Kamis, 24 Januari 2008

Pembaptisan Bayi Khas Suku Bunak

Pada hari selasa pagi 22Januari 2008 ada tamu yang datang ke tempat kediaman penulis. Tamu itu dari Bali, namanya Wayan. Dalam pembicaraan pagi itu sempat penulis berbincang-bincang tentang Nama-nama Baptis Orang Bali. Penulis menggunakan kata orang karena kata orang ini merangkum laki-laki maupun perempuan. Pak Wayan menjelaskan tentang Pembaptisan anak-anak yang lahir sebagai orang Bali. Kata Baptis dipakai karena Pak Wayan ini telah beriman Katholik. Anak-anak yang lahir sebagai orang Bali pasti orang tua membaptisnya dengan nama khas Bali. Anak pertama diberi nama Wayan atau Gde atau Putu. Anak Kedua diberi nama Kadek atau Made. Anak ketiga diberi nama Baptis Nyoman atau komang atau koming. Anak keempat diberi nama Ketut. Dalam suku Bunaq ada juga baptisan secara adat. Anak kesatu laki-laki dibaptis dengan nama "Apa". Anak kedua laki-laki dibaptis dengan nama"Pou". Anak ketiga laki-laki dibaptis dengan nama "Uju". Anak keempat laki-laki dibaptis dengan nama "Uka". Anak kelima laki-laki dibaptis dengan nama "Gulo". Demikianlah Suku Bunak membaptis anak-anak laki yang dilahirkan. Anak pertama perempuan diberi nama "Aiba". Anak kedua perempuan dibaptis dengan nama "Pou". Anak ketiga perempuan diberi nama baptis "Uju". Anak keempat perempuan diberi nama "Uka". Anak kelima atau terakhir perempuan diberi nama baptis "Gulo". Demikian pembaptisan dalam adat Suku Bangsa Bunak. Ada dua hal yang mau ditampilkan dalam pembaptisan bayi dalam adat Suku Bangsa Bunak. Pertama Anak pertama perempuan dan laki-laki nama baptis adatnya berbeda. Kedua, Pembaptisan nama yang demikian mengungkapkan bahwa pada zaman dahulu, banyak anak adalah suatu berkat. Banyak anak banyak rezeki. Pada zaman dulu hal ini adalah sesuatu yang biasa. Pada zaman sekarang bukan merupakan hal yang biasa. Pada zaman dulu penduduk sedikit dan tanah masih luas, pekerjaan dapat dengan mudah diperoleh. Pada zaman sekarang penduduk padat, lahan semakin sempit dan sulit mendapat pekerjaan. Pada zaman ini banyak anak banyak tidak sejahteranya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hi Bung, salam kenal saya juga PRABU alias(Peranakan Bunak, terima kasih dan menarik sekali dengan blognya Bung ini tentang baptisan ala Suku Bunak.Cuma ada satu hal yang perlu dijelaskan lagi bahwa anak ke enam kelahiran ORANG Bali kembali lagi ke urutan yang pertama (Wayan) dll. tapi kalau versi Bunak apa yeah?..apa kembali lagi ke urutan APA dan Aiba?. Kalau tidak ada hal ini lebih menarik lagi karena orang tua kita pada masa itu sudah berpikir juga soal angkatan kerja dan family planning kali, jadi jumlahnya cuma lima.Suatu nominal yang pas buat kerja dan bantu keluarga, tapi juga tidak terlalu banyak sampai-sampai sulit untuk mengurusnya.Sungguh sebuah perencanaan kemasyarakatan yang komprehensif.