Rabu, 12 Desember 2012

Kotbah Misa Harian, Kamis 13 Desember 2012



MISIONARIS:
MEMBAWA INJIL KEPADA MANUSIA
&
MEMBAWA MANUSIA KEPADA INJIL


Yes 41 : 13 – 20; Mat 11:11-15
Kotbah Misa Harian,
Kamis 13  Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Ada pepatah kuno yang mengatakan bahwa Anda dapat membawa Kuda ke sumber air, tetapi Anda tidak dapat memaksa Kuda untuk meminum Air dari sumber itu. Artinya bahwa sekalipun kita membawa dan mengantar seseorang kepada sesuatu yang baik dan benar, kita tidak dapat memaksanya untuk berpikir, berkata-kata dan berperilaku yang baik dan benar. Setiap orang yang diantar kepada kebaikan dan kebenaran itu memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan dan kebenaran itu dalam pikir, kata dan perbuatan atau menolaknya baik dalam pikir, kata maupun perbuatan.


Demikian juga seorang misionaris dalam melaksanakan tugas perutusan untuk membawa Allah kepada manusia dan menuntun manusia kepada Allah tetapi ia tidak dapat memaksa manusia untuk hidup di dalam Allah. Seorang misionaris menganut paham kebebasan di dalam tugas perutusannya membawa Allah kepada manusia dan membawa manusia kepada Allah. Misionaris membawa manusia kepada Injil tetapi tidak dapat memaksa manusia untuk hidup di dalam Injil.  


Yesus sendiri dalam Injil hari ini menekankan kebebasan di dalam pewartaanNya. Kerajaan Allah yang menjadi nyata di dalam diriNya, tidak dipaksakan kepada manusia. Hal itu disampaikan di dalam SabdaNya dalam Injil hari ini: “ Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”

Kita memiliki telinga. Telinga tercipta untuk digunakan sesuai fungsinya yaitu untuk mendengarkan segala sesuatu termasuk yang baik dan yang buruk. Yang baik terus didengarkan dan dilaksanakan di dalam hidup karena membangun dan menyelamatkan diri dan sesama serta alam sekitar. Yang buruk didengarkan tetapi tidak dilaksanakan dalam hidup karena menghancurkan diri dan sesama serta alam sekitar kita. Inilah satu persipan nyata di dalam masa Advent ini.


 http://www.facebook.com/notes/beny-mali/misionaris-membawa-injil-kepada-manusia-membawa-manusia-kepada-injil/10151203249118598

Selasa, 11 Desember 2012

Kotbah Misa Harian, Rabu 12 -12- 2012



BEBAN HIDUP:
DARI DALAM ATAU DARI LUAR DIRI

(Yes 40:25-31; Mat 11:28-30)
Kotbah Misa Harian, 12 Desember 2012
Dari Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Hidup manusia diwarnai oleh kebahagiaan dan penderitaan atau kesulitan atau beban. Orang bahagia karena sukses dalam bekerja. Orang menderita karena sakit penyakit. Orang bahagia karena anak-anaknya berhasil dalam studi dan bekerja. Orang menderita karena anak-anaknya gagal studi dan sulit mendapat pekerjaan.


Kesulitan atau penderitaan itu datang karena kesalahan pribadi, atau datang dari orang lain yang sengaja membuat orang lain menderita. Penderitaan atau beban yang berasal dari diri, misalnya sakit atau penyakit karena hidup tidak teratur termasuk dalam pola makan dan istirahat.


Penderitaan yang bukan kesalahan pribadi adalah hidup jujur dalam sebuah organisasi tetapi ditindas oleh mereka yang tidak jujur dalam organisasi agar mereka yang tidak jujur misalnya koruptor dapat bergerak leluasa tanpa hambatan. Penderitaan karena penindasan para penguasa terhadap para pejuang keadilan dan kebenaran serta kejujuran, karena dengan itu orang yang memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kejujuran akan mundur sedangkan para penguasa yang korup akan hidup leluasa.

Beban yang dimaksud dalam Injil hari ini adalah orang yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan, kejujuran dan transparansi, kedamaian dan kesejahteraan, bagi kehidupan bersama, tetapi mendapat banyak hambatan, kesulitan, bahkan ancaman dari mereka yang hidup dalam kenikmatan akan ketidakadilan dan kebohongan.


Orang yang berbeban berat dalam memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah, karena tekanan dari mereka yang memperjuangkan kerajaan Iblis atau setan, doanya kepada Yesus akan dikabulkan. Yesus bersabda: "Datanglah kepada-Ku, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Sabda Yesus ini adalah perwujudan dari nubuat Yesaya : "Tuhan memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada mereka yang tidak berdaya."


Pada masa Adven ini orang yang hidup dalam Allah tidak akan lelah dan lesu, sekalipun ada aneka kesulitan dan hambatan serta penderitaan yang mendatanginya. Para pejuang kejujuran, keadilan, kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan adalah orang yang hidup dalam Kerajaan Allah, bukan kerajaan Iblis.

http://www.facebook.com/notes/beny-mali/beban-hidup-dari-dalam-atau-dari-luar-diri/10151201843853598

Sabtu, 01 Desember 2012

Kotbah Misa Minggu Adven I.C 2 Desember 2012


BERSIAP-SIAGA DALAM KASIH

Yer 33: 14-16
1 Tes 3 : 12-4; 2
Luk 21 : 25-28, 34-36
Misa Hari Minggu, 2 Desember 2012
Di Soverdi St. Arnoldus Surabaya

P. Benediktus Bere Mali, SVD

Kompas tanggal 1 Desember menurunkan sebuah artikel tentang calon presiden 2014. Rakyat Indonesia bersiap-siaga menyambut kedatangan pemimpin baru pada tahun 2014. Partai-partai besar, bersiap-siap akan mengajukan calon presiden dari non-partai, yaitu orang yang netral, bersih dari KKN, dan dapat membawa perubahan yang berarti bagi rakyat Indonesia seluruhnya. Partai-partai besar belajar dari pengalaman pemilihan Gubernur DKI  yang berasal dari orang luar, yang sungguh diharapkan membawa sebuah perubahan di DKI sebagai ibu kota Negara Indonesia, sekaligus sebagai contoh bagi seluruh rakyat Indonesia. Menantikan pemimpin yang bersih adalah sebuah kegembiraan tetapi sebuah kegoncangan bagi para koruptor.


Bacaan minggu ini mewartakan umat manusia yang siap-siaga menantikan kedatangan seorang pemimpin ideal dalam kehidupan sipil maupun dalam kehidupan religius. Yeremia, dalam bacaan pertama, bernubuat, pemimpin yang diharapkan itu adalah Mesias yang muncul dari “Tunas Keadilan Daud”. Ia membawa keadilan, kebebasan dan ketentraman bagi bangsa manusia.


Injil melukiskan kedatangan Mesias Pemimpin Ideal yang dilukiskan Yeremia itu dengan menyebutnya Anak Manusia. KedatanganNya diawali dengan tanda-tanda alam yang guncang yang menakutkan. Mengapa? Karena Anak manusia datang membawa perubahan besar yaitu kebebasan, keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang melintas batas.  Hal ini menakutkan bagi banyak orang, khususnya para penguasa dunia yang berlaku tidak adil dan menindas sesama manusia.


Paulus dalam bacaan kedua melukiskan Anak Manusia itu adalah Yesus Kristus. Kedatangan Yesus Kristus yang dimaksud adalah kedatanganNya pada akhir zaman. Yesus yang telah datang pertama sama dengan Yesus yang akan datang kedua pada akhir zaman.  KedatanganNya pertama ke dunia, telah memberikan hukum cinta kasih sebagai hukum terbesar dan terutama bagi keselamatan manusia.  Menantikan kedatanganNya yang kedua, menantikanNya dengan selalu berjaga-jaga dalam kasih. Berjaga-jaga dalam berbuat kasih berarti memberikan diri, hati, tenaga, pikiran, materi bagi keselamatan sesama secara universal.


Pertanyaan kita adalah kapan Anak Manusia itu datang? Kapan Akhir zaman itu datang? Masa adven adalah masa menantikan kedatangan Anak Manusia. Masa Adven adalah masa menantikan kedatangan Akhir zaman. Kapan persisnya tak seorang pun tahu.


Yang pasti bagi kita adalah ada kelahiran pasti ada kematian. Tetapi bagi orang beriman, kematian adalah awal kehidupan. Kita hidup pada masa antara. Masa anatara adalah masa yang menyatukan masa kelahiran dan kematian kita.


Pada masa antara ini kita menantikan kedatangan Anak Manusia dengan bersiap-siaga dalam kasih. Kita Kasih waktu untuk Tuhan dalam doa dan ekaristi untuk menyelamatkan diri dan sesama manusia melintas batas. Kita kasih pikiran kita bagi pencerahan sesama dalam komunitas dan lingkungan sekitar kita. Kita kasih tenaga dalam membangun dan menciptakan yang baik dan benar bagi  kebaikan bersama. Kita kasih materi bagi kebutuhan hidup sesama yang sangat membutuhkan.


Jumat, 30 November 2012

Kotbah Misa Harian, Sabtu 1 Desember 2012



KEGADUHAN &
OLAH ROHANI

(Why 22:1-7; Luk 21:34-36)
Kotbah Misa Harian,
Sabtu 1 Desember 2012
di Soverdi Surabaya


P. Benediktus Bere Mali, SVD


Tajuk Rencana Kompas Jumat 30 November 2012, hal. 7 menurunkan judul tulisan: Kegaduhan Politik. Isinya adalah kegaduhan politik antara politisi dan para elite yang mementingkan kepentingannya sendiri, mengganggu konsentrasi membangun Indonesia secara adil dan merata. Kegaduhan itu mengorbankan rakyat kecil yang merindukan kesejahteraan umum. Masyarakat pun mulai tidak percaya pada politisi dan para elite yang membuat gaduh dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri.


Kegaduhan sosial mengganggu konsentrasi pembangunan masyarakat Indonesia secara adil dan merata. Demikian pun kegaduhan personal karena sibuk dengan persoalan-persoalan duniawi sangat mengganggu konsentrasi dalam olah rohani. Setiap pribadi memerlukan ketenangan diri dan kedamaian diri, sungguh sangat mendukung olah rohani menuju kematangan dan kedewasaan pribadi dalam bidang spiritual. Ketenangan personal yang memiliki kedisiplinan dalam olah rohani, akan berdiri kokoh dalam aneka godaan duniawi yang datang mendampingi perjalanan hidupnya. Sedangkan kegaduhan pribadi dalam pesta pora dan kemabukan, mengarahkàn diri pada kejatuhan dalam godaan duniawi yang menyesatkan dan dapat merusak masa depan hidupnya.


Kedisplinan dalam olah rohani yaitu berdoa membuat pribadi kokoh dalam setiap kesulitan dan godaan duniawi. Seorang yang berdoa secara disiplin memiliki kekuatan karena selalu hidup dalam Tuhan. Keselamatanpun menjadi miliknya ketika HARI TÙHAN yang kedatangannya secara tiba-tiba. Selalu berjaga dan berdoa, hidup dalam Tuhàn dalam setiap saat dan tempat adalah jalan keselamatan bagi orang beriman. Maka tepat Yesus bersabda : "Jagalah dirimu, jangan sampai hatimu sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi, dan jangan sampai HARI TUHAN (KEMATIAN) tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa, sambil berdoa, agar kalian mendapat kekuatan
untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan agar kalian tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."


Apakah kita hidup disiplin berdoa dipandang sebagai kebutuhan pokok bagi kedewasaan kerohanian kita, atau kita selalu beralasan tidak mempunyai waktu untuk berdoa secara disiplin? Masih ingatkah Bapa dan Mama kita ketika kita masih kecil, setiap malam selalu berdoa bersama keluarga, doa rosario bersama, ke Gereja bersama, ikut kerja bakti di Gereja bersama, ikut arisan bersama di Lingkungan, wilayah dan paroki, terlibat dalam manajemen paroki yang terbuka, jujur dan transparan? Kalau masih ingat dan itu ada pengaruh besar di dalam formasi diri dalam kehidupan spiritual, maka mulai saat ini kini dan di sini, membangun bangunan kehidupan doa yang rapi, tertip dan disiplin.  Manfaatnya ganda, masa kini di dunia menerima keselamatan dari Tuhan dan masa yang akan datang di Surga akan memperoleh keselamatan dalam Tuhan.