Kamis, 28 Maret 2013

Homilli Kamis Putih Malam 28 Maret 2013


YESUS BERALIH
Homili Kamis Putih
28 Maret 2013
Yes 12 : 1 – 8. 11-14
Mzm 116 : 12 – 13. 15 – 16bc. 17 – 18
1Kor  11 : 23 – 26

P. BENEDIKTUS BERE MALI, SVD

Kita pernah mendegar pepatah yang mengatakan “ Ada Banyak jalan menuju Roma”. Jalan menuju kota abadi itu meliputi jalan udara, jalan darat dan jalan laut.  Dengan kata lain kita beralih dari satu tempat ke tempat yang lain melalui sebuah jalan sesuai dengan pilihan kita. Kita bisa beralih dari satu pulau ke pulau lain melalui jalan darat, atau jalan laut atau jalan udara. Misalnya kita bisa beralih dari Surabaya ke Denpasar melewati salah jalan yang kita pilih, entah jalan darat, jalan laut atau jalan udara.
Tetapi selama di perjalanan itu orang yang sedang mengadakan perjalanan, memiliki kebebasan untuk beralih dari jalan yang menyelamatkan melewati jalan yang menyesatkan, sehingga tempat tujuan tidak dicapai atau berjalan dari jalan yang menyesatkan kembali berjalan di atas jalan yang lurus menuju tujuan yang dituju, meskipun agak terlambat, atau berjalan fokus mengikuti petunjuk jalan yang lurus dan tepat sehingga cepat tiba di tempat tujuan. Kita diminta untuk memilih antara beberapa kemungkinan di atas, kita semua pasti memilih fokus berjalan jalan lurus, jalan benar, yang memudahkan kita cepat tiba di tempat tujuan dengan selamat.

Injil hari ini sangat istimewa bagi saya pada saat saya menyiapkan homili Kamis Putih. Letak  teks ini menarik perhatian saya secara pribadi karena kalimat awal ini sangat menyentuh saya dalam persiapan homili kamis putih. Kalimat pertama itu berbunyi sebagai barikut : “Yesus beralih  dari dunia ini kepada Bapa”. Kalimat pertama ini setelah saya baca langsung muncul di dalam pikiran saya bahwa sebelum Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa, Yesus telah beralih dari Bapa ke atas dunia. Hal ini jelas kita temukan di dalam Injil hari ini : “Yesus dari Allah dan akan kembali kepada Allah”.
Pertanyaan yang muncul dalam pikiran saya adalah Yesus datang dari Allah dan kembali kepada Allah melalui jalan yang mana? Apakah ada jalan yang sama yang dilalui oleh Tuhan Yesus ketika Dia beralih dari Surga ke dunia, dan beralih dari dunia ke Surga?
Yesus beralih dari Surga ke Dunia melalui sebuah jalan. Jalan itu adalah jalan kerendahan hati Bunda Maria. Santa Maria memberikan Rahim Kerendahan Hatinya sebagai jalan yang dilalui Tuhan Yesus yang diutus Oleh Allah Bapa dalam Roh Kudus ke dalam dunia.  Yesus  adalah Allah yang telah  menjadi manusia melalui jalan kerendahan hati Maria yang mengandungnya  berkat Roh Kudus atas Rencana Allah Bapa di Surga untuk menyelamatkan dunia dan mengantar manusia  berjalan menuju kembali kepada Bapa di Surga.
Sabda dan Mujizat Yesus menyelamatkan semua lintas batas di dunia akan berakhir dengan Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa di Surga.  Peralihan dari dunia ini menuju kepada Bapa di Surga melalui jalan yang pantas.  Jalan itu adalah jalan kerendahan hati.  Seperti apa jalan kerendahan hati dari dunia ke Surga? Yesus beralih dari dunia ke Surga melalui jalan pembasuhan kaki para muridNya dalam Ekaristi Kudus. Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat mengagetkan. Mengapa? Pembasuhan kaki biasanya dilakukan oleh seorang isteri terhdap suaminya atau seorang hamba terhadap tuannya, setelah tuan atau suami datang dari tempat jauh sebelum memasuki rumah atau sebelum naik ke tempat tidur untuk beristirahat. Tetapi tidak biasa pembasuhan kaki dilaksanakan sementara makan bersama atau sedang Perayaan Ekaristi atau sementara makan bersama.  Juga tidak biasa seorang tuan membasuh kaki hamba atau bawahannya atau seorang suami membasuh kaki isterinya, atau seorang Guru membasuh kaki para muridnya. Kekagetan itu muncul dalam protes Petrus tanda dia tidak mengerti peristiwa Yesus membasuh kaki para muridNya. Yesus sendiri mengatakan kepada Petrus bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Tuhan Yesus yaitu membasuh kaki para muridNya. Kelak Petrus akan mengerti.
Petrus dalam keadaan pikirannya yang serba tidak menentu meminta Yesus membasuh kaki, tangan dan kepalanya juga. Petrus berpikir bahwa kaki, tangan dan kepalanya kotor sehingga perlu dibasuh oleh Tuhan Yesus. Petrus begitu progresif meminta Yesus membasuh kaki, tangan dan kepalanya agar kepalanya berpikir sesuai kehendak Tuhan Yesus, tangannya bekerja sesuai harapan Tuhan Yesus, kakinya berjalan di jalan kerendahan hati yang dicontohkan Tuhan Yesus. Singkatnya pembasuhan itu untuk membersihkan dan menyucikan para muridNya untuk layak beralih dari dunia ini menuju kepada Bapa bersama Kristus dalam kata dan perbuatannya. Pemabsuhan itu bermakna besar bahwa dengan disucikan oleh air kerendahan Hati Tuhan Yesus, dan kelak dengan Darah Suci Tuhan Yesus yang mengalir dari SalibNya, setiap orang yang dibasuh dan mau bersih, layak mengambil bagian di dalam Perjamuan Ekaristi dan Perjamuan Ekaristi Abadi bersama Allah Tritunggal Maha Kudus di Surga.
Tetapi Yudas Iskariot sekalipun tampak menyerahkan diri dibasuh oleh Tuhan Yesus tetapi dia tidak mau bersih. Dia mengikuti ritus pembasuhan tetapi dia sendiri tiada usaha untuk membersihkan diri dari dalam dirinya. Yudas memiliki kebebasan untuk memilih menerima pembasuhan secara fisik tetapi secara bathiniah dia tidak mau bersih. Yudas sekalipun ikut Ekaristi Kudus bersama Yesus, bathinnya masih penuh dengan kefasikan rencana jahat untuk menjual Yesus. Yudas membuka pintu hati kepada Iblis yang menuntunnya mengkhianati Yesus. Tetapi Yudas menuntup pintu hatinya terhadap Kuasa Allah yang menyelamatkan.
Kita adalah para murid Tuhan Yesus pada zaman ini. Peristiwa pembasuhan kaki yang dirayakan di dalam Kamis Putih ini memiliki makna yang besar. Kamis putih berarti kita semua  yang KaMis (Kaya – Miskin) dibasuh oleh Tuhan Yesus dengan air kerendahan hati dan darah SuciNya di Salib, agar kita selalu menjadi pribadi Kamis Putih. Kaya atau miskin (KaMis) yang memiliki hati yang putih dalam Kata dan Perbuatan kita.  Artinya kita menyangkal kebohongan pribadi, kebohongan publik, kehongan terhadap Tuhan, dalam setiap langkah hidup kita dimana dan kapan saja kita berada.
Kita menjadi pribadi yang “berKamisputih” berarti kita senantiasa membuka diri terhadap air kerendahan hati Tuhan Yesus yang mengalir masuk ke dalam medan hati kita, membersihkan kita dari dalam, dari segala kebohongan terhadap diri, sesama dan Tuhan sendiri. Kita juga rendah hati mau bersih dan dibersihkan oleh Tuhan dan sesama sebagai tangan-tangan Tuhan yang mau membersihkan kita dikala kita sendiri terjerat dalam ketidakberdayaan untuk membersihkan diri. Dengan demikian kita sesungguhnya  mau beralih dari kebongan personal, sosial dan spiritual menuju kejujuran yang sejati dalam nama Tuhan Yesus.  Tuhan Yesus bersihkanlah aku yang MAU bersih ini. Amin.

Tidak ada komentar: