Rabu, 30 Desember 2020

Renungan Akhir Tahun Kamis 31 Desember 2020

Selama Tahun 2020: Apakah hidup Kita lebih Pro Kristus atau Anti Kristus 




* P. Benediktus Bere Mali,SVD*


Renungan Misa Oktaf Natal

31 Desember 2020

1 Yohanes 2:18-21

Yohanes 1:1-18 


Ada begitu banyak tawaran untuk memperoleh kehidupan dan kebenaran.   Tetapi terpenting  Bagi Kita sebagai orang Katolik bahwa  di antara sekian banyak jalan menuju hidup yang sejati itu hanya ada satu jalan menuju kebenaran dan kehidupan yaitu hanya melalui Yesus Kristus. 


Pada Hari terakhir tahun 2020 ini Kita merenungkan prolog Injil Yohanes 1:1-18. Permenungan Prolog Injil Yohanes ini  di dalam konteks Tujuan Penulisan Injil Yohanes seperti terdapat di dalam Yohanes 20: 30-31. Bahwa Injil Yohanes ditulis dengan Tujuan,  Agar orang menerima Yesus, agar orang yang menerima Yesus itu Percaya kepada Yesus, agar orang menerima dan Percaya kepada Yesus  itu menerima hidup melalui Yesus sebagai Satu-satunya Jalan kebenaran dan kehidupan (Yoh 14:6). Itu berarti tidak ada pilihan lain untuk mengalami kehidupan yang kekal. Hanya di dalam Yesus. 


Lalu  bagaimana dengan mereka yang antikristus seperti dalam Bacaan pertama? Dalam Prolog Injil Yohanes antikristus dikenal dengan orang yang masih tinggal di dalam kegelapan. Agar mereka mengenal Yesus adalah Terang kehidupan abadi bagi banyak orang, maka Perlu ada orang yang mewartakan atau memberikan Kesaksian tentang Yesus Sang Terang  sejati itu. Yohanes memberikan Kesaksian tentang Terang itu. Sebuah Kesaksian yang tanpa paksaan tetapi memberi kebebasan untuk menerima Terang Kristus, percaya kepada Kristus  dan menerima hidup dalam Yesus sebagai satu-satunya jalan menuju kehidupan yang kekal. 


Merenungkan Prolog Injil Yohanes berarti Kita sebagai SVD merenungkan serikat Sabda Allah sendiri secara utuh yaitu Sabda Allah, Sabda Roh Kudus, Sabda Yesus sendiri. Artinya merenungkan Sabda Allah berarti merenungkan Sabda Allah Tritunggal Maha Kudus.


Kita sepanjang Tahun 2020 ini telah berjalan bersama sang Sabda yaitu Sabda Putera, Sabda Roh Kudus dan Sabda Allah yang Kita rayakan di dalam Ekaristi setiap Hari dalam Tahun 2020 sampai Hari terakhir Hari ini 31 Desember 2020. 


Bagi Kita tidak ada pilihan lain. Kita memiliki nama Identitas SVD untuk selalu setia berjalan bersama Sang Sabda. Karena Sabda adalah Terang kehidupan  bagi Kita dan bagi orang yang Percaya kepadaNya. Berjalan Bersama Sang Sabda berarti Kita memberi Kesaksian kepada Dunia agar mereka yang masih berjalan bersama yang lain kembali bergabung dengan Kita berjalan bersama Sang Sabda Allah, Putera dan Roh Kudus dimana dan kapan saja Kita berada. Dan dalam berjalan bersama Sang Sabda itu Kita selalu berbicara dengan Sabda lewat Rajin Membawa Kitab Suci dan berusaha mengerti Kitab Suci dan mengahayatinya secara mendalam di dalam kehidupan Kita.***

NABI HANA: PRIBADI "MATANG" LAHIR & BATHIN



* P, Benedict Bere Mali, SVD * 


Christmas Octave Mass Devotional 

Wednesday, 30 December 2020

Bible Reading for the Liturgical Year B

Luke 2: 36- 40




Among the many views about the cloaked people, there is one view that often appears and is heard in our ears that the robed people are perfect people so that God called and chosen to work from and in the Church or Temple of God.


The general view that cloaked people are Perfect beings is sometimes consciously or unconsciously accepted by some people who call themselves part of the group of cloaked people. 


Whether they realize it or not, they often find it difficult to accept corrections and evaluations as well as constructive criticism of the mistakes and shortcomings that have surfaced in the public eye. 


Dengan demikian antara  kematangan personal dan Sosial, serta kematangan spiritual sulit didamaikan. Antara kematangan lahir dan bathin masih ada gap atau jurang pemisah yang cukup lebar. 


Bacaan Injil Hari ini menampilkan Hana seorang Nabi Perempuan. Tentu di pikiran Kita, sebagai Nabi, dia tidak memiliki persoalan yang menjadi pergulatan hidupnya. Tetapi kalau kita mengenal Hana secara lebih dekat maka sebetulnya Hana memiliki persoalan yang menjadi pergulatan yang cukup serius di dalam hidupnya. Pertama, Ia adalah keturunan Suku Asyer yang pernah melawan Yahweh sehingga mereka jatuh dan dibuang ke Asyur. Orang Israel yang setia pada Yahweh memiliki prasangka Negatif pada Suku Asyer ini. Hal ini pasti secara Sosial menjadi sebuah pergulatan yang hebat dalam Diri Hana. Kedua, Hana adalah janda miskin. Mengapa dikatakan Hana itu miskin. Dalam Agama Yahudi ada tiga syarat kesalehan yang harus dimiliki oleh seseorang yaitu Berdoa, berpuasa, dan bersedekah bagi sesama. Tetapi dalam Injil tidak disebutkan bahwa Hana bersedekah. 


Apakah kedua persoalan itu meghalangi Hana untuk menjadi seorang Nabi bagi Sang Mesias yang membawa kelepasan bagi umat manusia yang terbelenggu oleh dosa? 


Tampaknya kedua pergulatan itu tidak dapat membatalkan karya keselamatan yang harus dialami secara Fisik dalam Diri Yesus Sang Mesias di dalam Bait Allah. Itu dari sisi Allah. Tetapi dari sisi manusiawi Hana, sesungguhya ia telah berdamai dengan persoalan dan pergulatan personal dan Sosial. Ia telah Damai dengan Diri dan Sesama. Ia telah selesaikan kedua persoalan tersebut. Dan Karena itu ia boleh dikatakan  pribadi yang cukup matang  secara personal dan Sosial dan dapat  fokus sebagai seorang Nabi yang mengalami Yesus Sang Mesias yang membawa kelepasan bagi dosa umat manusia. Ia mewartakan Yesus Sang Pembebas manusia dari belenggu dosa dengan kata dan perbuatan. Ia mewartakan Sang Mesias yang membawa kelepasan bagi manusia lewat usahanya  mengalami kelepasan secara lahir, personal dan Sosial dalam dirinya sebagai seorang Nabi Allah. 


From Prophet Hana we learn. We are prophets about the Christmas Jesus the Messiah today. Like Hana, we need to proclaim the Christmas of Jesus the Messiah with words and life examples in the form of praying, fasting and giving alms to others during the Covid-19 pandemic. Perhaps, like Hannah, we don't have enough material to give alms materially, but we give charity through prayer and the Eucharist as a real sign of deliverance for mankind. ****

Senin, 28 Desember 2020

Yesus adalah Cahaya Para Bangsa

Foto: versi bawakan dalam misa Oktaf Natal 29/12/2020




*Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Harian Oktaf  Natal 29 Desember 2020 Tahun Liturgi B

1 Yoh 2:3-11 Terang vs gelap (cinta vs benci)

Luk 2:22-35




Ketika Yesus dipersembahkan di kenisa, Simeon menubuatkan bahwa Yesus akan menjadi  CAHAYA bagi para Bangsa. Tetapi tidak semua orang mengakuiNya. Ada saja orang  yang tidak mau datang kepada CAHAYA. Bacaan pertama Hari ini  menegaskan bahwa bila kita saling mengasihi maka Allah tinggal pada Kita dan Kita berada dalam CAHAYA. Tetapi bila kita saling membenci, maka Kita tinggal di dalam kegelapan. 


Di sini Kita disadarkan bahwa  Yesus adalah terang bagi bangsa-bangsa bukan dalam dalam pengertian lahiriah  tetapi dalam arti bathiniah. 


Lantas secara bathiniah,  apakah Kita tinggal di dalam Terang, saling mencintai dan dengan mudahnya saling memaafkan jika di antara Kita ada yang saling menyakiti baik melalui kata, Bahasa tubuh dan Aksi lainnya?  memyangkut Soal bathiniah, orang yang paling tahu  adalah  Diri Anda sendiri.  Anda yang paling tahu soalnya apa dan bagaimana solusinya. Kalau soalnya benci Sesama maka solusinya mencintai Sesama.  ***

Minggu, 27 Desember 2020

Kegelapan Herodes Vs Terang Bayi Yesus

 *P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Harian

Senin 28 Desember 2020

Mat 2:13-18


Bacaan-Bacaan suci Hari ini tentang Terang dan gelap. Dalam pandangan Katolik Terang dan gelap dibedakan secara tajam tidak ada yang namanya abu-abu seperti di dalam Dunia politik. Terang adalah Allah. Allah adalah Terang. Anti Allah adalah gelap atau kegelapan. Seorang yang setia pada Allah adalah orang yang berjalan di dalam Terang sedangkan orang yang melawan Allah adalah orang yang berjalan atau hidup dikuasai oleh kegelapan. 


Herodes adalah orang yang tampil tidak jujur di hadapan Orang Majus yang berjalan dalam arahan bintang Terang Allah sendiri dan Terang itu telah menjadi nyata dalam Diri Bayi Yesus Sang Mesias di Kandang Bethlehem. Setelah para Majus itu kembali ke daerahnya atas panduan Terang Allah, ketidakjujuran Herodes itu dibalik bahwa Para Majus itulah yang telah memperdayakan dirinya atau menipu dirinya  karena setelah mereka berjumpa dengan Yesus Sang Mesias Rohani itu, mereka tidak menyampaikannya kepada Herodes tentang tempat tinggal Bayi Yesus Sang Mesias Rohani. Bagi Herodes, ia diperdayakan oleh orang orang Majus itu. Tetapi bagi Allah Maha Tahu, Herodeslah yang justru tidak jujur pada Orang Majus itu. Herodes sungguh sangat licik memproyeksikan tidak jujur nuraninya kepada para Majus yang betul-betul memiliki Hati nurani yang jujur di hadapan Allah sumber Terang sejati. 


Allah yang Maha Tahu, lewat mimpi dapat berbicara kepada Yusuf orang tua Yesus.  Bahwa Herodes akan mencari Yesus  bukan untuk diakui dan disembah seperti para Majus dari Timur tetapi Herodes akan segera mencari dan membunuh Yesus. Lewat mimpi Yusuf, Allah memandu Yusuf agar ia bersama Yesus dan Maria mengungsi ke Mesir, sampai Herodes meninggal.


Yusuf, Maria dan Yesus diselamatkan karena berjalan di dalam Terang Allah sendiri. Tetapi Herodes dikuasai ketidakjujuran, kemarahan dan takut pada seorang Bayi Yesus Sang Mesias Yang lahir yang akan menjadi Mesias Rohani bukan Mesias Duniawi. Herodes melihat Mesias dalam arti duniawi. Padahal kemesiasan Yesus sebenarnya dalam arti    Rohani. Kesalahpahaman Herodes ini membawa akibat  yang fatal. Ia sebetulnya tidak mempunyai sahabat untuk berdiskusi tentang Mesias duniawi dan Mesias Rohani sebelum ia bertindak.  


Pengetahuanya yang keliru mengarahkan  Sikap atau Kemauannya yang keliru juga,  yang pada akhirnya dapat membawa Aksi yang fatal yaitu ia secara bengis membunuh semua  Bayi Bayi jujur polos berusia dibawah 2 Tahun.  Ambisi akan kuasa, takut kehilangan kuasa, dan hanya untuk memertahankan kuasa, Herodes menghalalkan segala cara demi dirinya dan dinastinya. 


Kita merenungkan Terang dan kegelapan dalam konteks pandemic corona virus 19 ini. Terang bagi Kita dalam konteks ini adalah ketika Kita berjalan dalam tanggungjawab moral Kita untuk menyelamatkan Diri dan anggota komunitas agar Kita bersama selamat, Dengan Taat mengikuti protokol kesehatan untuk kebaikan Kita bersama di dalam komunitas Rumah Kita bersama.***

Sabtu, 26 Desember 2020

Keluarga Kudus Nazaret Menjadi Model Keluarga-Keluarga Katolik


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

 

 

Renungan Harian Misa Hari Minggu Tahun B

Pesta Keluarga Kudus 27 Desember 2020

Lukas 2:22-40

 

 

Ada sekian banyak keluarga yang kita kenal dan di antara sekian banyak keluarga yang kita kenal hanya ada satu keluarga kudus dari Nazaret yang menjadi model bagi keluarga-keluarga lainnya. Mengapa? Karena keluarga dari Nazaret memiliki dua hal ini secara utuh yaitu taat aturan Allah  yang tertulis di dalam aturan Tradisi Yahudi. Keluarga Kudus dari Nazaret mengungkapkan ketaatannya pada aturan tradisi dengan mempersembahkan bayi di Bait Allah untuk dikuduskan bagi Allah. Dalam Hukum Taurat tercatat bahwa setiap Anak Sulung harus dikuduskan bagi Allah. 

 

Pada waktu Yesus dipersembahkan di Bait Allah, Simeon seorang saleh di Bait Allah menyambut Sang Bayi Yesus dan pada saat itu Simeon merasa sangat bersukacita karena harapannya untuk melihat Mesias telah terpenuhi di dalam diri sang bayi Yesus. Simeon bersukacita yang sangat luarbiasa dalam perjumpaan dengan Mesias, Yesus sendiri. 

 

Kedua, ada saksi Simeon dan Hana bahwa Kanak Yesus adalah Mesias yang diurapi.  Tetapi Mesias yang bagaimana? Sang Mesias dalam Kanak Yesus adalah Dia yang akan membawa ketegasan yaitu secara tegas dalam membedakan antara yang hitam dan yang putih, yang baik dengan yang jahat, yang kudus dan yang dosa. Sang Mesias dalam Kanak Yesus ini akan mengutamakan yang baik, benar, adil, jujur dan tidak akan kompromi dengan siapapun untuk bersikap abu-abu terhadap yang tidak benar, tidak adil, dan tidak jujur dalam kehidupan bersama. Budi, sikap, dan aksi Sang Bayi yang adalah Mesias selalu dalam garis benar-adil-baik-jujur kapan dan dimana pun keberadaanNya. Kehadiran Yesus Sang Mesias ini adalah jiwa keluarga Kudus Nazaret. Maria mengandung dan melahirkan Yesus Sang Mesias berdasarkan kehendak Allah yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel. Yosef menjadi ayah Kanak Yesus berdasarkan petunjuk Allah dalam mimpinya. Keluagra Kudus Nazaret terbentuk atas kehendak Allah, atas pengetahuan dan Sikap/kemauan Allan yang secara aksinyataNya terwujud di dalam diri Yesus, Maria dan Yosef dengan satu tujuan Agung dan mulia yaitu untuk menyelamatkan umat manusia di dunia. Demi keselamatan bersama, Allah bekerjasama dngan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan manusia seperti yang tertera di dalam silsilah Tuhan Yesus yang berpuncak di dalam diri Maria dan Yosef orang tua Yesus. Keluarga Kudus dari Nazaret tidak ingat diri tetapi menjadi keluarga yang ada untuk keselamatan bersama banyak orang.

 

Kita menemukan banyak keluarga muda dan keluarga yang sudah cukup senior. Pada umumnya setiap keluarga memiliki keluarga-keluarga yang menjadi model hidup keluarganya. Misalnya, sebuah keluarga muda yang membutuhkan keluarga model dalam menjalani panggilan kehidupan berkeluarganya. Hal ini biasanya tampak jelas dalam orang tua saksi perkawinan. Keluarga yang terpilih menjadi saksi pernikahan adalah sebuah keluarga model. Apa artinya menjadi keluarga model di sini? Ada tiga hal penting sebuah keluarga yang terpilih menjadi orang tua saksi pernikahan adalah pertama, beriman dan salah satu sifat iman adalah kasih. Iman akan Allah adalah kasih yang inclusive bukan eksklusive. Artinya apa? Iman akan Kasih Allah kepada semua orang tanpa kecuali. Kedua, karena mengimani Allah adalah kasih maka buahnya adalah solider yaitu adanya solidaritas kepada sesasama. Tiga, hal yang paling konkrit dari orang solider adalah orang berbela rasa dengan sesamanya. Berbela rasa secara nyata lewat menolong sesama yang membutuhkan pertolongan untuk hidup yang lebih baik. 

 

Tiga hal ini ada dalam keluarga model dari nazaret. Iman akan Allah adalah Kasih terwujud dalam diri Yeses Putera Tunggal Allah yang menjadi manusia di dalam keluarga Kudus dari Nazaret. Kasih Allah kepada kita dalam inkarnasi adalah sebuah wujudnyata solidaritas Allah dengan kita umat manusia. Solidaritas Allah itu tampak di dalam belarasa Allah dengan kita umat manusia. Allah menyelamatkan kita. Allah menolong kita. Allah memberikan PuteraNya yang tunggal kepada kita untuk menebus dosa-dosa kita. 

 

Meskipun demikian keluarga Kudus dari Nazaret tidak lepas dari berbagai pergulatan hidup baik secara psikologis, sosial, biologis/fisik, dan spiritual sejak awal proses kedatangan Kanak Yesus. Maria bergulat secara spiritual bahwa Malaikat Gabriel menyampaikan berita bahwa bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus bukan dari seorang laki-laki. Ini menjadi sebuah pergulatan spiritual Maria yang sangat kompleks. Maria secara fisik/biologis tidak tidur dengan seorang laki-laki tetapi atas kehendak Allah Roh Kudus, ia mengandung dan melahirkan Yesus Sang Mesias penyelamat dunia. Ini sebuah persitiwa sulit yang sangat kompleks secara biologis yang dialami Maria. Ada kecemasan besar Maria yang hamil dari Roh Kudus bukan dari seorang laki-laki, tentu ada rasa cemas, siapa sebetulnya ayah biologis Yesus dan bagaimana administrasi sipil atas kelahiran Kanak Yesus. Pergulatan psikologis Maria ini tentu sangat kompleks juga. Secara sosial, orang-orang sekitar pasti ada yang mendukung tetapi ada yang tidak mendukung bahkan menjadi buah bibir di dalam masyarakat karena hamil dengan suaminya yang belum pasti. Maria sebagai seorang Ibu dalam keluarga Kudus Nazaret yang dibangun dan dibentuk atas dominasi kehendak Allah bukan atas kehendak manusia, secara manusiawi pasti sangat bergulat dengan diri secara psikologis, sosial, biologis, dan spiritual. 

 

Pergulatan-pergulatan yang dialami itu ternyata dari hari ke hari atau tahap demi tahap, dikurangi lewat pengakuan sosial mulai dari awal Malaikat Gabriel, kemudian Elisabet sanaknya yang menyebutnya sebagai Ibu Tuhan saat Maria mengunjungi dan memberi salam kepada Elisabet dan tinggal bersamanya selama kurang lebih tiga bulan. Saat kelahiran di kandang Betlehem, para gembala bersama bala Malaikat menyambut Yesus dengan sebuah kesukaan besar yang tidak dapat dihalangi oleh hambatan dan tantangan serta gangguan apapun bentuk dan modelnya. Hari ini Maria dan Yosef serta Yesus yang dipersembahkan Bait Allah untuk dikuduskan bagi Allah sesuai hukum Taurat, Simeon dan Hana mengakui bahwa Kanak Yesus si Sulung yang dipersembahkan di Bait Allah ini adalah Mesias, Yang Diurapi. Maka lengkaplah bahwa semua pergulatan Maria dan Yusuf ini tersembuhkan oleh pengakuan dari pihak Allah dalam diri Malaikat Gabriel dan bala Malaikat dari Surga dan Pengakuan Manusia lewat sensus penduduk sipil dengan ikut sensus sesuai perintah Kaisar Agustus,  dan Taat Aturan Taurat bahwa setiap anak sulung, orang tuanya persembahkan di Bait Allah untuk dikuduskan bagi Allah. 

 

Keluarga Kudus Nazaret adalah keluarga Taat Setia Allah dan Taat Aturan Negara aturan Sipil, pantas dan layak menjadi model bagi keluarga-keluarga lainnya.***

 

            

Jumat, 25 Desember 2020

Martir: Orang yang Mati karena komitmennya beriman kepada Allah Tritunggal Maha Kudus

 


 


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Harian Oktaf Natal

Sabtu 26 Desember 2020

Tahun Liturgi B

Kis 6:8-10; 7:54-59

Mat 10: 17-22



Martir pertama dalam Gereja Katolik  adalah Stefanus. Ia menjadi martir pada tahun 34. Kita tahu bahwa Tuhan Yesus wafat pada usianya yang ke-33. Itu berarti Stefanus menjadi martir saat setelah satu Tahun Tuhan Yesus wafat. 


Bacaan pertama, Kisah Para Rasul menampilkan Stefanus seorang diakon yang memiliki tugas utama melayani jemaat. Stefanus adalah seorang yang dipilih menjadi anggota Kelompok dua belas Rasul Yesus. Sebagai Rasul Stefanus melayani jemaat secara  sangat Istimewa. Keistimewaan itu tampak di dalam diri Stefanus yang melayani umat dengan mengadakan mujizat dan tanda-tanda. Tentu banyak Umat Agama Yahudi merasa tersentuh oleh pelayanan Stefanus dan menjadi percaya dan menjadi pengikut Kristus. Pasti banyak pengikut atau pengagum Stefanus.

Struktur Yesus dan para Rasul berada di Luar struktur resmi keagamaan pada zaman itu yaitu struktur resmi dan Tradisi Agama Yahudi yang berlaku pada saat itu. Pengagum dan pengikut Stefanus semakin Hari semakin banyak jumlahnya berkat Ia melayani dengan aneka mujizat dan tanda-tanda. Ada banyak yang suka dan tertarik pada mujizat dan tanda Stefanus dalam melayani umat. Tetapi ada juga yang menolak dan merasa terancam dengan mujizat dan tanda-tanda yang tampak dalam pelayanan. Orang yang menolak Stefanus adalah orang Yahudi yang beragama Yahudi dengan dogma Agama yang sangat ketat bahwa Orang Taat pada Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang mahabesar. Di luar dogma itu adalah sesat. Mujizat Stefanus terjadi dalam nama Yesus anak Tukang kayu  yang sangat sederhana.


Semua yang dilakukan Stefanus adalah sesat dan Karena itu orang -orang Yahudi beragama Yahudi khususnya Mahkamah Agama mempersoalkan cara pelayanan Stefanus yang diteguhkan mujizat dan tanda dalam nama Yesus.  


Mahkamah Agama Yahudi sangat tertusuk hatinya melihat cara Stefanus melayani. Mereka menggertakan Gigi melihat Stefanus yang bersoal jawab dengan mereka. Pada saat itu Stefanus melihat ke atas dan melihat “ Anak manusia berdiri di sebelah Kanan Allah.” Reaksi orang Yahudi semakin lama semakin meningkat tensi marahnya dari gertakan Gigi menjadi teriakan – teriakan anti Stefanus yang mewartakan Yesus dalam mujizat dan tanda. Tidak hanya teriak tetapi tensi marahnya  mengarahkan orang Yahudi menyerbuh dan menyeret Stefanus keluar Kota lalu melemparinya dengan Batu. Sementara ia dilempari, Stefanus berdoa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”


Stefanus mewartakan Yesus dalam mujizat dan tanda. Kata-katanya diteguhkan dalam mujizat yang terjadi dalam nama Yesus Putera Allah, Roh Kudus dan Allah Bapa. 


Stefanus berbuat baik di luar struktur Agama Yahudi yang sudah baku dan berlaku bagi penganut Agama Yahudi. Mahkamah Agama Yahudi bukan mendukungnya tetapi melihatnya sebagai sesat Karena gerakan iman Stwfanus merevolusi tradisi Agama Yahudi dan dengan demikian Anggota Agama Yahudi akan kehilangan penganut atau pengikut Agama Yahudi. Bagi Stefanus, berbuat baik di luar sistem Agama  Yahudi adalah normal tetapi bagi Mahkamah Agama Yahudi hal yang dilakukan Stefanus adalah abnormal karena tidak berpihak pada mereka. Demi berbuat baik di dalam nama Yesus di luar sistem Agama Yahudi, Stefanus tidak mundur satu langkah pun dan bahkan Stefanus tidak lari dari aniaya dirinya hingga meninggal sebagai martir.

Komitmen beriman Stefanus yang tetap mewartakan Kristus yang diteguhkan dalam tanda san mujizat inilah membentuk Stefanus mati sebagai martir, orang yang mati Karena iman kepada Kristus Yesus. Anti Stefanus adalah anti Kristus yang diwartakan Stefanus. Mereka yang anti berasal dari sebagian orang Yahudi yang beragama Yahudi, merasa terancam dengan kehadiran Kesaksian Stefanus tentang Tuhan Yesus Kristus.***

Natal terjadi berkat kerjasama

 


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Siang Hari Raya Natal

Jumat 25 Desember 2020

Tahun Liturgi B


 


Sehebat-hebatnya seorang manusia perlu sadari bahwa seseorang hebat atau menjadi hebat Karena adanya Kerjasama dengan orang lain atau peran aktif orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung yang membuat seseorang hebat atau unggul dalam hidup bersama. Kehebatan dan kemajuan sebuah bangsa ataupun negara dapat secara cepat dicapai hanya kalau melibatkan begitu banyak pihak dalam kerja nyata untuk mencapai target terukur kemajuan bersama itu   sendiri. Misalnya Indonesia Maju dapat tercapai secara lebih cepat bila dua kekuatan  professional yang hebat pro-oposisi dan pro-pemerintah bekerjasama dengan baik untuk mencapai target kemajuan Indonesia dengan manajemen yang baik dan professional. Contoh masuknya oposisi masuk dalam lingkaran kabinet pemerintahan Presiden Jokowi, adalah sebuah Kerjasama yang Positif bagi pembangunan dan kemajuan hebat Indonesia Kita. Kerja sama partai oposisi dan partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi seperti tampak Pak Prabowo dan Pak Sandy  Masuk dalam kabinet adalah sebuah Contoh real bahwa sebuah tanda Positif untuk mempercepat proses pembangunan multi-bidang menuju Indonesia Hebat dan Maju. 



Kerja sama adalah Natal, kelahiran Sang Imanuel Allah menyertai Dunia kita. Kerja sama dalam Bacaan pertama tampak jelas. Bahwa Allah bekerja sama dengan para Nabi yang bernubuat tentang Kedatangan(kelahiran Yesus)  dengan satu Tujuan untuk menyelamatkan dunia Kita Umat manusia. Dalam Perjanjian Lama jelas bahwa Allah melalui mulut para Nabi mewartakan keselamatan Dunia kita manusia. Tetapi dalam Perjanjian Baru Allah berbicara kepada manusia melalui Putera TungggalNya sendiri sebagaimana ada di dalam Bacaan kedua. Keselamatan itu tidak hanya dari sudut pandang Allah sendiri tetapi dari sudut pandang manusia juga. Untuk menyatupadukan keduanya PuteraNya sendiri datang ke Dunia Sebagai Allah Sekaligus Manusia. Sebagai Allah Yesus memiliki status yang paling Tinggi. Tetapi status itu tidak stabil, tetapi sangat dinamis yaitu Allah meninggalkan status yang Tinggi dan menjadi manusia yang memiliki status Sosial yang sangat berbeda atau lebih rendah untuk menyelamatkan Dunia kita manusia Umat Kesayangan Tuhan. Kerjasama, kerja team adalah point penting untuk kemajuan Indonesia. Kerja sama itu sangat penting untuk bangun Diri dan Sesama serta dunia.


 Kerjasama antara Maria dan Malaikat Gabriel dan Santo Yosef, maka terjadilah inkarnasi revolusi iman dari Allah yang transenden menjadi imanen. Kerja sama langsung dan tidak langsung melalui para Nabi, Yohanes dan secara langsung dengan Maria sehingga revolusi iman dan mental terlaksana di dalam Diri Maria Ibu Sang Imanuel. 


Revolusi itu terjadi lewat kerjasama. Revolusi yang menghancurkan apa yang baik yang sudah ada pun pasti ada kerjasama. Artinya kerjasama dalam arti Negatif. Dalam arti Positif kerja sama untuk menyempurnakan yang belum Sempurna sehingga menjadi lebih baik untuk kebaikan bersama Kita. 


Kerjasama itu Perlu. Natal itu kerjasama. Kelahiran Baru itulah natal berarti bagi Kita. Kerjasama dari Hati tulus Kita seperti Maria. Kerjasama dalam komisi komisi yang membangun kehidupan organisasi. Kerjasama antara anggota komunitas. Kerja sama itu adalah Natal. Natal itu terjadi dalam kerja sama. Manusia Baru itu kerjasama. Kerjasama itu membuat Kita majubersama bangun Diri keluarga komunitas dan Dunia.  Amin.***






BACAAN I (Yes 52:7-10) (umat duduk)


       

"Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab Tuhan telah menghibur umatnya."

   

L. Bacaan dari Kitab Yesaya:

    

O betapa indah kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan bentara yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik; yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion, "Allahmu meraja!" Dengarlah suara orang-orang yang mengawal engkau: Mereka bersorak-sorai serempak. Sebab dengan mata kepala sendiri mereka melihat bagaimana Tuhan kembali ke Sion. Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama-sama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya. Ia telah menebus Yerusalem. Tuhan telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.

Demikianlah sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah.





BACAAN II (Ibr 1:1-6) (umat duduk)

  

 "Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya."

  

 L. Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani:

 

Saudara-saudara, pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi. Tetapi pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. Anak-Nya itulah yang ditetapkan-Nya sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dialah Allah menjadikan alam semesta. Dialah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dialah yang menopang segala yang ada dengan sabda-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah berhasil mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi. Ia jauh lebih tinggi daripada malaikat-malaikat sebagimana nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah daripada nama mereka. Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu Allah pernah berkata, "Anak-Kulah Engkau! Pada hari ini Engkau telah Kuperanakkan" Atau pun: "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia menjadi Anak-Ku". Lagipula, ketika mengantar Anak-Nya yang sulung ke dunia, Allah berkata, "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

  

Demikianlah sabda Tuhan

U. Syukur kepada Allah



BACAAN INJIL (Yoh 1:1-18) -umat berdiri-


"Firman telah menjadi manusia."

I. Tuhan bersamamu

U. Dan bersama rohmu

I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes

U. Dimuliakanlah Tuhan.

I. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

I: Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya

U: Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.