Rabu, 14 November 2012

GEREJA ADALAH SAKRAMEN

(P. Benediktus Bere Mali, SVD)


Orang menjadi Katolik melalui pintu sakramen Baptis. Masuk pintu Gereja Katolik dan di dalamnya, seorang yang menjalani panggilan hidup berkeluarga, menerima sakramen pernikahan Katolik. Seorang imam menerima sakramen imamat. Orang yang sudah dewasa imannya menerima sakramen krisma. Orang sakit menerima sakramen orang sakit. Orang berdosa menerima sakramen tobat. Orang Katolik setiap hari makan untuk mempertahankan hidupnya. Demikian juga orang Katalik setiap hari makan makanàn rohani untuk memperoleh hidup abadi. Sakramen Ekaristi adalah meja makan rohani setiap hari untuk kehidupan yang abadi.


Pertanyaan kita adalah apa itu sakramen? Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan. Setiap orang yang menerima sakramen menjadi tanda sarana keselamatan untuk diri sendiri, sesama, dan alam sekitar.


Keselamatan itu dimulai darimana? Menyelamatkan mulai dari yang sederhana dan konkret dapat dilaksanakan setiap waktu dan setiap saat serta di setiap tempat. Salah satunya adalah mendoakan sesama untuk keselamatannya. Doa kita, iman kita, kepercayaan kita adalah untuk menyelamat diri, sesama, dan alam sekitar.


Fondasinya adalah hidup akan janji-janjiNya yang menyelamatkan. Yesus adalah satu-satuNya jalan keselamatan eskatologis. Yesus adalah jalan keselamatan present, kini dan disini. Menjadi kenyataan apa yang disampaikan di dalam doa Yesus "Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga". Doa ini menyatakan secara tegas bahwa kehendakNya di dalam Surga, keselamatan eskatologis sudah dan telah dimulai di dalam realitas hidup kita setiap hari dan setiap tempat. Kehendak Allah sudah dan sedang dimulai kini dan di sini.


Yudas Makabe panglima pasukan perang berpegang teguh pada janji Tuhan. Barangsiapa hidup saleh dalam Tuhan akan mengalami keselamatan eskatologis.


Maka mereka yg tidak disiapkan secara rohani, kemudian mati di dalam konteks peperangan, harus dibantu dalam dan lewat doa-doa dan intensi misa di Gereja dalam Ekaristi.


Kita temukan di dalam 2Makabe 12: 43 - 46. Atas dasar inilah kita selalu mendoakan orang yang telah meninggal.


Juga karena Gereja ziarah, gereja jaya dan gereja menderita adalah satu. Keutuhan ketiga sifat Gereja itu tertuang di dalam saling membantu satu terhadap yang lain untuk tetap selamat dan senantiasa jalan di jalan Tuhan sendiri, dengan taat pada rambu rambu lalu lintas Tuhan sendiri.


Gereja Ziarah sedang berjalan di atas dunia ini mengalami jatuh dan bangunnya. Supaya tetap kokoh berjalan di jalan Tuhan dengan segala rambu lalu lintas Tuhan yang ada dan berlaku untuk keselamatan manusia, maka perlu dukungan doa dari para kudus di surga yang telah menjadi anggota gereja jaya.


Doa orang kudus pasti penuh daya bagi keselamàtan manusia sebagai gereja yang sedang berziarah. Gereja yang menderita atau berjuang adalah orang yang telah meninggal dunia tanpa persiapan rohani, mentinggalkan dunia, dengan masih dililiti dosa dan salah.


Kekotoran tubuh rohani akibat dosa yang tak sempat terampuni karena tanpa persiapan menyongsong kematiannya, perlu pertolongan dan bantuan untuk dibersihkan.


Mereka sendiri telah meniggal menerobos masuk tirai batas antara gereja ziarah dan gereja jaya. Mereka sendiri berada di ruangan antara gereja ziarah dan gereja jaya, yang dibatasi oleh tirai pembatas.


Mereka tidak dapat kembali melewati tirai batas itu untuk ke dunia kembali menjadi anggota Gereja, untuk membersihkan dosa dan salahnya.


Mereka juga tidak atau belum dapat menerobos lewat tirai batas menuju gereja jaya di surga.


Bantuan yang dapat membersihkan mereka dari tubuh rohani mereka yang kotor adalah, kontak kita dengan mereka, dan kontak gereja jaya dengan mereka. Pusat atau media kontak itu adalah doa-doa kita. Kesatuan dalam doa Ekaristi yang dirayakan setiap hari bahkan setiap jam di seluruh belahan dunia, bahkan setiap detik, adalah kesempatan istimewa yang disumbangkan, bahkan lebih dari itu adalah sumbangan istimewa bagi pembersihan noda dosa yang meliliti tubuh rohani anggota Gereja Menderita di api penyucian.


Doa dan Ekaristi adalah sarana utama untuk keselamatan gereja menderita. Pembersihan dosa dan salah mereka dalam doa dan Ekaristi adalah kesempatan istimewa bagi mereka untuk keluar dari Gereja Menderita menjadi Gereja Jaya di Surga.


Dengan demikian, anggota gereja menjadi bertambah untuk menjadi pendoa bagi kita sebagai gereja ziarah dan gereja menderita, bertambah jumlahnya.


Ini artinya sejarah Gereja tetap hidup dan selalu berjalan di atas jalan menuju Kerajaan Surga. Karya Gereja terus ada dan tetap ada dan tidak pernah akan berakhir.


Gereja itu adalah Sakramen. Gereja adalah tanda dan sarana keselamatan dunia, sesama dan alam sekitar serta diri sendiri.


Apakah dalam setiap panggilan, orang menjadi sakramen bagi dunia, bagi sesama, bagi diri sendiri?


Apakah di dalam setiap profesi yang kita kembangkan, kita menjadi sakramen yaitu tanda dan sarana keselamatan bagi dunia, sesama, diri sendiri?


Menjadi sakramen adalah panggilan orang Katolik, bukan sebuah profesi. Sebuah panggilan akan terus berlangsung selama hidupnya. Sebuah profesi ada batas masa berlakunya.


Maka seorang katolik menjadikan dirinya sebagai sakramen adalah sebuah panggilan hidup untuk selamanya, dalam semua tempat dan situasi serta dalam segala waktu.




GEREJA ADALAH SAKRAMEN.
Gereja adalah Tanda dan Sarana Keselamatan

Tidak ada komentar: