persolan kemanusiaan yang terdapat dalam peristiwa pembebasan dari penjajahan Mesir. Sedangkan kenangan lebih pada kemerdekaan itu yang lebih pada adanya karya Roh Kudus dan semangat dan kekuatan dari dalam diri untuk mengalami kemerdekaan itu. 

Kenangan lebih pada keterlibatan Allah sebagai penyelamat dan ditanggapi secara psikologis bahwa setiap orang yang mau bebas dari penjajahan senantiasa  berjuang tanpa lelah melewati proses menuju kemerdekaan seutuhnya  sebagai orang beriman dan dengan perjuangan manusiawi secara total. 


Perayaan Minggu Palma adalah ingatan akan persoalan kemanusiaan yang diperjuangkan Yesus  yaitu Yesus menyempurnakan identitas bangsa Yahudi dalam usianya 33 Tahun. Tetapi para senior dan sesepuh bangsa Yahudi tidak menerima bahkan menyalibkan-Nya sampai mati.

Perayaan Minggu Palma ini adalah Kenangan akan Yesus yang adalah YAHWEH yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita, bekerja untuk keselamatan begitu banyak orang, bukan untuk kepentingan diri sendiri saja. Yesus bekerja sampai mati di Salib. 

Perayaan Hari Minggu Palem adalah perayaan Kenangan akan misteri Allah yang telah menjadi manusia dalam diri Yesus adalah Allah yang hidup di antara kita, komitmen pada tugas perutusan-Nya sampai mati di Salib. ***


Sabtu, 27 Maret 2021

Mengapa imam besar Kayafas mengatakan bahwa Yesus mati dapat menyatukan semua anak-anak Allah yang tercerai-berai?

  *P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Harian Sabtu 27 Maret 2021

Yeh 37:21-28

Yoh 11:45-56

Mengapa imam besar Kayafas mengatakan bahwa Yesus mati dapat menyatukan semua anak-anak Allah yang tercerai-berai?

Kematian dapat melahirkan duka yang mendalam bagi anggota keluarganyab dan sahabat kenalannya. Kematian dalam budaya tertentu dapat mengakhiri semua persoalan dan penderitaan bagi orang yang meninggal.  Juga dalam budaya tertentu  Kematian  itu merupakan momen penting untuk mempertemukan semua keluarga dan sahabat kenalan. Kematian juga dapat mendamaikan anggota keluarga yang konflik. Dalam budaya tertentu, konflik keluarga dapat didamaikan kembali pasa saat satu anggota keluarga meninggal.  Artinya kematian dapat mematikan konflik anggota keluarga lalu menghidupkan kembali perdamaian dan persatuan anggota keluarga yang masih hidup.


Yesus mati untuk menyatukan Anak-Anak Allah yang tercerai-berai. Yesus adalah pemenuhan nubuat Yehezkiel, bahwa Allah akan menyatukan bangsa Israel dari segala ujung bumi.  Tuhan Allah akan menjaga kita seperti gembala menjaga kawanan dombanya.  

Yesus adalah Allah yang telah menjadi nyata dan hidup di antara kita dalam Sabda dan Ekaristi Kudus. Yesus menyatukan kita dalam kebenaran menurut kehendak Allah Bapa dan Roh Kudus. Menyatukan semua orang dalam kebenaran Allah dapat menyelamatkan tetapi dapat melukai orang yang tidak jujur di hadapan Allah dan sesama serta terhadap nuraninya sendiri.  


Seperti orang-orang Yahudi yang sulit menerima kebenaran Allah dalam diri Tuhan Yesus karena lebih takut terhadap kuasa duniawi daripada Kuasa Allah yang menjadi nyata di dalam diri Tuhan Yesus. Mereka membenarkan Kuasa Duniawi dan demi kuasa duniawi, Tuhan Yesus dianggap sebagai penghujat Allah. 


Dalam kehidupan kita seringkali kita alami pengalaman Yeremia dan Yesus. Kebenaran Allah yang menyelamatkan yang kita sampaikan dalam hidup bersama sering ditolak oleh pimpinan atau senior karena mereka merasa bahwa mereka yang hidup lebih dahulu itu lebih benar daripada kita yang masih yunior. Yesus berkarya mulai usia 30 Tahun sampai 33 Tahun. Kebenaran yang dibawah-Nya dilihat sebelah mata oleh senior bangsa Yahudi.  ***





 Liturgia Verbi (B-I)

Hari Biasa Pekan Prapaskah V

Sabtu, 27 Maret 2021



Bacaan Pertama
Yeh 37:21-28

"Aku akan menjadikan mereka satu bangsa."

Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:

Beginilah firman Tuhan Allah,
"Sungguh, Aku menjemput orang Israel
dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi;
Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru
dan akan membawa mereka ke tanah mereka.

Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka,
di atas gunung-gunung Israel,
dan satu orang raja memerintah mereka seluruhnya;
mereka tidak lagi menjadi dua bangsa,
dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan.

Mereka tidak lagi menajiskan dirinya dengan berhala-berhala,
atau dewa-dewa mereka yang menjijikkan,
atau dengan semua pelanggaran mereka.
Tetapi Aku akan melepaskan mereka,
dari segala penyelewengan mereka,
dengan mana mereka berbuat dosa.
Aku akan mentahirkan mereka,
sehingga mereka akan menjadi umat-Ku
dan Aku akan menjadi Allahnya.

Maka hamba-Ku Daud akan menjadi rajanya,
dan mereka semuanya akan mempunyai satu gembala.
Mereka akan hidup menurut peraturan-peraturan-Ku
dan melakukan ketetapan-ketetapan-Ku dengan setia.
Mereka akan tinggal
di tanah yang Kuberikan kepada hamba-Ku Yakub,
di mana nenek moyang mereka tinggal;
Sungguh, mereka, anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka
akan tinggal di sana untuk selama-lamanya,
dan hamba-Ku Daud menjadi raja mereka untuk selama-lamanya.

Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka,
dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka.
Aku akan memberkati mereka dan melipat gandakan mereka,
dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka
untuk selama-lamanya.
Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka;
Aku akan menjadi Allah mereka
dan mereka akan menjadi umat-Ku.
Maka bangsa-bangsa akan mengetahui,
bahwa Aku, Tuhan, menguduskan Israel,
pada waktu tempat kudus-Ku berada di tengah-tengah mereka
untuk selama-lamanya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yer 31:10.11-12ab.13,R:10d

Refren: Tuhan Allah menjaga kita
seperti gembala menjaga kawanan dombanya.

*Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa,
beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh,
katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel
akan mengumpulkannya kembali,
dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!

*Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub,
telah menebusnya
dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion,
muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan Tuhan.

*Pada waktu itu
anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai,
orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira.
Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan,
akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.



Bait Pengantar Injil
Yeh 18:31

Buanglah dari padamu
segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku
dan perbaharuilah hati serta rohmu.



Bacaan Injil
Yoh 11:45-56

"Yesus akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan
anak-anak Allah yang tercerai berai."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria,
dan yang menyaksikan sendiri
apa yang telah dibuat Yesus terhadap Lazarus
percaya kepada-Nya.
Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi,
dan menceriterakan kepada mereka,
apa yang telah dibuat Yesus itu.

Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi
memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul.
Mereka berkata, "Apakah yang harus kita buat?
Sebab orang itu membuat banyak mujizat.
Apabila kita biarkan Dia,
maka semua orang akan percaya kepada-Nya,
lalu orang-orang Roma akan datang,
dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."

Tetapi seorang di antara mereka,
yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu,
berkata kepada mereka, "Kamu tidak tahu apa-apa!
Kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu,
jika satu orang mati untuk bangsa kita
dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."

Hal itu dikatakan Kayafas bukan dari dirinya sendiri.
Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat
bahwa Yesus akan mati untuk seluruh bangsa;
bukan untuk bangsa itu saja,
tetapi juga untuk mengumpulkan dan
mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.

Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum
di antara orang-orang Yahudi.
Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun,
ke sebuah kota yang bernama Efraim.
Di situ Ia tinggal bersama murid-murid-Nya.

Waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat,
dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem
untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu.
Mereka mencari Yesus, dan sambil berdiri di dalam Bait Allah,
mereka berkata seorang kepada yang lain,
"Bagaimana pendapatmu?
Akan datang jugakah Ia ke pesta?"

Demikianlah sabda Tuhan.

Jumat, 26 Maret 2021

Lebih Baik Menghindari Penjahat daripada Berhadapan yang dapat mematikan

    *P.Benediktus Bere Mali,SVD*


Renungan Misa Harian

Jumat, 26 Maret 2021

Yer 20:10-13

Yoh 10:31-42


Mengapa Yesus Menghindari  orang Yahudi yang hendak membunuh-Nya saat Dia menyebut diri Anak Allah dan menyamakan diri sebagai Allah dan menghujat Allah, bukan ke tempat lain tetapi harus ke Sungai Yordan? 


Yesus memulai karya-Nya di bumi ini dibuka dengan pembaptisan-Nya di Sungai Yordan. Kalimat utama pada saat pembaptisan adalah "Inilah Anak-Ku yang terkasih kepada-Nya lah Aku berkenan." Yesus adalah Anak Allah. Karya-Nya adalah Karya Allah. Yesus berkata, "Aku dan Bapa adalah Satu. Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku."  

Tetapi orang Yahudi menuduh Yesus sebagai penghujat Allah. Pandangan monoteisme Orang Yahudi pada YAHWEH membuat mereka marah pada Yesus yang menyebut diri sebagai Allah. 


Yesus Menghindari orang Yahudi pergi ke Sungai Yordan tempat awal karya pelayanan-Nya di depan publik. Di Sungai Yordan inilah para Nabi mewartakan Pertobatan untuk percaya kepada Yesus Putera Allah. Yesus Menghindari orang Yahudi yang hendak membunuh-Nya ke Sungai Yordan dengan tujuan mulia yaitu melihat kembali karya-Nya untuk kebenaran yang memerdekakan dunia. 

Sungai Yordan adalah tempat pembaptisan-Nya dan di tempat inilah banyak orang yang percaya kepada-Nya seperti di dalam Injil hari ini. Yesus memurnikan dan mengokohkan kembali misi-Nya dan siap mewartakan kebenaran bahwa Diri-Nya adalah Sabda Allah yang hidup di antara manusia termasuk orang-orang Yahudi yang menolak dan bahkan hendak membunuh-Nya. 

Sabda itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Tetapi orang-orang Yahudi yang memiliki-Nya tidak menerima-Nya. Dia adalah terang yang sesungguhnya tetapi orang Yahudi dikuasai oleh kegelapan sehingga mereka menolak-Nya. 


Meskipun Yesus ditolak, persatuan-Nya yang kokoh dengan Bapa-Nya menjadi kekuatan sempurna dalam mengalami penolakan dan diancam untuk dibunuh oleh orang-orang Yahudi. 


Dalam bacaan pertama, Yeremia pun mengalami penolakan dan ancaman untuk dibunuh, sekalipun Yeremia mewartakan kebenaran Allah. Tetapi kekuatan satu-satunya Yeremia adalah Tuhan sendiri. Yeremia  berseru kepada Tuhan dan Tuhan membentenginya dan bahkan Tuhan mengutuk orang orang yang melakukan kejahatan terhadap dirinya.  Maka tepat sekali Mazmur tanggapan Hari ini, "orang yang berada di dalam kesesakan, berseru kepada Tuhan, pasti Tuhan mendengarkan suaranya." Orang benar di hadapan Tuhan pasti Tuhan memberikan solusi atas semua soal dan halangan yang diciptakan oleh tangan manusia. 


Kita menyambut Yesus dalam Ekaristi Kudus setiap hari. Yesus yang kita sambut itu adalah Allah sendiri, mengolah semua penolakan dan penghinaan secara tenang dan sangat dewasa. Kebenaran yang diwartakan-Nya ditolak oleh orang Yahudi yang adalah bangsa-Nya sendiri. Tetapi Yesus menerima penolakan itu dengan tenang. Yesus tidak frontal melawan orang Yahudi tetapi Yesus Menghindari mereka dan secara tenang mengolah penolakan itu secara baik di tempat yang tepat yaitu Sungai Yordan, tempat  awal tugas perutusan-Nya di depan publik. ***


†****************†********†*********†***†




Liturgia Verbi (B-I)

Hari Biasa Pekan Prapaskah V


Jumat, 26 Maret 2021


Bacaan Pertama

Yer 20:10-13


"Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah."


Pembacaan dari Kitab Yeremia:


Aku telah mendengar bisikan banyak orang,

"Kegentaran datang dari segala jurusan!

Adukanlah dia! Mari kita mengadukan dia!"

Semua sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh.

Kata mereka, "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk,

sehingga kita dapat mengalahkan dia

dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"


Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah,

sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh,

dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.

Mereka akan menjadi malu sekali,

sebab mereka tidak berhasil;

suatu noda yang selama-lamanya tidak akan terlupakan!

Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar,

yang melihat batin dan hati,

biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka,

sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.


Menyanyilah untuk Tuhan, pujilah Dia!

Sebab Ia telah melepaskan nyawa orang miskin

dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.


Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan

Mzm 18:2-3a.3bc-4.5-6.7,R:7


Refren: Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan,

dan Ia mendengar suaraku.


*Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku!

Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku.


*Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung,

perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!

Terpujilah Tuhan, seruku;

maka aku pun selamat daripada musuhku.


*Tali-tali maut telah meliliti aku,

dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku,

tali-tali dunia orang mati telah membelit aku,

perangkap-perangkap maut terpasang di depanku.


*Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan,

kepada Allahku aku berteriak minta tolong.

Ia mendengar suaraku dari bait-Nya,

teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.


Bait Pengantar Injil

Yoh 6:64b.69b


Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan.

Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.


Bacaan Injil

Yoh 10:31-42


"Orang-orang Yahudi mencoba menangkap Yesus,

tetapi Ia luput dari tangan mereka."


Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yonahes:


Sekali peristiwa

orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu.

Tetapi kata Yesus kepada mereka,

"Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku

Kuperlihatkan kepadamu;

manakah di antaranya

yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu?

Jawab orang-orang Yahudi itu,

"Bukan karena suatu pekerjaan baik

maka kami mau melempari Engkau,

melainkan karena Engkau menghujat Allah,

dan karena Engkau menyamakan diri-Mu dengan Allah,

meskipun Engkau hanya seorang manusia."


Kata Yesus kepada mereka,

"Tidakkah ada tertulis dalam kitab Tauratmu

'Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?'

Padahal Kitab Suci tidak dapat dibatalkan!

Maka, Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan,

disebut allah,

masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa

dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia

'Engkau menghujat Allah!'

Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?

Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku,

janganlah kamu percaya kepada-Ku.

Tetapi jikalau Aku melakukannya

dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku,

percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu,

supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti,

bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."

Sekali lagi mereka mencoba menangkap Yesus,

tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan,

ke tempat Yohanes dulu membaptis orang,

lalu Ia tinggal di situ.


Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata,

"Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun,

tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."

Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.


Demikianlah sabda Tuhan.

Kamis, 25 Maret 2021

Tuhan membutuhkan Tubuhmu untuk melayani Secara tuntas

   *P.Benediktus Bere Mali, SVD* 


Renungan Misa 

Hari Raya Kabar Sukacita

Kamis, 25 Maret 2021


Yes. 7:10-14; 8:10

Ibr. 10:4-10

Luk.1:26-38


Pada suatu waktu saya mengikuti retret Anak Muda karismatik seluruh Indonesia. Di antara begitu banyak acara, hanya ada satu acara yang paling berkesan sangat mendalam. Pencurahan Roh Kudus kepada peserta retret dengan bahasa Roh dan orang yang jatuh saat didoakan dalam bahasa Roh sebagai tanda orang tersebut telah menerima Roh Kudus. 

Menariknya kelompok kami, tak satupun yang mengalami resting ketika team retret berbahasa Roh mendoakan dan mencurahkan Roh Kudus atas diri kami. Usai acara ini lalu memasuki sharing tentang pengalaman saat didoakan dengan menggunakan bahasa Roh. 

Setiap anggota tanya tentang: mengapa ada yang resting tetapi ada yang tidak bisa resting dan kelompok kami adalah yang tidak bisa resting. Satu orang anggota secara khusus berkata mengapa tidak bisa resting?  

Secara spontan disampaikan jawaban oleh team bahwa kita tidak dapat memaksa Roh Kudus untuk ikut kemauan kita untuk bisa resting. Justru hanya kita yang dapat merendahkan diri di hadapan Tuhan dapat berkata bersama Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; tejadilah pada-ku menurut perkataan-Mu itu." 

Hari ini 25 Maret adalah Hari Raya Maria dikunjungi Malaikat Gabriel. Tepat 9 bulan kemudian mulai dari hari ini, 25 Desember Yesus lahir di Kandang Betlehem. Santo Yosef dan Santa Maria adalah orang tua Yesus atas dasar iman akan Sabda Allah yang menjadi manusia dalam Tubuh Maria. Tuhan membutuhkan Tubuh Maria untuk menyelamatkan dunia dalam diri Yesus yang dikandung Maria mulai Hari ini dalam kalender Liturgi Gereja Katolik. 

Kata- kata Maria  dalam fiatnya dan pengalamannya memberikan tubuhnya kepada Allah untuk mengandung Yesus yang menyelamatkan dunia ini menjadi dasar bagi kehidupan beriman kita bersama Maria yang menjadi Ibu Tuhan Yesus yang lahir, berkarya, derita di salib-Nya, wafat-Nya dan kebangkitan-Nya sebagai puncak Yesus menang atas maut. Sekaligus puncak keselamatan dunia.

Ekaristi yang dirayakan adalah sebuah perayaan syukur atas kemenangan Tuhan Yesus atas maut dan dosa.

Bacaan kedua menegaskan Yesus datang ke dunia sebagai utusan Bapa-Nya untuk melakukan kehendak-Nya dalam suka maupun duka. Mazmur antar bacaan pun menegaskan bahwa Yesus datang untuk melaksanakan kehendak Bapa di Surga. Ibu Maria datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Bapa di Surga.  Santo Yosef ada di dunia untuk setia dan taat pada kehendak Allah untuk kedatangan Yesus sang juru Selamat dunia.

Maria adalah Ibu Yesus sudah dinubuatkan oleh Yesaya di dalam bacaan pertama. Yesus adalah Emanuel artinya Allah selalu menyertai kita umat-Nya. ***