Jumat, 19 Maret 2021

"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang sebelum ia didengar, dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?"

     *P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Yer.11:18-20

Yoh. 7:40-53




"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang sebelum ia didengar, dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?"



Orang yang dituduh bersalah untuk dihukum harus didengarkan dan minimal harus ada dua orang saksi atas tuduhan itu dalam bangsa Yahudi. Kalau yang tertuduh mengatakan bahwa ia tidak bersalah dan banyak orang yang bersaksi tentang dirinya tidak bersalah, maka tuduhan atas dirinya tidak dapat dilanjutkan untuk dihukum. Hal ini tampak dalam bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini.


Yeremia seorang nabi yang mewartakan kebenaran sesuai kehendak Allah. Tetapi ada begitu banyak orang juga yang menghalanginya bahkan membunuhnya. Perbuatan baik sesuai kehendak Allah tidak selamanya diterima oleh semua orang. Tetapi meskipun demikian, Yeremia tetap konsisten mewartakan kebenaran Allah untuk menyelamatkan dunia.


Dalam bacaan Injil Yesus adalah Mesias yang dipersiapkan kedatangan-Nya oleh para nabi baik dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru oleh Yohanes Pembaptis. Yesus tampil sebagai Mesias tetapi banyak orang yang menolak-Nya dan bahkan hendak menghukum-Nya berdasarkan hukum Yahudi karena Yesus Anak Tukang Kayu itu menyebut diri-Nya sebagai Mesias. Tetapi Nicodemus yang tahu baik hukum Yahudi, menantang orang-orang Farisi yang hendak menghukum Yesus itu dengan pola pikir berdasarkan hukum Yahudi bahwa Yesus harus didengarkan dan minimal harus ada dua orang saksi atas kesalahan Yesus agar pantas dihukum sesuai hukum Agama Yahudi. Cara berpikir Nikodemus ini sangat menantang orang Farisi yang hendak menghukum Yesus yang adalah Mesias, hanya berdasarkan pandangan mereka sendiri yang anti atau tidak suka lagi pada Yesus yang tampil menarik dalam mewartakan Kerajaan Allah di dalam Bait Allah Yerusalem. Dengan demikian pengikut Agama Yahudi pun memiliki peluang alternatif untuk lebih memilih mengikuti Yesus dan harus meninggalkan Agama Yahudi. 


Kita sebagai orang beriman  selalu berkomitmen berbuat baik bagi sesama di sekitar kita  sesuai kehendak Allah. Kita sadar dan siap  menerima setiap penolakan bahkan ancaman hukuman seperti Yesus dan Yeremia yang selalu setia melakukan yang terbaik kepada sesama di dalam tugas pelayanan, sekalipun ditolak dan diancam untuk dibunuh. Perayaan Ekaristi yang kita rayakan hari ini adalah pusat dan jantung iman kita, memberikan hidup kita untuk tetap setia pada Tuhan dalam suasana suka maupun duka.***



Kamis, 18 Maret 2021

Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria

   *P.Benediktus Bere Mali,SVD*


Renungan 19 Maret 2021

2Sam.7:4-5a.12-14a.16

Mzm. 89:2-3.4-5.27.29; Ul:37

Rm.4:13.16-18.22

Luk.2:41-51a


Apa artinya di balik selalu diamnya St.Yusuf ayah Yesus di dalam bacaan Injil hari ini?


Setiap Orang yang membaca Kitab Suci dapat melihat dari berbagai segi tentang diamnya St.Yusuf  ayah Yesus di dalam seluruh Kitab Suci, sejak Yesus dikandung Maria, lahir di Kandang Betlehem, ke Mesir  ungsi bersama Yesus yang akan dibunuh oleh Raja Herodes karena kelahiran-Nya di Betlehem sebagai Raja Israel sesuai nubuat para nabi terdahulu, setelah Herodes mati, Yusuf bersama Yesus dan Maria kembali ke Nazaret, lalu Yesus yang hilang pada usia 12 Tahun dan ditemukan di dalam Bait Allah Yerusalem pada Hari Raya paskah Yahudi seperti di dalam Injil hari ini.  


Sejarah St. Yusuf yang selalu diam dalam keluarga Kudus Nazaret yang sangat partikukar persoalannya  ini sesungguhnya di baliknya mengandung  persoalan kemanusiaan yang sangat universal. 

Hal ini sangat sesuai bila pendekatan meta-historis digunakan untuk menyimak sejarah diamnya St. Yusuf di dalam seluruh Kitab Suci. Meta artinya di balik dan historis artinya sejarah. Meta-historis berarti di balik sejarah. Setiap sejarah partikular pasti ada unsur masalah kemanusiaan yang universal. Dalam konteks ini kita dapat dikatakan bahwa di balik sejarah diamnya St. Yusuf dalam seluruh Kitab Suci termuat masalah kemanusiaan universal sebagai nilai yang diperjuangkan dan sebagai tujuan. Dalam sejarah diamnya terjadi konflik nilai untuk kepentingan diri sendiri dengan nilai kemanusiaan universal. Misalnya Herodes ingat diri tidak mau diganggu oleh kelahiran Yesus sebagai Raja Israel sesuai nubuat ara nabi. Maka Herodes hendak membunuh Yesus. Tetapi Yusuf mengutamakan nilai kemanusiaan universal mengungsi ke Mesir untuk menyelamatkan Yesus. Mengapa hal ini terjadi di dalam diri Yusuf?


Yusuf memiliki relasi intim dengan Allah sangat kuat dan kokoh tidak terpatahkan. Tuhan memandu Sto. Yusuf menjadi suami Maria yang mengandung Yesus dari Roh Kudus dan menjadi ayah Yesus, dimana panduan itu disampaikan melalui komunikasi mimpi. Hal ini dilakukan Yusuf karena mengutamakan kepentingan kemanusiaan Maria dan Yusuf yang berkaitan dengan kebudayaan keluarga Yahudi, empati dengan Maria dan Yusuf, serta bertanggungjawab atas panggilan Tuhan melalui mimpinya. Tuhan bersabda kepada Yusuf dalam mimpi, dan Yusuf melakukan Sabda Allah tanpa kata, tanpa keluhan, selalu diam. Apa artinya jenis diam yang lahir dari St. Yusuf  ? 


Menurut refleksi saya, ada harapan besar St.Yusuf tentang Yesus dan harapan itu sejak Pertama kali Allah tampak dalam mimpinya menjadi suami Maria dan ayah Yesus. Harapan di balik sejarah diamnya Yusuf  inilah yang ditemukan di dalam bacaan-bacaan Suci hari ini. Saya sangat yakin bahwa dalam mimpinya Allah menyampaikan harapan besar di balik kehidupan keluarga Nazaret. Bacaan Pertama secara jelas lewat nubuat  Natan bahwa Yesus yang lahir dan hingga tampil berdiskusi dengan alim ulama dalam Injil hari ini adalah pemenuhan nubuat Nathan tentang Yesus seperti di dalam Bacaan Pertama. 

Yusuf sungguh berharap pada Yesus anaknya sebagai pemenuhan Perjanjian Lama, seperti harapan Abraham di dalam Bacaan kedua. 

Di balik sejarah diamnya Yusuf yang pestanya dirayakan hari ini sesungguhnya memiliki harapan yang berakar dalam Sabda Allah yang diterimanya melalui mimpinya. Yusuf memiliki dasar yang kokoh yaitu iman, harap dan kasih Yesus adalah Allah yang telah menjadi manusia.


Mari kita berdiam untuk belajar dari diamnya Yusuf bahwa ternyata di balik diamnya itu Yusuf memiliki harapan kemanusiaan universal. Ia diam,  tidak berkata atau berbicara tetapi ia selalu setia taat pada Tuhan yang memandunya dalam mimpi-mimpi untuk menyelamatkan Yesus sejak dalam rahim Maria sampai derita di Salib, kematian dan kebangkitan-Nya sebagai puncak Harapan Iman dan Kasih Yesus kepada kita manusia dan seluruh alam semesta. Sto. Yusuf doakanlah kami selalu.**



Liturgia Verbi (B-I)
HR S. Yusuf, Suami S.P. Maria

Jumat, 19 Maret 2021



Bacaan Pertama
2Sam 7:4-5a.12-14a.16

"Tuhan Allah akan memberikan kepada Dia
takhta Daud bapa-Nya."

Pembacaan dari Kitab Kedua Samuel:

Pada suatu malam
datanglah firman Tuhan kepada Natan,
"Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud:
Beginilah firman Tuhan:
Apabila umurmu sudah genap,
dan engkau telah mendapat istirahat bersama nenek moyangmu,
Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian,
anak kandungmu,
dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.
Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku,
dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya
untuk selama-lamanya.
Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.
Keluarga dan kerajaanmu
akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku,
takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 89:2-3.4-5.27.29,R:37

Refren: Anak cucunya akan lestari untuk selama-lamanya.

*Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya,
hendak menuturkan kesetiaan-Mu turun-temurun.
Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya;
kesetiaan-Mu tegak seperti langit.

*Engkau berkata,
 "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku,
Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:
Aku hendak menegakkan anak cucumu untuk selama-lamanya,
dan membangun takhtamu turun-temurun."

*Dia pun akan berseru kepada-Ku, "Bapakulah Engkau,
Allahku dan gunung batu keselamatanku.
Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia
dan perjanjian-Ku dengannya akan Kupegang teguh."



Bacaan Kedua
Rom 4:13.16-18.22

"Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,
Abraham toh berharap dan percaya."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus
kepada Jemaat di Roma:

Saudara-saudara,
Bukan karena hukum Taurat
Abraham dan keturunannya diberi janji
bahwa mereka akan memiliki dunia,
tetapi karena kebenaran atas dasar iman.

Kebenaran yang berdasarkan iman itu
merupakan kasih karunia belaka.
Maka janji kepada Abraham itu berlaku bagi semua keturunannya,
bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat,
tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham.
Sebab di hadapan Allah Abraham adalah bapa kita semua,
seperti ada tertulis,
"Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa."
Kepada Allah itulah Abraham percaya,
yaitu Allah yang menghidupkan orang mati
dan yang dengan firman-Nya
menciptakan yang tidak ada menjadi ada.

Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap,
Abraham toh berharap dan percaya,
bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa,
sebab Allah telah berfirman kepadanya,
"Begitu banyaklah nanti keturunanmu."
Dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mzm 84:5

Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu,
yang memuji-muji Engkau tanpa henti.



Bacaan Injil
Mat 1:16.18-21.24a

"Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Menurut silsilah Yesus Kristus,
Yakub memperanakkan Yusuf, suami Maria,
yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Sebelum Kristus lahir,
Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf.
sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.

Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati,
dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum,
ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu,
malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata,
"Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Maria akan melahirkan anak laki-laki,
dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya
dari dosa mereka."
Sesudah bangun dari tidurnya,
Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu
kepadanya.

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN LAIN:
Luk 2:41-51a
"Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Tiap-tiap tahun,  pada hari raya Paskah,
orang tua Yesus pergi ke Yerusalem.
Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun,
pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
Seusai hari-hari perayaan itu,
ketika mereka berjalan pulang,
tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orangtua-Nya.
Karena mereka menyangka
bahwa Yesus ada di antara orang-orang seperjalanan mereka,
berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya,
lalu baru mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan.
Karena tidak menemukan Dia,
kembalilah Maria dan Yusuf ke Yerusalem
sambil terus mencari Dia.

Sesudah tiga hari,
mereka menemukan Yesus dalam Bait Allah;
Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama,
sambil mendengarkan mereka,
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
Semua orang yang mendengar Dia
sangat heran akan kecerdasan dan segala jawab yang diberikan-Nya.

Ketika Maria dan Yusuf melihat Dia, tercenganglah mereka.
Lalu kata ibu-Nya kepada-Nya,
"Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
Jawab Yesus kepada mereka,
"Mengapa kamu mencari Aku?
Tidakkah kamu tahu
bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
Tetapi mereka tidak mengerti
apa yang dikatakan Yesus kepada mereka.

Lalu Yesus pulang bersama-sama mereka ke Nazaret;
dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.

Demikianlah sabda Tuhan.




Apa persamaan antara Bacaan pertama dan bacaan Injil pada hari ini?

     *P.Benediktus Bere Mali, SVD*


Renungan Harian Kamis 18 Maret 2021

Kel. 32:7-14

Yoh. 5:31-37


Apa persamaan antara Bacaan pertama dan bacaan Injil pada hari ini? 



Setiap orang tua yang mencintai anaknya pasti marah terhadap anaknya yang bertindak salah di hadapan orang tua maupun di hadapan publik. Kemarahan itu berorientasi untuk membangkitkan kesadaran anak setelah salah kembali bertobat dengan meninggalkan kesalahan di masa lalu dan kini fokus pada hal yang baik sesuai kehendak baik arahan orang tua. Anak bertindak baik di depan orang tua dan di depan publik tujuannya untuk kebaikan dan keselamatan anak itu sendiri. 


Bacaan pertama dan bacaan Injil hari ini memiliki persamaan yaitu  kemarahan Allah pada umat-Nya yang tidak setia pada-Nya.  Dalam bacaan pertama Allah murka pada Umat Israel yang telah dibebaskan dari penjajahan dan perbudakan di Mesir itu menyembah berhala pada patung lembu buatan tangan manusia. Tetapi berkat dialog Musa sebagai seorang pemimpin hebat bangsa Israel itu dengan Allah maka Allah menurunkan amarah, kemudian menyelamatkan Bangsa Israel dalam perjalanan-Nya dari perbudakan Mesir ke Tanah terjanji. Musa pemimpin hebat memandu bangsa Israel kembali setia di jalan yang yang benar seturut kehendak Allah. 


Bacaan Injil secara tegas bahwa Allah yang murka terhadap bangsa Israel dalam bacaan pertama itu telah menjadi manusia di dalam diri Yesus yang juga marah terhadap orang Yahudi yang tidak percaya kepada-Nya. Hal ini terungkap melalui mereka mempunyai telinga tetapi tidak mendengarkan Sabda Yesus. Mereka memiliki mata tetapi tidak melihat perbuatan dan tanda yang Yesus lakukan di hadapan mereka. Mereka percaya pada Musa yang bersaksi bahwa seorang nabi besar akan lahir dan orang Yahudi harus mendengarkan Dia yaitu Yesus sendiri yang telah menjadi nyata di dalam Bacaan Injil hari ini. Tetapi orang Yahudi tidak menerima-Nya. 


Kepercayaan orang Yahudi fokus pada Yahweh saja tetapi tidak percaya pada Yesus. Sedangkan kita percaya kepada YAHWEH yang telah menjadi  manusia di dalam diri Tuhan Yesus.


Kita percaya bahwa Yesus adalah wujud nyata Yahweh yang telah lahir dan sedang hadir di antara kita. Kita mau setia dalam iman kita kepada-Nya baik dalam suka maupun duka, baik dalam sukacita maupun dalam dukacita kita. Kita mau setia dalam kesuksesan dan kegagalan kita. Namun demikian bahwa bahaya terbesar bagi orang yang sukses adalah sering dikuasai oleh kesombongannya sendiri dan orang gagal terjerat oleh kegagalannya sendiri. Idealnya adalah orang yang semakin sukses semakin rendah hati selalu setia pada Tuhan Yesus dalam perkataan dan tindakannya. Dan orang yang pernah jatuh lalu bangun kembali melihat ke depan dengan penuh harapan untuk terus bergerak maju di dalam naungan Kasih Tuhan. Tuhan selalu mengalirkan Rahmat-Nya bagi kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua.***

Selasa, 16 Maret 2021

Mengapa Yesus berani mengatakan bahwa semua yang dikerjakan-Nya sama seperti apa yang sedang dikerjakan Bapa-Nya setiap saat termasuk pada hari Sabat sehingga membangkitkan amarah orang-orang Yahudi yang telah bertahun-tahun lamanya hidup dalam tradisi hari Sabat dan dengan identiasnya beriman kepada Yahweh yang disembah di dalam Bait Allah?

 *P.Benediktus Bere Mali, SVD* 



Yes. 49:8-15

Yoh. 5:17-30


Mengapa Yesus berani mengatakan bahwa semua yang dikerjakan-Nya sama seperti apa yang sedang dikerjakan Bapa-Nya setiap saat termasuk pada hari Sabat sehingga membangkitkan amarah orang-orang Yahudi yang telah bertahun-tahun lamanya hidup dalam tradisi hari Sabat dan dengan identiasnya beriman kepada Yahweh yang disembah di dalam Bait Allah? 



Revolusi mental yang dibangkitkan kembali oleh Presiden Joko Widodo saat ini tidak sedikit yang berusaha untuk menghalang-halanginya dengan berbagai cara paling simple sampai cara yang paling kompleks sulit dihadapi oleh Presiden Jokowi.  Menarik sekali bahwa meskipun demikian, demi kesejahteraan dan kepentingan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote, revolusi mental terus dikerjakan dan mayoritas masyarakat Indonesia setia mendukung Presiden Jokowi demi kejayaan Indonesia maju selama masa kepemimpinannya. Hasil kerja nyata Presiden Jokowi yang sedang dialami masyarakat Indonesia saat ini meliputi tol laut dengan pembangunan pelabuhan  kapal laut secara merata di Indonesia, tol darat dengan jalan tol dan jalan kreta api secara merata di Indonesia, tol udara dengan membangun bandara di setiap daerah secara merata di seluruh Indonesia, pembangunan pintu masuk dan pintu keluar di setiap pintu batas negara Indonesia dengan negara-negara tetangga dengan Indonesia, merupakan bukti bahwa Presiden Jokowi sampai saat ini setia bekerja untuk keselamatan seluruh rakyat Indonesia. 


Yesus dan BapaNya bekerja sampai saat ini juga termasuk pada hari Sabat. Artinya Allah Bapa dan Yesus Putera-Nya bekerja setiap detik untuk keselamatan dunia. Yesus adalah Allah yang telah hadir di antara manusia dan sedang bekerja sampai saat ini. Karya-Nya untuk menyelamatkan kita Umat manusia tanpa kecuali. Allah selalu ingat kita Umat ciptaanNya sendiri. Dalam bacaan pertama menegaskan hal ini. "Sekalipun seorang Ibu melupakan anaknya karena berbagai alasan : kemiskinan, penolakan karena pemerkosaan, dll, tetapi sekali-kali Allah tidak melupakan kita." Allah Bapa begitu mencintai kita yang berdosa ini sehingga Putra-Nya yang tunggal diutus-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita. Dan setiap orang yang mendengarkan-Nya dan percaya kepada-Nya serta melakukan yang baik sesuai kehendak-Nya akan memperoleh hidup yang kekal. 

Orang Yahudi semakin marah dan akan membunuh Yesus karena Tuhan Yesus melanggar aturan Sabat, menyebut diri Allah sebagai bukti penistaan Agama Yahudi yang menganut monoteisme pada YAHYEH  yang dimuliakan di Bait Allah Yerusalem. Penistaan itu berhubungan dengan Allah sedangkan pemfitnaan itu berhubungan dengan manusia beragama Yahudi dalam konteks ini juga Yesus yang beragama Yahudi memfinah diri sendiri bersama sesama seagama. Inilah perspektif Agama Yahudi. 

Tetapi dari kita yang percaya kepada Yesus, Yesus datang menyempurnakan Perjanjian Lama yang dianut Bangsa Yahudi. Bagi kita  Yesus adalah Perjanjian Baru yang kita rayakan dalam Ekaristi Kudus jantung hidup iman kita. 


Setiap hari kita mendengarkan Sabda-Nya dalam Ibadat Sabda dan menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam Ekaristi jantung kehidupan kita. Kita hidup sebagai orang beriman dari makanan rohani yang kita makan yaitu Sabda-Nya dan Tubuh Kristus dalam Ekaristi. Itu berarti kita hidup dan bertumbuh serta berkembang di dalam Kristus Yesus. Artinya bahwa kita memiliki otak seperti otak Yesus yang berpikir untuk keselamatan banyak orang bukan hanya ingat diri. Demikian juga perasaan Yesus berempati pada derita orang yang dijumpai dan dikayani-Nya menjadi teladan rasa empati kita bersama sesama menderita yang kita layani. Artinya Yesus merasa at home dalam Rumah Bapa-Nya yang bekerja sampai saat ini. Demikian juga kita yang saat ini sedang menjadi murid Yesus untuk bekerja seperti Yesus untuk keselamatan dunia, bukan hanya untuk selamatkan diri sendiri saja.***



Mengapa Yesus menyembuhkan orang sakit itu tanpa masuk ke dalam air kolam Betesda yang bergerak itu dan hal ini baru karena proses penyembuhan ini berbeda dengan orang lain yang disembuhkan dengan masuk ke dalam air kolam Betesda saat air itu tergoncang?

  *Pater Benediktus Bere Mali,SVD*


Renungan Misa Harian

Selasa, 16 Maret 2021


Yeh.47:1-9.12

Yoh.5:1-16


Semua orang sakit pasti hal Pertama dan utama yang ada dalam jiwanya (otaknya) adalah mau menyembuhkan diri dan disembuhkan. Injil hari ini tentang orang sakit yang mau menyembuhkan diri dan mau disembuhkan. Proses penyembuhan orang sakit dalam Injil hari ini sangat istimewa.

Semua orang sakit yang pertama masuk ke dalam  air kolam Betesda yang tergoncang itu pasti disembuhkan. Tetapi seorang sakit selama 38 Tahun dalam Injil ini tidak melalui proses penyembuhan tersebut.



Pertanyaan yang dapat ditemukan sangat simple tetapi bagi saya jawabannya sangat mendalam. 

Mengapa Yesus menyembuhkan orang sakit itu tanpa masuk ke dalam air kolam Betesda yang bergerak itu dan hal ini baru karena proses penyembuhan ini berbeda dengan orang lain yang disembuhkan dengan masuk ke dalam air kolam Betesda saat air itu tergoncang?


Yesus menyembuhkan orang ini di Yerusalem dekat Bait Allah Yerusalem tempat banyak orang datang ke Bait Allah Yerusalem untuk menyembah YAHWEH. Yesus menyembuhkan tanpa masuk air kolam Betesda karena Yesus adalah Air Hidup yang menyelamatkan orang Sakit yang beriman kepada- Nya. Yesus adalah Air Hidup yang mencuci dosa yang mengotori diri orang sakit. Hal ini terungkap dalam Injil hari ini ketika bertemu kembali dengan orang sakit yang disembuhkan itu di dalam Bait Allah, Yesus bersabda kepada orang Sakit itu:  "Engkau telah sembuh, jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."  


Lalu Pertanyaan kita adalah  mengapa hal ini terjadi di Bait Allah?  Jawaban atas pertanyaan ini juga sangat penting karena sangat mendalam bagi iman kita. Orang Yahudi datang ke Bait Allah sebagai lambang Kehadiran Yahweh yang disembah. Nah Yesus  menyembuhkan di Bait Allah Yerusalem karena Yesus adalah Yahweh yang baru yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Yesus adalah Air Hidup yang menghidupkan dan menyembuhkan serta menyelamatkan. Yesus adalah Bait Allah yang hidup.


Ekaristi Kudus  adalah perayaan puncak keselamatan kita dalam diri Yesus yang melakukan tanda Mukjizat dan pewartaan khabar sukacita melalui derita di Salib, kematian, dan kebangkitan sebagai kemenangan atas dosa dan maut. Kita makan Tubuh Kristus dalam komuni Kudus dalam Ekaristi. Kita hidup sebagai orang beriman,  sesuai Tubuh Kristus yang kita makan dalam Ekaristi Kudus. Itu berati kita memiliki jiwa(otak) seperti Yesus. Kita hidup berperasaan empati dalam melayani seperti Yesus. Kita bertindak secara teratur sesuai kehendak Allah seperti Yesus taat setia pada Bapa-Nya di Surga.  Kita memiliki Roh seperti Yesus memiliki Roh Kudus Bapa-Nya dalam tugas karya pelayanan kepada semua orang lintas batas. ***


Senin, 15 Maret 2021

Motivasi ikut Yesus

*Pater Benediktus Bere Mali,SVD*


Renungan Misa Harian

Senin, 15 Maret 2021


Yes. 65:17-21

Yoh.4:43-54


Mengapa pemimpin Agama yang bicara hebat tetapi perbuatannya jelek, membuat pengikutnya berkurang bahkan menghilang? 


Umat sebuah organisasi keagamaan dewasa ini atau kelompok kategorial di dalam Gereja sangat tergantung pada figur karismatik atau figur yang dikultuskan. Anggotanya terus meningkat selama pemimpin yang dikultuskan terus berkarya melayani. Sebaliknya ketika pemimpinnya meninggal atau bermasalah maka anggotanya bubar. Kehilangan anggota bahkan bubar anggotanya akan lebih cepat bila selama hidup sang tokoh yang dikultuskan tidak menyiapkan anggotanya untuk melanjutkan kelompok kategorial itu. 

Tokoh yang dikultuskan itu merasa diri adalah segala-galanya sehingga organisasi itu bukan dari anggota untuk anggota melainkan dari tokoh karismatik untuk anggota. Anggota sepertinya hanya menerima dan menikmati semua yang hebat yang diberikan oleh tokoh yang dikultuskan. Tidak ada pembinaan dari anggota untuk anggota dengan Dewan atau team anggota awam yang solid sehingga hilang tokoh yg dikultuskan maka hilang juga organisasinya.  

Organisasi Yesus yang mulanya dengan 12 murid itu sampai hari ini tetap kokoh ada dan terus hidup karena Gereja  Katolik satu Kudus, Katolik, apostolik dan universal, dari Umat untuk Umat. Sekalipun Yesus secara fisik tidak tampak saat ini tetapi RohNya tetap hidup dalam Gereja yang hidup yang ada di dalam Umat Katolik dan dalam hirarki Gereja Katolik yang sangat luar biasa ketatnya sistem keorganisasiannya. Artinya Gereja menyiapkan umat-Nya agar Gereja itu tidak dibatasi oleh tokoh karismatik atau tokoh yang dikultuskan tetapi Gereja itu hidup dalam diri setiap orang Katolik dalam Organisasi tersusun tapi dari Paus dan sampai Komunitas Basis Gerejani. Lalu apa hubungannya dengan bacaan Injil hari ini?


Ada dua kelompok yang mengikuti Yesus di balik ada orang-orang sekampung asal-Nya yang menolak Yesus.  Dua kelompok yang mengikuti Yesus itu adalah kelompok Pertama adalah orang yang mengikuti dan percaya kepada Yesus karena Yesus melakukan   Tanda atau mukjizat,  misalnya orang-orang Galilea yang percaya kepada Yesus karena Mukjizat-Nya mengubah air menjadi anggur di Kanaan. Sedangkan Keluarga Pegawai istana percaya kepada Yesus karena Sabda-Nya yang menyembuhkan anaknya yang hampir mati. 


Bagi kita dewasa ini aplikasinya adalah bahwa orang yang banyak berbicara, belum tentu melaksanakan apa yang dia katakan. Maka bagi kita dewasa ini adalah berbicara dan melaksanakan apa yang dibicarakan. Dengan kata lain dewasa ini Umat membutuhkan pemimpin yang rendah hati dalam berbicara dan bertindak mengeksekusi hal-hal prinsipil yang baik untuk hidup bersama dan melaksanakannya secara seimbang antara kata dengan aksi. 

Itulah kesaksian nyata yang dicari oleh Umat dalam mengasah kata dan aksi secara serasi.Umat tersentuh ikut Yesus karena para pemimpin Gereja bicara pintar dan cerdas melaksanakan apa yg diajarkan. Kita belajar dari dua sikap orang Galilea yang percaya kepada Yesus karena Yesus melakukan apa yang dia ajarkan atau katakan. Demikian juga Pegawai Istana percaya kepada Yesus karena perkataan dan tanda atau mukjizat yang Yesus lakukan dalam menyembuhkan anaknya yang hampir mati. Kesaksian hidup pemimpin Gereja Katolik menarik hati manusia di dunia untuk mengikuti Yesus secara khusus di dalam Gereja Katolik. Yesus hebat karena Yesus berbicara tentang apa yang dilakukan-Nya dan apa yang dilakukan-Nya diwartakan kepada dunia. ***


Minggu, 14 Maret 2021

Sisi Pertobatan dari Ensiklik Fratelli Tuti

  








*P. Benediktus Bere Mali, SVD*

Rekoleksi Komunitas SAS (Soverdi St. Arnoldus Surabaya)

 Sabtu, 27 Februari 2021


Pengantar

1.     Mengapa Rekoleksi?

Rekoleksi adalah sebuah kewajiban bagi setiap anggota komunitas SVD, minimal 4 kali dalam setahun. Hal ini dapat kita baca di dalam Konstitusi SVD.no.  409.3. dan 410.2

Rekoleksi adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaharui diri secara terus-menerus dalam bimbingan Roh Kudus di dalam hidup panggilan kita sebagai SVD.

Dalam Pembukaan Konstitusi SVD, secara jelas dan tegas tertulis “Ecclesia Semper Reformanda”. Artinya Gereja, kita secara terus menerus memperbaharui dirinya sepanjang zaman. Pembaharuan diri itu dalam bimbingan Roh Kudus, bukan berdasarkan roh yang lain.

Ditegaskan dalam pembukaan Konstitusi bahwa setiap anggota SVD tidak boleh acuh tak acuh atau masa bodoh mengolah diri secara terus menerus dalam bimbingan Roh Kudus. 

Pembaruan diri itu, bagi saya meliputi, olah Otak dalam SVD, olah rasa at home di dalam SVD, bukan olah at house dalam SVD, olah aksi dalam SVD, olah program dalam SVD, olah pelaksanaan program dalam SVD, olah mengontrol /monitor atas pelaksanaan program dalam SVD, olah  evaluasi atas pelaksanaan program, olah revisi program jika perlu untuk mencapai kehidupan Komunitas SVD model/komunitas contoh bagi komunitas yang lain.  

Singkatnya pembaharuan diri secara terus menerus itu berarti meninggalkan cara hidup lama menuju cara hidup baru, meninggalkan sisi gelap hidup kita di masa lalu menuju sisi terang hidup kita di masa yang akan datang. Dengan kata lain pembaharuan diri terus menerus itu adalah kata lain dari pertobatan yang terus-menerus.  

Berdasarkan kerangka pembaharuan diri: meninggalkan cara hidup lama menuju cara hidup baru itu, kita dapat memilih tema  rekoleksi ini, “Merefleksikan Sisi Pertobatan yang ada dalam Ensiklik Fratelli Tuti”.  Fratelli Tuti ini Bahasa Italia yang kemudian diterjemahkan ke dalam  Bahasa Indonesia, “Semua Bersaudara: Persaudaraan dan Persahabatan Sosial.” Ensiklik Fratelli Tuti adalah ensiklik terbaru dari Paus Fransiskus.

 

2.     Mengapa kita memilih merefksikan sisi pertobatan Ensiklik Fratelli Tuti?

1.     Karena kita sedang menjalani masa prapaskah, masa tobat: sebagai kesempatan khusus bagi kita untuk membaharui diri, meninggalkan cara hidup lama menuju cara hidup yang baru.  

2.     Karena Ensiklik Fratelli Tuti ini memuat atau berisi tentang tiga hal: yaitu Cara Hidup lama dan cara hidup baru dan bagaimana cara menularkan cara hidup yang baru itu kepada dunia, kepada orang lain,  agar cara hidup baru itu tetap bertumbuh dan berkembang di dalam hati semua orang.

3.     Karena itu dari Ensiklik ini kita mendefinisikan Tobat berarti meninggalkan cara hidup lama menuju cara hidup yang baru.

4.     Ensiklik terbaru dari Paus Fransiskus ini,  Sangat cocok untuk kita jadikan dasar pertobatan kita di dalam komunitas kita. Cara hidup lama diganti dengan cara hidup yang baru di dalam komunitas kita untuk kebaikan kita bersama.

5.     Untuk itu nanti dalam contoh-contoh yang diberikan dalam rekoleksi ini diambil dari dokumen resmi SVD yang cocok sesuai dengan tema pertobatan: Meninggalkan cara hidup lama menuju cara hidup yang baru.

Dari alasan di atas maka kerangka rekoleksi kita dapat dibagi ke dalam lima Langkah yaitu:

1.     pengantar Ensiklik Fratelli Tuti,

2.     sisi gelap ensiklik Fratelli Tuti,

3.     sisi terang Ensiklik Fratelli Tuti,

4.     dialog adalah cara efektif  menularkan sisi terang kepada dunia,

5.      pertobatan konkrit dalam komunitas.

Pengantar

Ensiklik Fratelli Tutti ini ditandatangani oleh Paus Fransiskus pada 3 Oktober 2020, pada saat Paus Fransiskus berkunjung ke makam Santo Fransiskus dari Asisi.

Dokumen Fratelli Tuti ini diterbitkan keesokan harinya, 4 Oktober 2020, saat hari Raya Santo Fransiskus dari Asisi. Eksiklik Fratelli Tuti ini terdiri dari 8 Bab, 287 Paragraf, dan tebalnya 92 halaman.

Dari sekian banyak tulisan dan ringkasan tentang dokumen resmi ensiklik Fratelli Tuti ini, saya berpedoman pada ringkasan dari Pater Anton Pernia SVD mantan Superior Jenderal SVD.

Kurang lebih satu bulan setelah terbitnya dokumen ini, Pater Anton Pernia memberikan Seminar tentang Ensiklik Fratelli Tuti ini di Seminari Tinggi Christ The King di Manila pada masa advent 2020.

Pertanyaan mendasar yang diajukan Pater Anton Pernia di dalam seminar itu adalah: Mengapa Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik "Fratelli Tuti: Semua Bersaudara: Persaudaraan dan Persahabatan Sosial" pada 4 oktober 2020 pada masa pandemic covid-19?

Alasan Pertama dan utama adalah: Ensiklik ini lahir sebagai hasil dari Paus kritik diri sendiri sebagai Pemimpin Gereja Tertinggi yang sedang mengalami pandemic covid-19. Paus mengkritik Gereja yang memiliki mata yang telah melihat bahwa dunia ini sedang dibangun oleh:

(1)    Sejumlah pemimpin dunia yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa, untuk dilayani bukan untuk melayani,

(2)   Sejumlah kaum bermodal yang mengumpulkan harta kekayaan dengan menghalalkan segala cara, tanpa etika dan menggunakan harta kekayaan tanpa unsur sosial, melainkan hanya atas dasar individualisme radikal, untuk kepentingan diri sendiri.

(3)    Sejumlah kelompok religious yang memperalat agama dan ayat-ayat kitab sucinya untuk kepentingan diri sendiri, untuk mengontrol agama yang lain dengan sesuka hati,

(4)   sekelompok mayoritas budaya dalam multicultural ini, yang melihat budayanya sebagai budaya yang harus hidup sedangkan budaya minoritas diabaikan atau dikalahkan,

(5)   tetapi Gereja tidak berbuat apa-apa terhadap kenyaatan ini. Gereja tidak bersuara melihat kenyataan seperti ini.

(6)   Berdasarkan alasan inilah, Paus Fransiskus menerbitkan Ensiklik Fratelli Tuti pada 4 Oktober 2020.

Dari sumber of-line dan on-line Rangkuman Ensiklik Pater Anton Pernia ini, ada 4 point penting yang menjadi pilar dari Ensiklik Fratelli Tuti ini. Keempat pilar itu adalah Pilar Politik, pilar Ekonomi, pilar Religius dan pilar multikultur.

Dari empat pilar itu Pater Anton Pernia membaginya dalam dua hal besar yaitu, ada sisi negatif atau tantangan atau sisi gelap dalam ensiklik Fratelli Tuti, ada Sisi Positif sebagai harapan atau sisi Terang dari Ensiklik ini. Sisi Terang dan sisi Gelap Ensiklik Fratelli Tuti ini berakarkan Sabda Allah/Kitab Suci, secara khusus, Orang Samaria yang Baik Hati. Injil Lukas 10: 25-37

Dalam konteks tema pertobatan pada masa prapaskah ini, sisi gelap adalah cara berpikir, berperasaan, beraksi, yang ada dalam diri para tokoh dalam Injil Lukas 10: 25-37, yaitu imam, orang lewi, terkhusus perampok/penyamun-penyamun yang merampok dan memukul seorang yang turun dari Yeriko dan meninggalkannya sendirian sakit menderita terkapar di pinggir jalan. 

Sedangkan Sisi Terang dari Fratelli Tuti ini ada di dalam diri Orang Samaria yang baik hati, yang bekerja sama dengan pemilik penginapan sebagai perawat yang merawat orang yang dirampok dan dipukul itu sampai orang sakit itu sembuh. Di sini kita menemukan bahwa orang Samaria dan perawat itu melayani orang yang menderita itu secara total dan melayaninya secara tuntas.  

Sisi Gelap yang ada dalam Ensiklik Fratelli Tuti

1.     Pilar Politik: Penguasa/Pemimpin:  Dilayani.

Dalam dunia Politik dewasa ini, orang mencari kuasa untuk menjadi pemimpin dengan menggunakan segala cara. Misalnya Calon pemimpin dan team suksesnya menggunakan politik identitas  (kelompok mayoritas suku, agama, budaya) untuk mencapai kemenangan dalam pemilihan umum presiden.

Korbannya adalah kelompok minoritas tetap kalah walaupun punya kualitas untuk menjadi pemimpin. Pemimpin hanya untuk mengurus kepentingan diri dan kelompok mayoritas sedangkan kelompok minoritas tetap menjadi kelas dua atau tidak diperhatikan sama sekali.  Pater Anton Pernia menggunakan kata power. Pemimpin atau penguasa untuk dilayani bukan untuk melayani dalam kasih.

Contoh dari pilar ini juga masih ada di dalam Gereja Katolik bahwa beberapa pemimpin  lebih cenderung untuk dilayani bukan untuk melayani dalam kasih dan pengorbanan.

Contoh dalam SVD bahwa orang menjadi pemimpin untuk menjadi wakil dari kelompoknya atau sukunya. Kepemimpinan yang melayani total dan melayani secara tuntas dan anggota yang bertanggungjawab di dalam bidang tugasnya masing-masing untuk melayani secara total dan melayani secara tuntas masih jauh dari ideal sehingga sulit menemukan komunitas model atau komunitas contoh dalam SVD.  (Bdk. Kapitel XI SVD Provinsi Jawa no.21.)

2.     Pilar Ekonomi: Kumpulkan harta untuk diri: Tidak ada Etika dan aspek sosial.

Ensiklik Fratelli Tuti ini mengemukakan bahwa Kaum bermodal menggunakan segala cara untuk mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya untuk dirinya sendiri.

Tidak ada unsur etika dalam mendapatkan harta kekayaan dan tidak ada aspek sosial dalam menggunakan harta kekayaan yang berlimpah. Yang ada, hanya untuk kemuliaan diri sendiri. Pater Anton Pernia menggunakan kata Accumulation of the wealth.

Contoh dalam Gereja, orang menginvestasi uang umat atas nama dirinya sendiri. Beberapa pengelolah keuangan Gereja Paroki, menghilang melarikan uang umat, dari lingkaran Gerejanya.

Contoh dalam SVD, sejumlah anggota belum bisa menyerahkan uang yang diperoleh kepada SVD dengan berbagai alasan yang bertolak belakang dengan konstitusi SVD.  Persoalan ini terus muncul di dalam Kapitel Provinsi dan Kapitel Jenderal. Terjadi perbedaan kaya dan miskin di dalam anggota SVD yang menjadi sumber konflik. (Lihat Kapitel Jenderal XVII.No.36 )

3.     Pilar Multikultur: Budaya Konpetisi

Dewasa ini hampir semua negara menggunakan Politik identitas dalam kompetisi menuju kekuasaan dalam segala bidang kehidupan sosial politik. Tujuannya untuk mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri atau golongan yang menjadi bagian dari budaya mayoritas dan didukung oleh para pemilik modal yang besar.

Dunia ini sedang dibangun berdasarkan budaya kompetisi. Dalam kompetisi hasil akhir yang hendak dicapai adalah kalah atau menang.  Kemenangan pasti ada di tangan kelompok mayoritas yang didukung oleh para pemilik modal. Sedangkan kelompok minoritas pasti kalah.  Pater Anton Pernia menggunakan kata kompetisi budaya.  Dalam sisi gelap pilar budaya ini, dunia sedang dibangun berdasarkan budaya kompetisi dan bukan berdasarkan prinsip solidaritas dan humanitas.

Contoh dalam Gereja masih ada signal sukuisme yang mementingkan kelompok mayoritas sedangkan yang minoritas diabaikan. Misalnya kaum migran dan transmigrant sebagai yang minoritas sering diabaikan.

Contoh di dalam komunitas SVD, masih ada pertemanan kelompok berdasarkan asal sekolah maupun asal suku. Komunitas internasional dalam komunitas seperti pisau bermata dua, bisa memperkaya panggilan sebagai SVD, tetapi pada saat yang sama bisa menjadi penghancur dari dalam SVD, kalau tidak dapat mengolahnya secara baik.  (Lihat Kapitel XI SVD Provinsi Jawa No.25).

 

 

4.     Pilar Religius: Keagamaan: Kontrol

Dalam dunia politik, kelompok radikal menggunakan agama mayoritas dan atas nama agama mayoritas sebagai lahan empuk bagi politik identitas untuk menuju kekuasaan politik. Misalnya kelompok ekstrimis radikal dari Agama tertentu atas nama agama mayoritasnya mengontrol agamanya dan agama lain untuk mengantar  calonnya menjadi pemimpin, dengan harapan pemimpinnya yang terpilih dan mendapat jabatan dapat melayani kepentingan mereka secara lebih istimewa.  Agama mayoritas diperalat untuk mengontrol agama minoritas di dalam semua segi kehidupan.

Sisi Terang Ensiklik Fratelli Tuti

Empat Sikap  Gereja Katolik yang ditekankan dalam Ensiklik Fratelli Tuti ini berdasarkan Kitab Suci, Injil Lukas 10:25-37 tentang orang Samaria yang murah hati yang bekerja sama dengan pemilik penginapan dan perawat yang merawat orang menderita karena dirampok dan dipukul itu, dengan cara melayaninya sampai tuntas.

Belajar dari dua tokoh Kitab Suci ini, Sikap Gereja adalah tegas bahwa dunia ini harus dibangun dengan hal-hal yang positif, dunia ini harus dibangun dengan cara-cara yang baik. Empat pilar hal positif itu adalah:

(1). Pilar Politik: Penguasa atau Pemimpin: Melayani secara total dan melayani secara tuntas

Pemimpin dalam dunia politik dipanggil untuk melayani dalam kasih yang lembut untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Pater Anton Pernia menggunakan kata :tenderness. Seorang pemimpin melayani dengan kelembutan kasih untuk kesejahteraan umum.

Contoh dalam Gereja. Ada banyak paroki-paroki model yang menjadi pusat training atau pelatihan bagi para pastor untuk menjadi pastor paroki yang baik sehingga dapat menjadi paroki model atau paroki contoh bagi paroki yang lain. Berdasarkan sharing dengan teman-teman romo dari sejumlah keuskupan, ada sejumlah keuskupan yang menjadikan paroki contoh atau paroki model sebagai tempat training bagi para pastor selama satu sampai tiga tahun, sehingga mereka kemudian diutus menjadi pastor paroki dalam keuskupan tersebut dan telah berhasil menjadikan paroki yang dipimpinnya menjadi paroki model bagi paroki yang lain.   

Contoh dalam SVD, memiliki prinsip pemimpin yang melayani secara total seperti Orang Samaria yang baik hati, dan keanggotaan yang bertanggungjawab di dalam bidang tugasnya masing-masing, untuk melayani secara total dan melayani secara tuntas, sebagai jalan untuk menjadi komunitas model bagi komunitas yang lain. (Lihat Konstitusi 601, Kapitel General XVII No.32).

(2). Pilar Religius: Agama : Empati

Dunia ini harus dibangun oleh orang-orang yang beragama yang berempati bersama orang miskin dan menderita seperti orang Samaria yang baik hati: melayani orang yang menderita secara total dan tuntas dalam kasih dan kelembutan. Pater Anton Pernia menggunakan kata compassion. Kata compassion berarti bersama-sama menderita dengan orang yang sedang menderita.

Contoh, Gereja dipanggil untuk menderita bersama orang yang menderita. Gereja harus berempati bersama sesama yang menderita.

Contoh dalam SVD, kita dipanggil untuk berempati bersama sesama yang menderita. Orang miskin dan menderita adalah mitra dialog kita. (Konstitusi 102, Kapitel XI SVD Provinsi Jawa No.15)

(3). Pilar Ekonomi: Harus ada aspek Etika dan dan aspek Sosial  dari harta kekayaan

Dunia ini harus dibangun oleh orang yang mendapat harta kekayakan secara halal, secara etis. Pemilik harta kekayaan harus membagi kekayaannya untuk kesejahteran bersama. Artinya bahwa Harta Kekayaan itu memiliki aspek etis dan aspek sosial. Orang harus Memperoleh harta kekayaan dengan cara yang halal dan harta kekayaan itu dibagi untuk kesejahteraan bersama.  Pater Anton Pernia menggunakan kalimat Sharing the wealth. Artinya Harta kekayaan yang dimiliki, dibagikan untuk kesejahteraan bersama.

Contoh dalam Gereja, Uang Gereja adalah Uang Umat, digunakan untuk kesejahteraan umat pada umumnya baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Orang Samaria yang baik hati adalah contoh yang paling nyata bagi Gereja. Uang Gereja bukan hanya untuk kesejahteraan sekelompok orang tertentu dalam Gereja.

Contoh dalam SVD, harta kekayaan SVD digunakan untuk misi ad intra dan ad exstra. Semua harta yang diterima harus diberikan kepada Serikat sesuai dengan konstitusi untuk misi Allah dan Misi Gereja. Setiap anggota SVD tidak mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri. (Lihat Kapitel General XVII No.36; Konstitusi 213; Kapitel XI SVD Provinsi Jawa No.23)

(4). Pilar Multikultur: Budaya: Solider dan kemanusiaan.  

Dalam dunia multikultur, setiap perjumpaan dengan budaya lain semestinya membuat orang dari budaya yang berbeda-beda itu saling menghargai berdasarkan prinsip kemanusiaan dan solidaritas. Budaya bukan menjadi alat yang digunakan untuk kompetisi. Pater Anton Pernia menggunakan kata solidaritas dan kemanusiaan. Setiap orang harus menghargai budaya sesama dengan prinsip solider dan kemanusiaan.

Contoh dalam Gereja, dalam dunia multikultural ini, pasti dimana dan kapanpun, kita dapat berjumpa dengan orang atau umat yang berasal dari budaya lain. Maka Gereja diutus untuk senantiasa solider dengan budaya lain berdasarkan  kemanusiaan universal. Setiap suku dengan budayanya masing-masing diberi tempat istimewa di dalam kehidupan Gereja Katolik.

Contoh dalam SVD, komunitas internasional SVD sangat cocok dengan apa yang tertulis jelas di dalam konstitusi dan kapitel. Anggota SVD terus meningkat karena terbuka bagi semua anggota atau calon dari berbagai latarbelakang budaya dan suku bangsa. Multikultur di dalam SVD ini berdasarkan prinsip solidaritas dan kemanusiaan, menjadi satu kekuatan yang luarbiasa bagi SVD pada zaman ini. Tetapi di sisi lain kita harus sadar bahwa komunitas internasional itu bagaikan pisau bermata dua, bisa lebih baik, tetapi bisa lebih buruk dan hancur dari dalam komunitas SVD, jika tidak diolah secara baik. (Lihat kapitel Genderal XVII No.42)

 

 

Berdialog: Cara Mempertahankan Sisi Terang tetap Hidup dan berkembang Biak

Nilai positif yang diperjuangkan dalam ensiklik ini harus ditularkan kepada orang lain di semua tingkat atau level melalui dialog. 

Mengapa dialog? Karena Dialog adalah cara paling efektif mewartakan sisi terang Ensiklik Fratelli Tuti kepada sesama agar  sisi terang dapat hidup di dalam hati banyak orang.

Orang Samaria yang murah hati berhasil menumbuhkan Sisi Terang dalam hidupnya menjadi inspirasi bagi dialog. Dialog Hidup. Dialog Contoh hidup. Dialog contoh hidup yang baik dalam melayani orang menderita secara tuntas.

Berdialog itu dapat dimulai dari level yang tertinggi sampai pada level komunitas. Level dialog itu bisa terjadi pada tingkat internasional, nasional, regional, domestik dan lokal serta dalam komunitas.

Tetapi pada kesempatan ini kita fokus pada dialog di tingkat komunitas kita sendiri.

Bagi saya, ada dua tingkat dialog yang dapat dibuat di dalam komunitas. 

Level Pertama Dialog di level pimpinan bersama team/dewan secara solid.

Pimpinan bersama team/dewan memiliki jangka waktu selama 3 Tahun masa kepemimpinan dengan harapan agar di akhir masa jabatan ada target yang semestinya dicapai

Team Pimpinan dan anggota team/dewan dapat berdialog berdasarkan Ensiklik Fratelli Tuti, untuk melayani seperti orang Samaria yang baik hati.

Dengan demikian prinsip dasar dialog di level pimpinan adalah Kepemimpinan yang melayani secara total dan tuntas dengan keanggotaannya  yang bertanggungjawab dalam bidang kerjanya masing-masing dapat melayani secara total dan tuntas untuk kebaikan bersama.

Pertemuan di tingkat team kepemimpinan itu berpola sebagai berikut:

1.     Dialog untuk olah otak. Dialog ini penting untuk memiliki konsep yang sama dalam menjalankan tugas kepemimpinan, berdasarkan dokumen resmi SVD dan Dokument Resmi Gereja dalam memimpin komunitas dan dokumen resmi negara dan dokumen resmi dunia yang berkaitan dengan kepemimpinan. 

2.     Dialog untuk olah rasa at home dalam komunitas SVD, untuk menutup pintu terhadap olah rasa at house dalam komunitas SVD.

3.     Dialog untuk olah aksi atau tindakan dalam komunitas berdasarkan Sabda Allah/Kitab Suci, Hand Book for Superiors, Kapitel General, Kapitel Provinsi, Kapitel Rumah, Konstitusi dan Dokumen Gereja dan Fratelli Tuti, ensiklik terbaru dari Paus Fransiskus.

4.     Dilog untuk olah Program Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan. Program ini adalah wujud real dari ideal SVD dalam dokumen resmi Gereja dan dokumen resmi Serikat Sabda Allah. Program ini adalah cara konkrit Roh Kudus Membimbing Komunitas secara tampak, terukur, kelihatan.

5.     Dialog untuk program itu diimplementasikan pada semua anggota komunitas yang melaksanakan atau hidup mengikuti arah aturan bersama.

6.     Dialog untuk memonitor pelaksanaan program harian, mingguan, bulanan, Tahunan.

7.     Dialog untuk mengevaluasi terhadap program harian, mingguan, bulanan, tahunan.

8.     Dialog ini untuk revisi program kalau dibutuhkan, untuk menuju sebuah komunitas model atau komunitas contoh bagi komunitas lain.

Level kedua dialog adalah jadwal terencana dialog pimpinan dan team/dewan dengan seluruh anggota komunitas. Prinsip dasar dialog atau pertemuaan adalah pemimpin bersama team/dewan yang melayani secara total dan melayani secara tuntas dengan anggotanya yang bertanggungjawab di bidang tugasnya masing-masing untuk melayani secara total dan melayani secara tuntas, seperti Orang Samaria yang baik hati dalam Injil Lukas 10:25-37.

Pada tingkat dua dialog ini, Pola Pertemuan delapan Langkah di atas dapat digunakan, yaitu olah otak, olah rasa at home SVD, olah aksi, olah program, olah implementasi program, olah monitor pelaksanaan program, olah evaluasi pelaksanaan program, olah revisi program bila perlu untuk tujuan mencapai komunitas model atau komunitas contoh bagi komunitas lain.

Mengapa kedua level dialog atau pertemuan ini penting dan secara tetap harus ada dalam tatakelola personal, sosial dalam Komunitas Kita? 

Karena kita masing-masing baik sebagai anggota maupun sebagai pimpinan bersama team/dewan, tidak tahu gerak hidup setiap individu atau anggota dari bangun pagi sampai tidur, dan dari tidur sampai bangun pagi lagi pada hari berikutnya.

Apakah setiap anggota berpikir, berperasaan, bertindak, untuk kebaikan bersama komunitas SVD? Kita tidak tahu.

Hanya melalui dialog atau pertemuan teratur pada dua level ini, kita dapat memiliki kekuatan untuk saling menyelamatkan. Pertemuan di dua level ini adalah memiliki makna pelayanan lewat dan dalam pertemuan.

Karena inilah cara tatakelola pribadi dan sosial untuk mencapai tujuan bersama. Inilah cara untuk mengurangi eror pribadi dan eror sosial. Inilah cara untuk menyelamatkan diri dan menyelamatkan anggota SVD dalam komunitas. Inilah cara untuk menghindari anggota komunitas jatuh hancur berantakan dulu baru nanti kita saling mempersalahkan satu dengan yang lain.

Apa Pendasaran Teoritisnya?

Pendasaran refleksi teoritisnya adalah bahwa kita masing-masing memiliki potensi berpikir dan berbicara dan bertindak secara baik. 

Tetapi di sisi lain Kita juga memiliki peluang yang luarbiasa untuk berpikir, berkata, dan bertindak yang buruk.

Dua kekuatan ini ada dan berdiam secara aman di dalam diri kita. Dua kekuatan ini ada di dalam diri pribadi dan diri sosial kita, bagaikan pisau bermata dua. Diri kita bisa mempertajam sisi baik dalam kata, pikir, aksi secara personal dan sosial, tetapi juga dapat menjadi sisi tajam cara pikir, kata, tindakan yang menghancurkan diri personal dan sosial dalam komunitas kita. 

Pesan bagi kita adalah kita semestinya sadar penuh atas dua kekuatan yang ada di dalam diri kita, dan sebagai aksinya, kita harus memaksimalkan aspek baik secara pribadi maupun secara sosial dalam komunitas dan pada saat yang sama kita sadar mematikan kekuatan buruk dalam tubuh personal maupun di dalam tubuh sosial komunitas kita.  

Dua aspek ini, kekuatan jahat yang mematikan dan kekuatan baik yang menghidupkan ini, bagi Psikolog Freud, ada di dalam diri kita, bagaikan dua sisi mata uang logam, satu kesatuan, yang tidak dapat dipisah-pisahkan.  

Psikolog Freud menyebutnya kekuatan yang mematikan dan kekuatan yang menghidupkan itu dengan dua kata yaitu tanathos dan eros yang ada di dalam diri setiap pribadi manusia.

 

Para konfraters dan bruders, pada bagian akhir rekoleksi ini, saya juga mau merangkum dimensi pertobatan dalam seluruh proses rekoleksi ini dengan pertanyaan refleksi selama masa hening kita mulai sore ini sampai besok sesudah misa pagi.

Apa arti Pertobatan bagi kita dalam rekoleksi ini, secara khusus bagi kita di dalam komunitas kita?

Setelah kita mengikuti rekoleksi ini,  bagi kita, tobat berarti meninggal cara hidup lama menuju cara hidup baru, melalui  Delapan (8) dimensi tobat sebagai berikut:

1.     Bertobat berarti meninggalkan cara berpikir lama yang jauh dari Kitab Suci, Konstitusi, Hand Book for Superior, Kapitel Jenderal, Kapitel Propinsi, Kapitel Rumah   dan dokumen resmi Gereja dalam hal ini secara khusus Ensiklik Fratelli Tuti lalu, kembali menuju cara berpikir baru menurut Kitab Suci, Handbook For Superiors, Konstitusi SVD, Kapitel General, Kapitel Provinsi, dan Kapitel Rumah dan Dokumen Gereja secara khusus Ensiklik Fratelli Tuti. Bertobat berarti meninggalkan masa bodoh untuk olah Otak menuju selalu semangat olah atak agar tetap segar sepanjang zaman.

2.     Bertobat berarti meninggalkan Perasaan yang lama yang jauh dari Kitab Suci, Handbook for Superiors, Konstitusi SVD, Kapitel General, Kapitel provinsi, Kapitel Rumah, ensiklik Fratelli Tuti, lalu kembali menuju kepada perasaan baru yaitu rasa at home Komunitas SVD, yang berakar pada Kitab Suci, Handbook for Superiors, Konstitusi SVD, Kapitel Jenderal, Kapitel Provinsi, dan Kapitel Rumah dan Dokumen Gereja secara khusus Ensiklik Fratelli Tuti. Bertobat berarti meninggalkan Olah Rasa at house dalam komunitas SVD menuju Olah Rasa At Home dalam komunitas SVD.

3.     Bertobat berarti meninggalkan cara bertindak lama menuju cara bertindak baru yang berakar dalam Kitab Suci /Sabda Allah, Handbook for Superiors, Konstitusi SVD, Kapitel Jenderal, Kapitel Provinsi, dan Kapitel Rumah serta dokumen Gereja secara khusus Fratelli Tuti. Bertobat berarti meninggalkan Olah Aksi yang tak beraturan menuju olah aksi yang beraturan berdasarkan dokumen resmi SVD, Gereja Katolik, dan hukum sipil Internasional dan Nasional.

4.     Bertobat berarti meninggalkan cara hidup berkomunitas yang tanpa program menuju cara hidup yang memiliki program (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan)  sebagai implementasi secara nyata terukur dari hidup yang berakar dari Sabda Allah atau Kitab Suci, Handbook for Superiors, Konstitusi SVD, Kapitel General, Kapitel Propinsi, dan Kapitel Rumah, dan dokumen resmi Gereja dalam hal ini Fratelli Tuti.

5.     Bertobat berarti meninggalkan cara hidup lama menuju cara hidup baru berdasarkan bagaimana implementasi atau pelaksanaan program bagi semua anggota komunitas baik pemimpin maupun anggota yang memiliki kesetaraan di hadapan hukum sipil, hukum gereja katolik, hukum SVD. Bertobat berarti semua berkedudukan sama di depan hukum. Hukum atau aturan adalah panglima tertinggi bagi semua.

6.     Bertobat berarti meninggalkan cara hidup lama tanpa jadwal monitor atas implementasi/pelaksanaan program (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan), menuju cara hidup baru  yang beragenda untuk memonitor setiap implementasi program (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan) dalam komunitas SVD.

7.     Bertobat berarti meninggalkan cara hidup lama tanpa jadwal evaluasi  atas implementasi program (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan) menuju cara hidup baru yang memiliki jadwal tetap untuk mengevaluasi setiap implementasi program dalam hidup bersama sebagai komunitas SVD.

8.     Bertobat berarti meninggalkan cara hidup lama tanpa revisi atas kekurangan implementasi program (Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan)  menuju cara hidup baru yang berinisiatif dan proaktif dalam merevisi program untuk mencapai komunitas model atau komunitas contoh bagi komunitas lain. ***

 

***Tuhan memberkati Kita semua. Selamat merefleksikan. Mari kita tutup dengan lagu penutup. Sebuah lagu tobat. ***.