Rabu, 09 Januari 2013

Renungan Misa, Minggu Penampakan Tuhan 6 Januari 2013



MENJADI BINTANG DALAM MALAM


Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12

HR Penampakan Tuhan, Mingu 6 Januari 2013

Dari Kapela Soverdi Surabaya untuk Dunia.

P. Benediktus Bere Mali, SVD


Bintang dalam malam menuntun para bangsa datang kepada Yesus sang Emanuel lahir di kandang Bethlehem. Bintang yang menuntun itu hadir dalam pertanyaan : bukan siapa tetapi dimana. Dimanakah Yesus Raja Orang Yahudi itu lahir?


Bintang itu menuntun ahli-ahli Taurat dan para pemuka agama Yahudi yang bergelut dalam keahlihannya sebagai ahli Kitab Suci, memberikan jawaban yang tepat, baik dan benar. Menurut Kitab Suci Raja Orang Yahudi itu lahir di Bethlehem.


Bintang itu hadir dan selalu setia menyertai serta menuntun pencarian para bangsa yang diwakili para majus yaitu Gaspar, Balthasar dan Melkior. Selama bintang di malam itu terus berjalan, para majus selalu berjalan. Saat bintang itu berhenti, disitulah tempat istirahat karena di situlah kediaman Raja abadi Yesus Raja Orang Yahudi dilahirkan.


Menemukan yang dicari sebagai yang terbaik dan terbenar mengesahkan semua pencariannya, menemukan makna hidup yang paling baik dan benar dalam diri Sang Emanuel Raja Orang Yahudi, memberikan kebahagiaan spiritual yang mendalam dan dapat terungkap dalam sebuah penghormatan dan apresiasi yang tinggi.


Kebahagiaan dan apresiasi yang mendalam dari para majus pencari dan penemu kebenaran dan makna hidup yang sejati dalam diri Yesus, diungkapkan dalam pemberian yang terbaik kepada Yesus yaitu hadiah terindah yang dipersembahkan kepadaNya sebagai Mesias. Hadiah itu adalah Emas, Mur dan Kemenyan.



Para Majus itu dikontraskan dengan Herodes. Pertentangan antara Herodes dengan Para Majus sangat tajam muncul dalam realitas ini. Herodes adalah pribadi anti Kristus Adam Baru sedangkan Para Majus adalah pro Kristus Adam Baru. Herodes mengungkapkan penolakannya terhadap Yesus dengan membunuh semua anak laki-laki di bawah dua tahun di Bethlehem, karena salah satu dari mereka itu akan menjadi Raja Yahudi. Puncak penolakan itu terletak pada membunuh Yesus di Kayu Salib. Sedangkan Para Majus adalah orang yang menerima Yesus dan menjadikan Yesus sebagai sentral pemenuhan kebaikan abadi dan kebenaran yang sejati yang dicari dan ditemukan dalam diriNya.



Kita masih ingat kehidupan Laron. Dia ketika berada dalam malam gelap pasti terbang mencari dan menumukan Terang Sinar Lampu dan isitirahat di dalam Terang itu. Kalau dibandingkan dengan orang yang dikuasai kegelapan dosa, di saat kegelapan malam mendatangi dirinya, semakin asik dalam kegelapan malam, yang membuat dirinya semakin menikmati kegelapan dosanya yang menghancurkannya bukan menyelamatkannya.



Dengan kata lain, Orang berdosa berjalan meninggalkan Terang Sejati yaitu Kristus Tuhan Adam Baru, sedangkan Laron saat malam gelap tiba, pastikan langkah berjalan menuju Terang yang menyelamatkannya. Kita belajar pada karakter Laron, makhluk hidup yang mencari terang di malam gelap tiba. Ketika kita berada pada persimpangan jalan menuju terang atau gelap,  apakah kita mau berjalan meninggalkan Terang dengan kegelapan dosa yang terus mendatangi kita walau tidak diundang?

Tidak ada komentar: