Rabu, 06 Januari 2021

Homili Misa Harian Kamis 7 Januari 2021

 Iblis musuh misi "blusukan" Yesus



*P. Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Misa Harian 

Kamis, 7 Januari 2021

1Yoh 4:19-5:4

Luk 4: 14-22a



Dalam Jaringan (daring) semua informasi Positif dan Negatif membanjiri setiap pribadi. Hanya segelintir orang yang memilih informasi Negatif dalam jangka waktu yang panjang. Mayoritas penduduk memilih informasi Positif bagi Diri dan Sesama. Salah satu informasi Positif yang dimiliki oleh setiap manusia adalah setiap orang ingin diperlakukan secara Positif oleh orang lain  dan dengan demikian ia pun termotivasi untuk melakukan hal-hal Positif kepada Sesamanya.


Salah satu hal Positif yang Menarik hati publik dan menjadi viral di media Sosial dalam Jaringan (daring) dalam Minggu ini adalah gerak turun ke bawah oleh menteri Sosial Kita. Sang menteri turun sentuh Hati tuna wisma dan langsung mengenal mereka dan terutama kebutuhan akan perumahan, makanan dan pakaian para tunawisma yang dijumpai mensos. Melayani dengan cara "blusukan" turun ke bawah ini dibutuhkan masyarakat umum di tanah air.  Ini adalah Sebuah revolusi pelayanan publik "tinggalkan cara di belakang meja" menuju "turun ke lapangan" baik pada awal, proses, evaluasi, revisi, proses, evaluasi, Misi hingga tercapai goal yaitu kesejahteraan bersama secara Adil merata bagi semua orang. 


Yesus melayani dengan cara gerak "turun" yaitu lahir di Kandang Bethlehem. Sejak Awal sudah menunjukan kerendahan hatiNya. Misinya bukan pada level priyayi saja tetapi model "misi blusukan"  Yesus membawa Khabar Gembira kepada orang miskin, pembebasan kepada tawanan, penglihatan kepada yang buta, dan membebaskan orang-orang yang tertindas. Yesus menempuh pelayanan kepada orang - orang pinggiran, orang kecil dan sederhana yang  belum mendapat pelayanan maksimal dari Sesamanya. Misi pelayanan Yesus selalu mencari peluang-peluang yang tidak biasa dijangkau oleh orang lain. 


Bahaya kemapanan seorang misionaris zaman ini bisa direduksi oleh sapaan gaya misi Yesus. Misi seperti ini dimiliki setelah lulus ujian dari Iblis di Padang gurun.  Ada tiga ujian penting di Padang gurun yaitu harta duniawi, kuasa duniawi, mental instant. Yesus bermisi "blusukan" lewat proses bukan instant dalam bermisi. Yesus tidak terbelenggu oleh harta dan kuasa duniawi. Yesus komitment pada misi kepada orang yang belum dilayani yaitu orang miskin, tertawan, buta/Sakit, tertindas secara Psikologis, Sosial, dan Fisik.


Konstitusi Kita berbasis Misi Yesus mulai dari pinggiran  atau orang kecil inilah yang sebaiknya menjadi dasar misi Kita pada zaman ini. Benturan keuangan adalah sebuah soal diskusi hangat dalam misi Kita. Tetapi management keuangan yang belum tepat sering dijadikan alasan untuk tidak bermisi seperti Yesus dalam Injil Hari ini. Padahal Yesus bermisi tidak punya uang tetapi misinya menjadi sumber atau dasar bagi misionaris sepanjang zaman. ***

Selasa, 05 Januari 2021

Homili Misa Harian Rabu 6 Januari 2021

  Saat Panik versus Saat Normal


*P. Benediktus Bere Mali, SVD*



Renungan Misa Harian

Rabu, 6 Januari 2021

Tahun Liturgi B

1Yoh 4:12-18

Markus 6:45-52


Kita pernah mengalami kepanikan di dalam hidup Kita. Kepanikan biasanya datang secara mendadak spontan di luar perencanaan atau antisipasi. Saat Kita Panik, Pikiran Sehat kita dapat menurun sampai minus bahkan sampai menuju irasional dalam melihat sesuatu.


Pengalaman rasa Panik para murid dalam Injil Hari ini dipicu oleh badai gelombang yang menghantam perahu yang sedang mereka tumpangi sehingga mereka nyaris tenggelam yang akan membawa maut bagi nyawa mereka.  Ada berbagai Reaksi  dari antara para murid. Ada yang mungkin berebutan ban dalam agar jika tenggelam mereka masih bisa memegang ban dalam yang terisi angin untuk menuju daratan atau dermaga. Ada yang teriak minta pertolongan Tuhan. Ada yang menangis. Ada yang saling menguatkan. Ada yang pasrah pada yang Maha Kuasa.  Tetapi dalam Injil Hari ini, derajat kepanikan para murid itu sudah lumayan Tinggi. Terlihat jelas dalam pandangan mereka yang irasional pada saat Tuhan Yesus datang menghampiri mereka yang sedang berjalan di atas air. Para murid melihat Tuhan Yesus sebagai seorang hantu. Bayangkan, tingkat kepanikan yang Tinggi menciptakan pandangan yang irasional terhadap Tuhan sebagai hantu. Emosi kepanikan benar-benar berpengaruh pada irasionalitas dalam memandang Tuhan sebagai Hantu. 


Irasionalitas itu dapat disembuhkan lewat Tahap berikut yaitu dari pihak Luar dalam hal ini Tuhan Yesus sendiri mengkomunikasikan identitas Diri pribadi-Nya sendiri sebagai Tuhan Yesus kepada para murid yang Panik dan irasional terhadap pengenalan Diri Tuhan Yesus sang guru dan pemimpin mereka. Yesus menyembuhkan kepanikan para murid yang sedang irasional terhadap diriNya dengan Sabda: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut." Saat itu mereka sadar dan menyambut Tuhan Yesus memasuki perahu mereka.  Setelah Yesus Masuk ke dalam perahu dan tinggal bersama mereka di dalam Perahu, maka angin badai alam pun redalah dan badai kepanikan Psikologis dan pikiran irasional mereka pun mulai kembali normal. Mereka sadar bahwa  bersama Yesus semua tenang. Alam pun tenang. Hati dan pikiran pun tenang dan normal. Tuhan memberi diriNya kepada para murid untuk menyelamatkan mereka. Inilah kasih/beri Sempurna Tuhan bagi Kita manusia. Kita beri/kasih Tuhan seluruh Diri Kita seutuhnya sehingga kasih Allah effektif dalam Diri Kita. 


Pesan bagi kita. Tinggal di luar Yesus, tidak ada keselamatan. Hanya hidup di dalam Tuhan Yesus ada keselamatan. Mari Kita setia tinggal bersama Yesus dan berjalan bersama Yesus Tuhan adalah satu-satunya keselamatan Kita umat manusia. ***

Senin, 04 Januari 2021

Homili misa harian Selasa 5 Januari 2021

  "Allah adalah Kasih/Beri"



*P. Benediktus Bere Mali, SVD*



1Yoh 4:7-10

Mrk 6:34-44



Setiap hari kita menerima waktu dan napas sampai akhir hidup kita. Kita menerima dari yang lain. Dalam iman, Tuhan Yesus yang memberi/kasih waktu dan napas kehidupan kepada kita. 


Allah adalah beri/kasih. Itulah intisari Bacaan pertama Hari ini. Setiap orang yang menerima Allah bersekutu dengan Allah dan tinggal di dalam Allah tampil beraksi memberi/kasih kepada Sesama. Sebaliknya orang yang tidak memberi/mengasihi Sesama  tidak mengenal Allah. 


Allah adalah Kasih/beri. Kasih Allah paling besar kepada Kita adalah Mengutus Anak-Nya untuk menebus dosa-dosa kita.  Kasih Allah secara Rohani ini terpenuhi di dalam Kasih/beri Allah secara lahiriah. Bacaan Injil Hari ini menampilkan Yesus yang memberi makan kepada orang banyak yang lapar. Inilah kasih yang nyata dan konkret. Inilah Kasih Allah tidak sebatas kata-kata indah. Inilah kasih Allah kepada Kita manusia paling nyata. 


Yesus berkata kepada Kita para muridNya pada zaman ini: "Kamu Harus memberi makan kepada orang yang lapar." Inilah Kasih/Beri kepada Sesama. Allah adalah Kasih. Kasihmu kepada Sesama dan kasihmu kepada  Sesama secara real menegaskan bahwa Allah adalah Kasih menurut imanmu kepadaNya. 


Di sekitar Kita ada banyak orang kaya materi berupa uang dan barang lain. Tetapi ada juga begitu banyak orang yang tidak memiliki apa-apa  yaitu mereka yang miskin dan papa. Baik yang kaya dan miskin itu termasuk orang yang beriman kepada Allah adalah Kasih. Iman mereka akan Allah adalah Kasih dapat terungkap dalam  berbagi, solider dan berbela rasa dengan Sesama. Kalau orang kaya tidak mau berbagi berarti hal itu membuat iman akan Allah adalah Kasih sesungguhya belum berakar di dalam hidupnya. 


Bagi Kita saat ini tentu Kita memiliki banyak kekurangan di Masa pandemik covid-19 ini, di samping kelebihan-kelebihan yang Kita miliki. Seringkali banyak orang berprinsip dirinya berkelebihan dulu kemudian dapat kasih/beri kepada orang lain. Tetapi Kita masih ingat orang miskin/janda miskin dalam Injil, ia memberi persembahan dari kekurangannya dan hal itu diperhatikan Tuhan Yesus. Membantulah Sesama Selama waktu hidupmu. Jangan sampai menunggu anda kaya dulu Baru membantu Sesama. Jangan sampai anda berpikir anda kaya dulu Baru sekolahkan anak. Tetapi sekolahkanlah anak dari apa yang sedang anda miliki. Tuhan memperhatikan setiap kali anda memberi yang terbaik kepada Sesamamu, walau paling sederhana sekalipun. ***

Homili Senin 4 Januari 2021

Cahaya Matahari Yesus Menerangi Segala Bangsa





*P. Benediktus Bere Mali, SVD* 



Bacaan Pertama

1Yoh 3:22-4:6

Bacaan Injil

Mat 4:12-17.23-25



Setiap Hari kita menerima Cahaya  Matahari menyinari Kita masing-masing. Cahaya Matahari itu menyinari semua bangsa. Demikian juga Terang Matahari Kristus Menerangi Semua Bangsa di bumi.


Bacaan Injil Hari ini  menegaskan bahwa Yesus adalah Terang Dunia, pergi mewartakan Sabda Allah ke daerah Zebulon dan Naftali, bangsa asing yang masih hidup di dalam kegelapan. Tujuan Yesus ke daerah kafir,  Zebulon dan Naftali agar Terang-Nya bersinar kepada    Naftali dan  Zebulon yang masih belum mengenal dan mendapat Terang Kristus. Dengan demikian Terang Kristus menyinari semua orang lintas batas terwujud di Negeri asing Zebulon dan Naftali.


Dalam Bacaan pertama, orang yg mengetahui  inkarnasi disebut sebagai orang memiliki Roh Allah. Sedangkan orang yang tidak mengakui inkarnasi disebut sebagai orang yang dikuasai roh antikristus. Mereka ini dapat dibantu agar mereka dapat beralih dari antiKristus menjadi pro Kristus. Untuk itulah Yesus yaitu Sang Terang itu sendiri pergi menyebarkan  Sukacita Kristus kepada segala Bangsa sehingga mereka bertobat dan berjalan bersama Sang Sabda yaitu Yesus Sang Terang Sejati bagi dunia.


Pesan bagi Kita hanya satu. Yesus menyelamatkan segala bangsa.  Kita menerima, menyembah dan memuliakan Yesus kemudian mewartakan Yesus kepada segala bangsa agar Terang Kristus mereduksi kegelapan yang masih menguasa Hati orang dari bangsa-bangsa di bumi. ***

Minggu, 03 Januari 2021

Homili Hari Raya Penampakan Tuhan Minggu 3 Januari 2021

 Cahaya Wajah Allah Menerangi Semua Bangsa:  Cahaya vs kegelapan


* P. Benediktus Bere Mali, SVD* 



Minggu 3 Januari 2021

Yesaya 60:1-6

Efesus 3:2-2a.5-6

Mat 2:1-12



Satu hal yang paling akrab dengan Kita sepanjang hidup Kita di Masa covid ini adalah wajah hp kita. Ada dua wajah hp yang Kita miliki yaitu wajah Terang dan wajah gelap. Wajah gelap terjadi ketika hp mati  sendiri karena kehabisan cahaya listrik di dalam bateri atau karena Kita matikan power cahaya listrik yang berpusat pada bateri. Sedangkan Wajah Terang Hp Kita tampil ketika Kita hidupkan power bateri hp Kita dan Selama cahaya listrik dalam hp masih terisi maka hp kita masih berfungsi dengan baik. Berkat kerja cahaya listrik dari bateri hp, Kita dapat mengoperasikan hp Kita untuk mencari dan menemukan semua wajah informasi yang dapat diakses di dalam tampilan wajah hp Kita. Supaya cahaya listrik di dalam hp itu tidak kehabisan maka setiap kali kekurangan Cahaya listrik bateri, Kita isi lagi Sinar listrik di bateri hp,  melalui kabel isi bateri yang menghubungkan bateri Hp dengan sumber cahaya listrik yang masih aktif.  Pengisian ini bekerja dengan baik jika bateri dan hp nya masih baik dalam menerima Arus listrik yang baik melalui kabel penghubung yang baik. Kalau salah satu unsur tidak dapat bekerja baik maka semuanya   hp tidak dapat bekerja dengan baik atau tidak dapat dioperasikan. Ada kerja sama yang terkoneksi baik antara bateri hp, kabel charger, dan pusat Arus listrik.


Cahaya wajah Allah tampak kepada segala bangsa pada Hari Raya epifani pada Hari ini melalui wakil segala bangsa dalam Diri Melkior, Baltasar dan Gaspar. Tuhan menampakan wajahNya kepada segala bangsa melalui dua Tahap. Wajah Terang Manusia dapat melihat Wajah  Terang Allah menampakan diriNya kepada manusia. Tetapi wajah kegelapan tidak akan melihat Cahaya wajah Allah yang menampakan Diri kepada semua bangsa. Hal ini jelas di dalam  Nubuat Yesaya kepada Yerusalem:   "Bangkitlah, menjadi teranglah sebab sesungguhya, kegelapan menutupi bumi dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi Terang Tuhan terbit atasmu dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa - bangsa berduyun-duyun kepada Terangmu dan raja-raja menyongsong Cahaya yang terbit bagimu."  Nubuat Yesaya ini terpenuhi di dalam Yesus Sang Terang itu sendiri yang menampilkan Cahaya  wajah-Nya dalam tanda Bintang-Nya kepada Tiga Raja di Timur. Tuhan menampakan Cahaya wajah-Nya dalam tanda Bintang kepada Melkior, Balthazar dan Gaspar dari Timur wakil segala bangsa yang telah melihat Wajah Allah yang menyelamatkan. Mereka menerima Penampakan Tuhan dalam tanda Bintang-Nya itu dengan penuh Sukacita. Tanda Wajah-Tuhan dalam Bintang-Nya mengundang Tiga Raja untuk terus menerus mencari tanpa lelah    untuk meneemukan Wajah Tuhan. Bintag-Nya itu menuntun dan menyertai Tiga Raja dalam pencariannya sampai mereka bertemu muka dengan Cahaya Wajah Allah dalam Diri Bayi Yesus Raja Yahudi di Kandang Bethlehem wilayah kekuasaan para gembala Domba. Mereka bertemu Raja Yahudi bukan di istana tetapi di daerah orang kecil, para gembala di Betlehem. Cahaya Wajah Yesus mempertemukan dan menyatukan para Raja dengan orang kecil yang tidak diperhatikan oleh Raja setempat. Wajah Yesus adalah Cahaya Wajah Allah yang peduli kepada kaum sederhana dan kaum yang berada dengan satu harapan supaya Kelompok yang kaya menjadi lebih solider dan berbela rasa pada orang kecil dan miskin papa. Tiga Raja bertemu Yesus yang lahir di kandang Betlehem miliki para gembala domba-dombanya. Wajah Tuhan Yesus  menampakan Diri kepada Tiga Raja di  tempat yang sederhana.  Para Raja mempersembahkan bahan persembahan terbaik kepada Yesus. Mereka mempersembahkan emas kepada Bayi Yesus. Pada zaman Yesus lahir, emas adalah bahan persembahan kepada Seorang Raja.  Mereka mempersembahkan dupa kepada Seorang Imam untuk mengukup bahan persembahan kepada Allah di Bait Allah dan Yesus adalah Sang Imam Agung bagi Kita umat manusia.  Mereka juga mempersembahkan Mur yang mengingatkan akan kematian dan wafatnya. Mur adalah minyak untuk membalsem seorang yang meninggal. Bahan persembahan yang terbaik yaitu emas, kemenyan dan Mur kepada Bayi Yesus sebagai imam dan raja  dari kelahiran sampai wafatNya ini menunjukan bahwa Ada persekutuan erat secara lahir dan bathin antara Terang Yesus dan Tiga Raja wakil bangsa-bangsa Dunia. Persatuan yang sebegitu erarnya Tiga Raja dengan Yesus yang telah menampakan Diri secara real, sehingga Wajah Allah muncul langsung dalam mimpi tiga Raja ini dan Allah menegaskan dalam mimpi ya supaya mereka kembali kepada bangsa-bangsa melalui jalan lain, jalan Cahaya Wajah Allah penyelamat Dunia, bukan kembali melewati Jalan Kegelapan Herodes yang menyehatkan mereka dan Dunia.  Persatuan Tiga Raja dengan Cahaya Wajah Allah yang telah menampakan Diri itu utuh baik secara Psikologis dalam mimpi, Sosial dalam kebersamaan kekuarga dan para gembala yang bersukakita mengalami rasa Cahaya Wajah Allah dalam Diri Bayi Yesus,   Fisik  dalam perjumpaan langsung dengan Bayi Yesus di kandang sederhana Betlehem dan spiritual  dalam sebuah kepastian iman yang kokoh. Persukutun Allah itu memberikan perutusan kepada mereka bahwa mereka harus pergi mewartakan Cahaya Wajah Allah yang telah mereka lihat dan alami itu kepada Dunia agar semua bangsa menyambut Yesus dan menjadi anggota tubuh Kristus.    


Pesan bagi Kita. Yesus telah lahir dan tampak bagi Kita. Tetapi pencarian terus menerus Wajah Yesus dalam setiap konteks tidak pernah merasa lelah. Cahaya Wajah Allah selalu up-to-date oleh konteks yang sedang di alami manusia setiap zaman dengan keunikannya yang berbeda-beda. Misalnya di Masa pandemik covid 19 yang sedang Kita alami ini, Kita bertanya Wajah Allah seperti siapa yang Kita renungkan. Wajah Allah yang cinta akan disiplin Diri dalam mentaati memakai masker. Mencuci tangan, dan mencuci tangan atau kebersihan Diri secara utuh. Cahaya Wajah Allah yang memberi Terang kepada Kita agar Kita berjalan di jalan Cahaya disiplin Diri dengan menjaga kebersihan Diri dan lingkungan. Di Masa pandemik covid 19 ini Wajah Allah yang menampakan Diri kepada Kita dalam Allah mendidik Kita untuk setia mengatur dan menjaga imunitas tubuh Kita secara utuh dan baik dan benar. ***

Jumat, 01 Januari 2021

Renungan Misa Harian Sabtu 2 Januari 2021

 Hidup dalam Kelompok: utamakan Diri atau utamakan kelompok



*P.Benediktus Bere Mali, SVD*


1Yoh 2: 22 - 28

Yoh 1: 19 - 26

Sabtu 2 Januari 2021

Liturgi Tahun B


Dalam kehidupan bersama yang memiliki keanggotaannya banyak, datang dari berbagai latarbelakang asal dan Adat istiadat,  setiap anggota dalam kelompok itu pasti mengalami banyak hal yang Istimewa karena setiap  orang dengan keunikannya masing-masing. Di antara sekian banyak anggota yang memiliki keunikan itu, dapat dibagi dalam dua Kelompok yaitu bahwa Ada yang memberikan keunggulan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama tetapi ada juga yang sebaliknya menggunakan keunggulan yang dimilikinya hanya untuk dirinya sendiri. Pada umumnya tokoh yang ditampilkan di depan publik baik dalam kelompok ataupun relasi keluar dengan Kelompok luar,  bukan orang yang mengutamakan diri tetapi pribadi yang lebih memberikan semua kemampuannya termasuk dirinya sendiri bagi kepentingan bersama untuk kebaikan hidup bersama. Hal ini sangat terasa di dalam kehidupan bersama sebagai orang yang menyebut dirinya sebagai anggota kelompok religious, dengan fokus utamanya adalah untuk melayani bukan untuk dilayani.


Yohanes di dalam Injil Hari ini   adalah  tampil sebagai tokoh yang hadir dan berkarya untuk mengutamakan keselamatan banyak orang. Ia menyiapkan segala sesuatu bagi Kedatangan Mesias  yaitu Tuhan Yesus sendiri. Semua kemampuan dan keunggulannya dipersembahkan kepada Allah. Ia tidak menggunakan semua kehebatannya untuk mewartakan Diri sendiri untuk dikenal lebih dari Mesias yaitu Tuhan Yesus sendiri. Ia mau berbagi dari apa yang dimilikinya kepada Tuhan dan Sesama. 


Hari ini Kita memperingati St. Basilius Agung dan S. Gregorius dari Nazianze, Uskup dan Pujangga Gereja. Kedua tokoh ini menjadi panutan bagi Gereja. 


St. Basilius sebelum masuk biara adalah orang yang angat sombong atas kepintaran dan kemampuan oratornya. Dia menggunakan kehebatannya itu untuk mencari dan menemukan pujian dari orang lain. Ketika orang lain pasif mendengarnya maka ia kehilangan pujian dari Sesama dan mengalami Gangguan Perasaan di dalam dirinya. Untuk menyembuhkan Gangguan Perasaan itu ia selalu berjuang mencari peluang untuk berbicara dan bekerja dengan motivasi untuk mendapat pujian dari sesama. Tetapi setelah masuk biara, Basilius mengolah Diri secara baik dan kemudian Ia berhasil menjadi pribadi yang sadar Diri bahwa hidup membiara adalah tempatnya orang-orang unggul karena kerendahan Hati dan berbagi lewat melayani Tuhan dan Sesama. Ia menjadi Dewasa secara lahir dan bathin. Kemudian Ia terpilih menjadi Uskup dan menjadi panutan bagi umat dalam Gereja yang dipimpinnya. 


Santo Gregorius dari Naziensa memiliki hal Istimewa yang patut Kita jadikan Contoh. Ia selalu sabar, tenang, dan menggunakan budi Bahasa yang manis dalam menghadapi setiap persoalan kecil maupun besar yang datang silih berganti kepada dirinya sebagai Uskup. 


Tiga tokoh Yohanes dan Basilius dan Gregorius ini menjadi panutan bagi Kita anggota Gereja karena bagi mereka: kehidupan Kelompok   Religious itu adalah tempatnya orang-orang hebat karena kerendahan Hati untuk berbagi apa yang dimilikinya bagi Tuhan dan Sesama. Tokoh tokoh ini adalah model bagi setiap orang yang menyebut dirinya sebagai anggota Religious. Sabar, rendah Hati, tekun melayani dan menggunakan budi Bahasa manis dalam melayani Tuhan dan sesama termasuk orang-orang yang melawan iman Katolik adalah hal utama yang Kita teladani dari ketiga tokoh ini. ***

Kotbah Tahun Baru Hari Raya Santa Maria Bunda Allah Jumat 1 Januari 2021

Mengapa Maria dan Yusuf Pilih Melahirkan Yesus Sungguh Allah dan Sungguh manusia di Gua miskin  Bethlehem?


*P.Benediktus Bere Mali, SVD"


Homili 1 Januari 2021

Lukas 2:16-21

Gal 4:4-7

Bil 6:22-27






Introduksi 


Mengawali Perayaan Ekaristi Kudus ini, pertama-tama saya  mengucapkan  Selamat Tahun Baru untuk Kita semua. Semoga Tuhan selalu menyertai Kita semua dalam mamasuki Tahun Baru 2021 yang masih penuh dengan lembaran putih yang masih  kosong bagi Kita untuk menulis dengan semua hal yang memberi harapan bagi dunia terutama bagi orang kecil dan miskin yang terasing dari lingkungan Sosial masyarakatnya. Kita juga bersyukur atas penyertaan Tuhan di  Tahun 2020 yang lalu. Semua suka duka,  gagal dan sukses di Tahun yang lalu menjadi sebuah pengalaman yang indah dan berarti bagi Kita dalam menjalani Tahun Baru 2021 yang sedang dimulai pada Hari ini. 


Bapa ibu Saudara dan Saudari yang terkasih. Pada Tahun Baru Ini Gereja Katolik seluruh Dunia merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah. Pada Hari ini juga Kita mulai memasuki Hari Perdamaian Dunia, dalam Suasana dan kondisi  Masa Oktaf Natal dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik Roma.


Pertanyaan-pertanyaan  yang muncul di dalam permenungan Kita ini adalah:  Mengapa Maria  disebut Bunda Allah dan mengapa Perayaan Ini dirayakan pada Tahun Baru 1 January? 


Jawabannya demikian: 


Pertama, Bahwa Kita merayakan Hari Raya Maria Bunda Allah karena iman Kita kepada Yesus adalah sungguh Allah dan Sungguh manusia dapat diteguhkan kembali secara tegas. Iman Kita kepada Yesus yang 100 persen Allah dan 100 persen manusia. Yesus adalah sungguh Allah dan Sungguh Manusia dikandung dan dilahirkan oleh Maria BundaNya. Rahim Ibu Maria mengandung dan melahirkan Yesus sungguh Allah dan Sungguh Manusia inilah, maka Konsili Efesus menetapkan Maria Ibu Yesus sebagai Santa Maria Bunda Allah. 


Konsili Efesus ini terlaksana sebagai Reaksi terhadap aliran sesat nestorianisme yang menyebut Yesus bukan sungguh Allah dan Sungguh Manusia. Yesus tidak 100 persen Allah 100 persen manusia yang dikandung oleh Maria. Nestorianisme meragukan Yesus Sungguh Allah-Sungguh manusia. Dengan demikian kaum Nestorianisme juga meragukan tentang Maria Bunda Allah.


Kedua, Hari Raya Maria Bunda Allah ini dirayakan pada tanggal 1 January dalam Masa Oktaf Natal. Kita tahu bahwa Natal adalah  kelahiran Yesus Sang juru Damai bagi Dunia. Yesus adalah Pangeran Damai.  Sang Pangeran Damai ini dikandung dan dilahirkan dari Rahim Bunda Maria sebagai sang Ratu Damai. Tahun Baru adalah Tahun harapan dan Tahun Sukacita. Tahun Baru 1 Januari adalah dimulainya Hari Perdamaian seDunia. Karena ada hubungan yang sangat erat antara Maria Bunda Allah, Bunda Ratu Damai, Natal adalah kelahiran Yesus Sang Pangeran Damai, Tahun Baru adalah Tahun Harapan dan Perdamaian maka hal itu menjadi dasar yang kokoh  bagi  Paus Paulus VI memasukan Perayaan  Maria Bunda Allah pada Masa Oktaf Natal dan Hari Perdamaian Dunia didalam Kalender Liturgi di Kota Roma yang jatuh pada tanggal 1 January setiap tahun. Maria Bunda Allah yang mengandung Yesus sungguh Allah sungguh Manusia. Maria adalah Ratu Damai yang mengandung dan melahirkan   Yesus sebagai Pangeran Damai. Dalam Masa Oktaf Natal, Kita merayakan kelahiran sang Pendamai bagi dunia. Tahun Baru adalah Tahun Damai dan harapan dan Sukacita bagi semua orang.


 Satu makna yang dapat kita ambil dari Perayaan Maria Bunda Allah ini adalah bahwa keselamatan Allah Maha Rahim bagi manusia bermula dari Rahim seorang Ibu Maria Bunda Allah. 


Maria Bunda Allah adalah Bunda Iman Kita dan Bunda Gereja. Bunda Maria Ratu Damai ini mengandung dan melahirkan Yesus Pangeran Perdamaian bagi semua bangsa, secara Istimewa bagi orang kecil dan miskin yang diasingkan dari kehidupan bersama.


Homili 


Ada 4 Perayaan besar yang dirayakan pada Hari ini dan keempat bagian Perayaan ini saling bergandengan satu sama lain. Gandengan itu di dalam satu kata DAMAI.


Keempat Perayaan itu adalah    Hari Raya Maria Bunda Allah, Hari Raya Oktaf Natal, Hari Raya Perdamaian Dunia dan Hari Raya Harapan Tahun Baru 2021. 


Hari Raya Maria Bunda Allah ada dan dirayakan untuk meneguhkan iman Kita kepada Yesus. Bahwa Konsili Efesus menetapkan Maria sebagai Bunda Allah karena Maria mengandung dan melahirkan Yesus sungguh Allah sungguh Manusia. Konsili Efesus ini meneguhkan iman Kita kepada Yesus 100 persen Allah- 100 persen manusia. Dengan demikian penghormatan Kita kepada Maria sebagai Bunda Allah ditegaskan kembali dalam dogma Teotokos, Maria Bunda Allah. Dengan demikian dogma Teotokos dapat menggugurkan paham Nestorianisme  yang mengatakan bahwa Yesus bukan 100 persen Allah - 100 persen manusia. Dengan demikian Maria pun bukan sebagai Bunda Allah. 


Hari Raya Maria Bunda Allah ini dirayakan pada Masa Oktaf Natal. Natal adalah kelahiran Yesus Sang Pangeran Perdamaian Dunia.   Maka IbuNya disebut Maria Ratu Perdamaian segala bangsa. Perayaan ini juga jatuh pada tanggal satu Januari yang ditentukan sebagai Awal Hari Perdamaian seDunia. Tahun Baru sendiri adalah Tahun Harapan akan Damai dan Sukacita manusia. Hubungan erat keempat perayaan besar itu, menjadi alasan mendasar bagi Paus Paulus VI memasukan Hari Raya Bunda Maria sebagai Bunda Allah dalam Kalender Liturgi yang jatuh pada tanggal 1 Januari setiap tahun. 


Dari keempat perayaan tersebut yang Kita rayakan pada Hari ini, yang menjadi fokus dalam permenungan Kita adalah kata Damai, Sukacita. Maria Ratu Damai mengandung Yesus Pangeran Damai dan Hari ini adalah Tahun Baru, Hari Perdamaian Dunia dimulai. 


Yang menjadi pertanyaan permenungan Kita adalah sasaran  perdamaian itu ditujukan kepada siapa, bila dikaitkan dengan Bacaan-bacaan Suci pada Hari Raya Maria Bunda Allah pada Tahun Baru Ini? 



Maria Bunda Allah mengandung Yesus sungguh Allah sungguh Manusia dan dilahirkan di sebuah tempat yang sederhana, terasing, tidak biasa, di kandang yang hina di Bethlehem. Tempat ini asing bagi masyarakat umum yang berkecukupan, tetapi tempat ini sangat akrab bagi orang-orang kecil, sederhana, terasing dari kehidupan masyarakat umum yang berkecukupan, yaitu para gembala. 


Maria Bunda Allah memiliki tempat miskin ini sebagai tempat kelahiran Yesus Pangeran Damai dan Sukacita bagi Dunia dan hal itu dimulai dari pinggiran Betlehem. 


Para gembala adalah orang yang sederhana menerima Yesus dan Maria serta Yusuf yang memilih kemiskinan sebagai Awal kelahiran dan kehidupan  Yesus Pangeran Perdamaian. Ada begitu banyak orang melihat dan mendengar tentang kelahiran Yesus tetapi hanya para gembala sederhana yang menanggapinya secara Positif. Mereka mendengar tentang kelahiran Yesus Pangeran Perdamaian dan bergegas bertemu muka dengan Yesus di palungan dan memuji dan memuliakan  Dia dengan penuh Sukacita dan kemudian pergi menyebarkan berita kelahiran Yesus dengan Damai dan penuh Sukacita. 


Damai Sukacita Yesus itu masuk berdiam di dalam budi dan hati para gembala. Para gembala yang diasingkan dalam masyarakat umum saat itu, dan dianggap orang sederhana, yang tidak diperhatikan,  kini semua itu disembuhkan oleh Yesus Pangeran Perdamaian bagi Dunia secara khusus bagi orang kecil dan orang-orang miskin. Pilihan Maria Yusuf pada kandang Betlehem sebagai tempat Yesus lahir adalah sebuah keberpihakan kepada orang miskin dan sederhana untuk mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai secitra Allah. Allah turun mengalami kemiskinan  dan hidup di dalam kemiskinan dan mengangkat para miskin papa sebagai anak-anak Allah. Sehingga mereka bukan lagi hamba tetapi telah menjadi anak-anak Allah. Tanda para gembala menjadi anak-anak Allah adalah mereka menerima Yesus di kandang Betlehem,  memuji dan memuliakanNya dan pergi dengan penuh Sukacita mewartakan Berita kelahiran Yesus Pangeran Perdamaian yang lahir dari Rahim Maria Ratu Damai, kepada Sesama di sekitar. Mereka bukan lagi hamba. Tetapi mereka adalah anak-anak Allah. 


Kita belajar dari Para gembala. Bahwa di antara begitu banyak orang yang mendengar tentang kelahiran Yesus pembawa Damai sejati, hanya para gembala yang memberi respons Positif. Mereka menerima dan Percaya kepada Yesus dan pergi menjadi missionaries pertama tentang Yesus kepada Dunia. Sedangkan yang lain setelah mendengar tentang kelahiran Yesus sebatas kagum dan berbicara tanpa menjadi misionaris tentang kelahiran Yesus Pangeran Perdamaian. Para gembala secara manusiawi memiliki inisiatif yang Tinggi terhadap Natal kelahiran Yesus sumber Sukacita sejati. Mereka menerima, Percaya dan mewartakan Yesus kepada Dunia dengan kepolosan dan kejujuran serta penuh Sukacita. Bagi Kita dan bagi para gembala Yesus adalah pembawa Damai Sukacita bagi semua. Kita terima suka cita natal.  Kita juga pergi membagi Sukacita natal itu kepada Dunia. Selamat Tahun Baru. Tuhan memberkati.***



Coretan asli dari tanganku di era online