Sabtu, 22 Desember 2012

Kotbah Misa Harian, Jumat 21 Desember 2012



MEMILIH PRIBADI
TERBUKA ATAU TERTUTUP

(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)
Kotbah Misa Harian, Jumat 21 Desember 2012
Dari Soverdi Surabaya Untuk Dunia

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Dalam kehidupan bersama, termasuk di dalam keluarga, di dalam masyarakat, di dalam Gereja, di dalam tempat kerja, kita pasti menemukan karakter orang yang tertutup dan terbuka dalam membangun sebuah relasi.
Nah yang menjadi pertanyaan kita adalah apa yang membedakan antara orang yang terbuka dengan orang yang tertutup di dalam kehidupan bersama? Perbedaan antara orang yang terbuka dan yang tertutup sebetulnya terletak di dalam penjelasan sebagai berikut. Orang yang tertutup menutupi diri, dan kita tidak dapat menemukan cela untuk mengenalnya secara lebih dalam, termasuk pengenalan kita itu terarah kepada kebaikan dan kemajuannya di dalam kehidupan bersama. Kesulitan dan persoalan hidupnya dialami secara pribadi. Sesama yang lain sulit untuk memberikan jalan keluar yang tepat karena dia sendiri selalu tertutup. Beban hidup ditanggung sendiri dan orang lain yang berkehendak baik untuk membantunya tidak dapat melaksanakan  pertolongan karena dirinya selalu terutup.

Sebaliknya orang yang terbuka adalah pribadi yang mudah dikenal baik kelebihan dan kekurangannya oleh sesama sekitar. Kelebihannya diberi apresiasi. Kekurangannya diberi masukan sehingga, dia dapat memperbaharui diri demi kemajuan dan kebaikan pribadi dan masa depannya.


Dalam Injil menampilkan sosok yang menampilkan karakter pribadi yang terbuka bukan tertutup. Misalnya: Maria membuka diri terhadap Malaikat Tuhan, Malaikat Gabriel yang membawa khabar Sukacita dari Tuhan kepadanya. Khabar Suka cita itu adalah Yesus. Maria menerima khabar Gembira yang menjadi manusia di dalam rahimnya. Rahim Maria, penuh dengan kegembiraan dan sukacita yang berlimpah ruah. Kepenuhan Khabar Sukacita yang dimiliki Maria itu membuat Maria tidak menutup diri bagi sesamanya. Maria tergerak dan pergi kepada Elisabeth membagikan khabar sukacita Tuhan itu kepada keluarga Zakharia. Sukacita itu dialami secara nyata dalam diri Elisabeth. Bayi Yohanes yang dikandung Elisabeth pun mengalami sukacita itu dan turut melonjak kegirangan di dalam rahim Elisabeth.

Kegembiraan yang sejati ada di dalam Tuhan Yesus yang kita rayakan hari kelahiranNya pada hari Raya Natal.  KedatanganNya ke dunia adalah kedatangan Kasih Yang Sejati bagi kita Manusia. Yesus datang sebagai Emanuel yang menyertai kita untuk menyelamatkan kita.  Yesus datang sebagai penebus dosa – dosa kita melalui penderitaanNya di Salib. Yesus datang mengantar kita dari jalan yang sesat kepada jalan yang benar menuju Surga.  Yesus datang untuk kegembiraan kita, keselamatan kita, dan kebahagiaan kita yang abadi di Surga.

Ini artinya bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang membuka diri bagi kita manusia. Tuhan membuka diri kepada kita melalui Tuhan Yesus yang datang dan lahir pada Hari raya Natal. Kita datang kepada Tuhan melalui Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan. Ini kita temukan di dalam Yoh 14.6. Hanya dalam nama Yesus kita diselamatkan. Ini kita temukan di dalam Kisah Para rasul 4:12.

Tuhan membuka jalan kebaikan dan kebenaran serta kehidupan bagi kita. Maka kita pun membuka diri seperti Maria yang menerima Tuhan di dalam dirinya. Kita pun menerima Tuhan Yesus di dalam rahim hati kita. Orang yang menerima Tuhan dan mengandung Tuhan dia penuh dengan suka cita yang sejati. Hanya orang yang memiliki sukacita yang dapat membagikan kegembiraan kepada sesama manusia di sekitar, di tempat kerja, dan dimana saja dia berada.

          Tuhan memberikan PutraNya yang Tunggal kepada Kita. Memberi berarti kasih. Kasih Tuhan adalah kasih yang sejati. Kasih Tuhan itu universal kepada semua manusia. Kasih Tuhan tidak membeda-bedakan manusia. Kasih demikian itu seperti apa?

Tuhan mengalurkan rahmat KasihNya itu seperti air hujan yang turun bagi manusia melintas batas tanpa membeda-bedakan, dan seperti sinar Matahari yang memancarkan terangnya bagi semua manusia di dunia melintas batas tanpa diskriminasi (bdk.Mat: 5:45). Tuhan tidak tertutup dan egois. Tuhan membuka diri dan menyalurkan kasihnya berlimpah ruah kepada kita manusia.

Apakah kita tertutup dan egois atau kita selalu membuka diri dan berjiwa solider dengan sesama kita? Natal ini bermakna bagi kita kalau kita hidup membuka diri dan memberikan atau menyalurkan apa yang kita miliki kepada sesama yang membutuhkan agar mereka juga mengalami sukacita yang sejati dari Tuhan melalui diri kita. Kita tidak boleh menutup diri dan egois dalam membangun relasi dengan Tuhan dan sesama. Orang yang tertutup dan egois adalah orang membuka diri kepada aliran rahmat kasih dari Tuhan melalui sesama, tetapi menutup pintu hatinya untuk terus mengalirkan rahmat Tuhan yang telah dierimanya kepada sesama di sekitar. Kita harus menjadi orang yang berwatak terbuka kepada Tuhan untuk menerima Rahmat Kasih Tuhan setiap saat, sekaligus membuka pintu hati  kita untuk selalu mengalirkan rahmat dan Kasih Tuhan kepada sesama sekitar. Dengan demikian aliran rahmat Tuhan itu selalu berjalan lancar baik dari Tuhan Sumber Rahmat kepada kita maupun dari kita kepada sesama sekitar. 

Tidak ada komentar: